Pelajaran dari Tragedi Guyana 1978

Amerika adalah sebuah negara adidaya yang mengklaim sebagai masyarakat modern yang berakal. Tapi keberakalan mereka pernah terkoyak sangat besar oleh tragedi yang menggemparkan rakyat Amerika, yaitu tragedi besar yang telah terjadi 31 tahun yang lalu. Kejadian yang menjadi headline surat kabar maupun stasiun televisi seluruh dunia bahkan sampai difilmkan. Tragedi Guyana yang terjadi tahun 1978, dimana 900 orang lebih melakukan bunuh diri masal dengan meminum racun yang mematikan dengan perintah seorang pemimpin mereka. Ada apa dengan ini semua, apa yang menggerakkan mereka untuk menghabisi nyawa mereka sendiri? Suatu contoh yang ekstrim dari ketaatan terhadap seseorang yang ditaati dan dikagumi tanpa menggunakan akal pikiran yang sehat.

Allah Ta’ala berfirman, yang artinya, “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (Qs. Al Israa’: 36)

Sedikit Kilas Balik dari Tragedi Guyana 1978

Diawali dengan seorang pendeta kharismatik Jim Jones yang sangat memukau dalam berkhutbah dan mempunyai kemampuan menyembuhkan berbagai penyakit dari jamaah/pengikutnya yang kononnya dianggap mukjizat. Sehingga lama-kelamaan jumlah pengikutnya bertambah banyak dan mempunyai cabang-cabang komunitas di berbagai kota di Amerika Serikat. Pengikutnya menjadi pengikut yang militan, sangat percaya dan mengandalkan Jim Jones sebagai pemimpinnya yang menjanjikan surga dan akhirnya menganggapnya seperti Tuhan dan mengikuti semua perintah dan arahannya. Pengikutnya merasa akan mendapat kedamaian. Dan mereka tidak segan-segan menyumbangkan seluruh harta kekayaannya untuk komunitas ini di bawah kepemimpinan pendeta Jim Jones.

Sampai suatu ketika karena adanya suatu masalah dengan politik dan pemerintahan Amerika, maka Jim Jones memutuskan untuk memindahkan lokasi komunitasnya yang disebut People Temple ke tempat lain. Akhirnya dipilihlah Guyana (negara di utara Brazil) sebagai lokasi untuk membangun area komunitasnya yang diberi nama People Temple Agricultural Project. Tempat yang sangat luas di tengah hutan sehingga terisolir dari dunia luar. Di situ dibangun semacam perkampungan, rumah-rumah (seperti rumah transmigrasi) dan berbagai sarana yang diperlukan.

Setiap waktu Jim Jones mengumpulkan pengikutnya dengan suatu istilah White Night, dimana jika ada seruan tersebut, jam berapa saja, tidak peduli mereka sedang apa, pengikutnya patuh mendengar panggilan dan berkumpul di suatu tempat pertemuan yang telah dibangun khusus, untuk mendengarkan khutbah Jim Jones (yang isinya supaya tetap patuh dan taat dengannya dan diberi harapan untuk mendapatkan kedamaian dan surga). Demikian kehidupan mereka setiap hari dalam perkampungan tersebut.

Perkampungan dan perkumpulan yang cukup besar ini cukup mengusik pemerintah Amerika, sehingga diutuslah seorang anggota kongres AS beserta beberapa wartawan meninjau perkampungan tersebut. Pada awalnya Jim Jones sangat keberatan dengan permintaan ini, tapi karena desakan dari berbagai pihak akhirnya dia mengizinkan. Sepanjang menunggu waktu kunjungan yang telah ditentukan tersebut, Jim Jones telah mempersiapkan segala sesuatu termasuk mengeset semua skenario jawaban dari pertanyaan yang mungkin akan diajukan kepada pengikut-pengikutnya. Jim Jones mengontrol semua jawaban dan pemikiran pengikutnya. Ternyata kedatangan anggota kongres ini dimanfaatkan oleh beberapa pengikutnya (yang merasa ada sesuatu yang tidak betul dalam komunitas ini tapi takut untuk mengemukakan, karena ternyata Jim Jones memiliki semacam tentara yang bersenjata) untuk menyampaikan pesan akan keinginan mereka keluar dari kamp ini. Awalnya Jim Jones sangat keberatan dengan perginya sebagian kecil (mungkin hanya sekitar 20 orang saja dari sekitar 1000) meninggalkan kamp ini, tapi karena desakan dari anggota kongres dan wartawan akhirnya dia mengizinkan. Ternyata Jim Jones sudah mempunyai rencana lain, yaitu membunuh pengunjung-pengunjung tersebut di lapangan terbang kecil setempat ketika mereka akan lepas landas meninggalkan Guyana. Terjadilah pembunuhan terhadap anggota kongres itu beserta beberapa wartawan dan beberapa pengikutnya yang dianggap berkhianat, meskipun beberapa orang bisa selamat dan menceritakan kisahnya pada media massa.

Dengan kematian anggota kongres ini maka Jim Jones merasa ada ancaman besar terhadap kelangsungan hidupnya dan komunitasnya. Sehingga pada hari itu juga 18 November 1978, dia memberikan instruksi melalui pemancar radio kepada semua pengikutnya baik yang ada di perkampungan tersebut maupun diluar perkampungan itu untuk “mati/mengakhiri hidupnya”. Waktunya sudah sampai bahwa semua pengikutnya harus mati demi kehormatan untuk menyambut kedamaian dan surga, karena adanya ancaman yang dihasilkan dari peristiwa kunjungan dan kematian anggota-anggota kunjungan. Hal ini disampaikan dengan terus terang melalui pemancar radio.

Maka dipersiapkanlah racun sianida dalam jumlah yang banyak, dicampur dengan air yang diberi aroma buah-buahan, dan memerintahkan semua pengikutnya tanpa kecuali untuk meminum racun tersebut satu persatu (termasuk yang membuat dan mempersiapkan racun tersebut), dimulai dari barisan anak-anak terlebih dahulu. Sehingga hari itu menjadi tragedi yang sangat besar dimana 909 orang termasuk di dalamnya sekitar 276 anak-anak (ditambah 4 pengikut yang berada di luar perkampungan tersebut, yang bunuh diri dengan menggorok leher secara bergantian dengan pisau) melakukan bunuh diri masal. Mereka sangat patuh walaupun diperintahkan untuk mati dengan minum racun. Pada hari itu perkampungan People Temple Agricultural Project menjadi lautan mayat yang bergelimpangan.

Manusia Mudah Terpesona

Dalam kejadian ini tampaklah bahwa manusia sangat mudah terpesona. Terpesona dengan kemampuan Jim Jones menyembuhkan, terpesona dengan khutbahnya yang membakar semangat, yang tampaknya indah, yang menjanjikan surga dan kedamaian. Sehingga pengikutnya bertambah banyak dengan kadar fanatik yang sangat besar, dan dipuncak kejayaannya, pengikutnya tunduk dengan semua apa yang ia katakan dan diperintahkan. Bahkan ketika dimintanya untuk mati pada hari itu, mereka dengan sukarela meminum racun untuk mendapatkan kedamaian.

Saudaraku, betapa menakutkannya pengaruh orang tersebut sehingga sekian banyak orang tidak mau dan tidak mampu lagi menggunakan akalnya untuk memilah mana yang benar dan mana yang batil. Sehingga benarlah apa yang difirmankan Allah dalam Qs. Al Baqarah 204, yang artinya,

“Dan di antara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu, dan dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya, padahal ia adalah penantang yang paling keras.”

Dan apa yang mereka lakukan, kepatuhan yang luar biasa terhadap pemimpinnya, mereka rasakan sebagai perbuatan-perbuatan yang indah seperti dalam Qs. An Naml 24,

“Aku mendapati dia dan kaumnya menyembah matahari, selain Allah; dan setan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka lalu menghalangi mereka dari jalan (Allah), sehingga mereka tidak dapat petunjuk.”

Memilah-Milah Informasi yang Datang (Meskipun dari Kyai, Ustad, Orang Penting)

Sehingga menjadi sangat penting bagi kita untuk memilih dan memilah semua ajaran dan informasi dari kyai atau ustadz kita, dan berusaha selalu mengecek dengan rujukan Al-Quran dan Sunah, bagaimanapun tinggi ilmu mereka sehingga kita terkagum-kagum tetapi tetaplah mereka adalah manusia-manusia biasa yang kadang bisa terpeleset sedikit. Dan kita harus selalu berdoa untuk selalu memohon petunjuk seperti dalam surat al-Fatihah yang selalu kita baca puluhan kali dalam sehari. Dan selalu waspada siapa tahu kita masih tersesat jalannya, karena yang pasti kita belum sampai pada tujuan, jadi kemungkinan tersesat masih ada.

Kultus Individu

Ketika pesona dan kekaguman kita akan seseorang yang luar biasa, mungkin bagi orang Kristen yang mengagungkan mukjizat akan mengidolakan orang yang bisa menyembuhkan seperti pendeta Jim Jones dalam peristiwa Guyana, dan bagi orang-orang “pesantren tertentu” akan mengidolakan seorang kyai ternama yang dianggap punya ilmu laduni, dan bagi penggemar sepak bola akan segera mengidolakan Maradona dan sebagainya. Dan kita yang mengagungkan ilmu akan mengidolakan ustadz atau syekh dan sebagainya. Memasang gambar-gambar mereka (padahal memasang gambar makhluk hidup di dalam rumah merupakan larangan dalam Islam) dan menamakan apapun yang kita sukai dengan nama-nama mereka bahkan nama anak-anak kita dengan nama pemain sepakbola, dan berbondong mengusap-usap kuburan para kyai dan wali untuk mencari berkah mereka. Dengan tanpa sadar kita telah menjadikan mereka ilah-ilah (sesembahan) selain Allah, menjadikan mereka berhala yang apabila mereka berkata maka kita akan menerima segala perkataan mereka tanpa mengecek dan merujuk lagi ke pedoman asas kita yaitu Al-Qur’an dan hadits.

Hubungannya dengan Pencarian Tauhid

Tauhid dalam Islam adalah yang murni dan paling kuat dalam argumen dan dalil, orang-orang kafir pun tidak akan berani mengusik ketauhidan dalam Islam. Dan kita harus menggunakan ilmu dan akal kita untuk mendapatkan informasi yang benar mengenai mana Tuhan yang pantas kita sembah. Sehingga ketika ada orang yang mengatakan bahwa Yesus adalah tuhan atau kita perlu wasilah dalam berdoa dan beribadah maka kita bisa bereaksi dengan benar dan menolaknya karena telah sampai kepada kita ilmu yang telah disampaikan oleh Nabi kita, tidak seperti para pengikut Jim Jones yang mengiyakan semua perkataan tanpa memikirkan kebenarannya. Perlunya ilmu dan menggunakan akal dalam memahami tauhid diperintahkan Allah dalam Al Qur’an surat Huud ayat 14,

“Jika mereka yang kamu seru itu tidak menerima seruanmu (ajakanmu) itu maka ketahuilah, sesungguhnya Al Quran itu diturunkan dengan ilmu Allah, dan bahwasanya tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Dia, maka maukah kamu berserah diri (kepada Allah)?”

Dan juga dalam surat Thaha ayat 88-89,

“Kemudian Samiri mengeluarkan untuk mereka (dari lubang itu) anak lembu yang bertubuh dan bersuara, maka mereka berkata: ” Inilah Tuhanmu dan Tuhan Musa, tetapi Musa telah lupa.
Maka apakah mereka tidak memperhatikan bahwa patung anak lembu itu tidak dapat memberi jawaban kepada mereka, dan tidak dapat memberi kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan?”

Demikianlah umat Nabi Musa yang terpesona oleh kepandaian Samiri dalam berbicara, memutar balikkan fakta sehingga menuruti semua keinginannya serta mengenyampingkan akal pikiran dan hanya menuruti hawa nafsu sehingga menuhankan patung anak lembu tanpa memikirkan bahwa patung ini tidak memberikan manfaat dan madharat (bahaya) bahkan tidak bisa menjawab ketika ditanya.

Begitu juga dengan perdebatan yang terkenal antara Nabi Ibrahim dan Namrudz raja Babilonia yang penuh dengan pemikiran dan penggunaan akal yang berakhir dengan terdiamnya orang kafir. Atau juga peristiwa penghancuran berhala yang disertai logika yang sangat kuat sehingga kembali Nabi Ibrahim membuat para orang kafir mati kutu tidak bisa membantah lagi.

Meskipun begitu, akal semata tidak akan pernah bisa menemukan Allah tanpa ilmu dari Al-Qur’an dan sunnah yang berasal dari wahyu Allah, karena bagaimanapun kita tetap memerlukan petunjuk dari Allah. Seperti Jahm bin Shafyan (pendiri Jahmiyah) yang ditanya kaum zindiq tentang bukti keberadaan/wujud Allah, maka setelah berpikir keras tanpa landasan wahyu tapi dengan ra’yu (pikiran) semata dan menjawab dengan menyamakan sifat Allah dengan sifat ruh sehingga tersesat jauh dan menghilangkan sifat-sifat Allah.

Berbeda dengan Imam Abu Hanifah yang juga ditanya dengan pertanyaan yang sama oleh kaum zindiq dan dijawab dengan jawaban cerdas berdasarkan ilmu yang benar. Beliau bercerita kepada mereka, “Bagaimana menurut kalian, jika ada sebuah kapal bermuatan penuh dengan barang-barang dan beban. Kapal terse­but mengarungi samudera. Gelombangnya kecil, anginnya tenang. Akan tetapi setelah kapal sampai di tengah samudra tiba-tiba terjadi badai besar. Anehnya kapal terus berlayar dengan tenang sehingga tiba di tujuan sesuai rencana tanpa goncangan dan berbelok arah, padahal tak ada nahkoda yang mengemudikan dan mengendalikan jalannya kapal. Masuk akal­kah cerita ini?”

Mereka berkata, “Tidak mungkin. Itu adalah sesuatu yang tidak bisa diterima oleh akal, bahkan oleh khayal sekalipun, wahai Syeikh.” Lalu Abu Hanifah berkata, “Subhanallah, kalian mengingkari adanya kapal ­yang berlayar sendiri tanpa pengemudi, namun kalian mengakui bahwa alam semesta yang terdiri dari lautan yang membentang, langit yang penuh bintang dan benda-benda langit serta burung yang beterbangan tanpa adanya Pencipta yang sempurna penciptaan-Nya dan menga­turnya dengan cermat?! Celakalah kalian, lantas apa yang membuat kalian ingkar kepada Allah?”

Meskipun ketauhidan Islam sangat kuat tapi Nabi Muhammad shallallahu ’alaihi wa sallam masih merasa begitu khawatir umatnya akan melanggar tauhid dengan kesyirikan.

Dari Mahmud Ibnu Labid radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya hal yang paling aku takuti menimpamu ialah syirik kecil: yaitu riya.” (Riwayat Ahmad dengan sanad hasan)

Begitu juga dalam hadits yang sangat terkenal tapi sering kita mengabaikannya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Kesyirikan itu lebih samar dari rayapan semut.” Abu Bakar terkejut dan bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Wahai Rasulullah bukankah kesyirikan itu adalah hanya beribadah kepada selain Allah atau menyeru kepada selain Allah?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Semoga ibumu kehilangan dirimu! Sungguh kesyirikan di antara kalian lebih samar dari rayapan semut.” (HR. Abu Ya’la dan Ibnul Mundzir).

Bahkan Nabi Ibrahim masih takut akan kegagalan dalam bertauhid dalam doanya yang sangat dikenal dalam Qs. Ibrahim: 35,

“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata, “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala.”

Nabi Ibrahim yang pemahaman tauhidnya jelas sangat tinggi jauh dari kita, tapi sayangnya kita sering menganggap kemungkinan kita terjerumus dalam kesyirikan adalah hal yang mustahil.

Sedangkan kita yang mempunyai iman sangat lemah masih bisa menyombongkan diri bahwa kita tidak akan bakal gagal dalam bertauhid, dan menganggap kita sudah sangat memahami kalimat tauhid dengan mudah. Bahkan banyak orang yang menganggap memahami tauhid tidak perlu ilmu sedikitpun, sehingga tak perlulah kita berdoa seperti Nabi Ibrahim di atas. Karena menganggap berhala hanyalah patung-patung besar tak bergerak yang hanya disembah oleh orang yang sangat bodoh yang tidak mungkin dilakukan oleh orang berpendidikan seperti kita. Padahal penyembahan itu tidak hanya dengan membungkukkan badan atau bersujud.

Kesimpulan

Setan adalah musuh utama manusia, seperti dalam Qs Fathir:6,

“Sesungguhnya setan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh(mu), karena sesungguhnya setan-setan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.”

Setan diberi izin oleh Allah untuk mengganggu manusia melalui bisikannya. Dan perlu diperhatikan bahwa bisikan setan ini tidak langsung memerintahkan kita untuk menyembah berhala, patung atau menuhankan sesuatu, tapi bisikan setan itu sedikit demi sedikit, samar-samar, lama-lama membawa kita melenceng dari jalur petunjuk Allah (seperti memasang foto dan membuat patung untuk menghormati seseorang, mengingat ilmu dan jasanya). Dan kemudian pada akhirnya benar-benar keluar dari petunjuk Allah dengan menyekutukan Allah. Oleh karena itu kita harus selalu meminta perlindungan dan petunjuk Allah dalam kehidupan kita, jangan merasa aman kita sudah pada jalan yang benar karena syaitan selalu membisikkan sesuatu kepada kita dan perjalanan kita sebelum kita sampai di tujuan.

Semoga kita menjadi hamba yang selalu meminta petunjuk dan perlindungan hanya kepada Allah semata dari godaan syaitan yang terkutuk dan selalu mengganggapnya sebagai musuh utama kita.

Abu Naufal dan Ummu Naufal Erlina Sih Mahanani
Kubang Kerian, Kota Bharu, Kelantan July 2009

Referensi:
Al Quran dan terjemahannya, Deparemen Agama RI
Jonestone: Paradise lost, documentary film, History Channel, 2007
Ustadz Badrussalam, Lc, MP3 Kajian “Laa Illahaillalah”.
Abdul Hakim Amir Abdat – MP3 Kajian “Risalah Imam Ibnu Abi Hatim”.
Ustadz Firanda, MP3 Kajian “Tauhid 3″

***

sumber:

Artikel muslimah.or.id

Tags:

About admin

hamba Allah yang selalu mengharapkan ampunannya