Biografi Imam Bukhori رحمه الله

Nama Imam Bukhori,  Kunniyah, dan Nasab Beliau

Nama beliau adalah : Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Al Mughiroh bin Bardizbah (ada yang berpendapat Badzduzbah) Al Ju’fi

Kunniyah beliau adalah : Abu Abdillah

Ayah beliau adalah salah seorang ulama hadits yang sangat terkenal dan Ibu beliau merupakan wanita yang taat beribadah.

Bentuk Fisik dan Akhlak Beliau :

Imam yang telah nampak kecerdasannya  sejak belia ini seorang yang bertubuh kurus, tidak tinggi dan juga tidak pendek serta berkulit kecoklatan.

Beliau merupakan satu dari tanda kebesaran Allah Subhanahu wa Ta’ala di muka bumi ini, dikenal masyarakat dengan kewara’annya, penyayang, dan merupakan teladan dalam berinfak. Beliau juga seorang yang banyak beribadah pada malam hari, cekatan dalam mengendarai kuda dan piawai dalam membidikkan panah.

Kelahiran dan Asal Negeri Beliau

Sang alim ini bukan orang Arab, beliau lahir di negeri Bukhara yang kepadanya beliau dinisbatkan sehingga dikenal dengan nama Bukhari. Negeri Bukhara sekarang lebih dikenal dengan Uzbekistan. Beliau lahir pada hari Jumat, tanggal 13 Syawal tahun 194 H.

Perkembangan Ilmu Beliau dan Rihlah dalam Menuntut Ilmu

Allah Azza wa Jalla telah mengaruniakan kepada beliau hati yang bersih, otak yang cerdas, dan hapalan yang sangat kuat hingga boleh dikatakan bahwa dalam usia yang sangat muda beliau telah sejajar dengan beberapa ulama di negaranya. Ketika usianya baru mencapai 16 tahun beliau sudah menghafal buku-buku Imam Abdullah bin Mubarak dan Waki’ bin Jarrah serta menguasai pendapat dan pokok-pokok pemikiran Ahli Ra’yi.

Beliau tumbuh dalam asuhan sang Ibu. Pada tahun 210 H bersama ibu dan ditemani kakaknya Ahmad, sang imam ini menunaikan ibadah haji kemudian menetap (di Makkah) untuk menuntut ilmu hadits dan kadang-kadang berangkat ke Madinah. Di sela-sela waktu tersebut beliau mengarang beberapa kitab. Di antaranya adalah At Tarikh Al Kabir yang beliau susun di sisi kuburan Rasululah صلى الله عليه وسلم.

Selain di Mekkah dan Medinah beliau juga telah mengadakan rihlah untuk menuntut ilmu ke berbagai negara diantaranya Syam (Damaskus dan sekitarnya), Mesir, Kufah, Bashrah dan Baghdad.

Guru-guru beliau

Imam Bukhari telah bertemu dan belajar dari para ulama yang sangat banyak dari berbagai belahan dunia, beliau pernah mengatakan : “Saya telah menuntut ilmu dari 1080 orang yang kesemuanya adalah ahli hadits”

Diantara guru beliau yang terkenal :

  1. Abu ‘Ashim An Nabil, Dhahhak bin Makhlad Asy Syaibani Al Bashri (wafat   212 H)
  2. Abu Nu’aim, Fadhl bin Dukain (wafat tahun 218/219 H)
  3. Abu Raja’ Al Baghlani, Qutaibah bin Said bin Jamil Ats Tsaqafi (wafat 240  H)
  4. Abu Abdillah Nu’aim bin Hammad Al Marwazi (wafat tahun 228 H); seorang faqih dan menguasai ilmu Faraidh serta salah seorang imam ahlis sunnah yang tegas terhadap ahli bid’ah
  5. Abul Husain Ali bin Abdullah Al Madini (wafat 234 H); salah seorang imam dan ulama yang paling ahli di bidang hadits dan ‘ilal pada zamannya
  6. Abu Zakariyya Yahya bin Ma’in Al Baghdadi (wafat tahun 233 H); salah seorang hafizh dan imam yang tenar terutama dalam ilmu Al Jarh wa At Ta’dil
  7. Abu Muhammad, Ishaq bin Ibrahim Al Hanzhali, yang lebih dikenal dengan Ibnu Rahawaih (wafat 238 H); hafizh, mujtahid dan rekan Imam Ahmad. Beliaulah yang mengusulkan pertama kali untuk mengumpulkan hadits-hadits shohih dalam satu kitab.
  8. Abu Abdillah Ahmad bin Hanbal Asy Syaibani (wafat 241 H); imam Ahlis Sunnah wal Jam’ah, faqihul muhadditsin dan muhadditsul fuqaha
  9. Abu Bakar, Abdullah bin Muhammad bin Abi Syaibah Al Kufi (wafat 235 H); hafizh dan penyusun kitab Al Mushannaf
  10. Muhammad bin Yahya Adz Dzuhli An Naisaburi (wafat 258 H); seorang   hafizh yang mulia, guru sekaligus rekan Imam Bukhari

Murid-murid beliau :

Keluasan ilmu beliau terdengar ke berbagai pelosok bumi ini sehingga tidak heran jika begitu banyak penuntut ilmu yang mendatanginya untuk talaqqi ilmu. Menurut Muhammad bin Yusuf Al Firabri jumlah murid yang mendengarkan dan meriwayatkan dari beliau kitab shohih Bukhari berjumlah 90.000 orang.

Diantara murid beliau yang terkenal :

1.  Abul Husain Muslim bin Hajjaj An Naisaburi (wafat 261 H); penyusun kitab Shahih Muslim

2.  Abu Isa Muhammad bin Isa Tirmidzi (wafat 279 H); penyusun kitab Jami’ atau Sunan Tirmidzi dan beliau salah seorang murid yang terdekat dengan Imam Bukhari

3.  Abu Abdirrahman Ahmad bin Syuaib An Nasaai (wafat 303 H); penyusun kitab Al Mujtaba’ atau Sunan Nasaai

4.  Abu Muhammad Abdullah bin Abdirrahman Ad Darimi (wafat 255 H); penyusun kitab Sunan Darimi

5.  Abu Abdillah Muhammad bin Nashr Al Marwazi (wafat 294 H); faqih, hafizh, imam dan penulis beberapa kitab yang bermanfaat seperti Ta’zhim Qadri Ash Sholah dan Qiiyam Al Lail

6.  Abu Hatim Muhammad bin Idris Al Hanzhali Ar Rozi (wafat 277 H); hafizh dan salah seorang ulama al jarh wa at ta’diel.

7.  Abu Bakar Muhammad bin Ishaq bin Khuzaimah (wafat 311 H); imamnya para imam dan penyusun kitab Shohih Ibn Khuzaimah

8.  Abu Ishaq Ibrahim bin Ishaq Al Harbi (wafat 285 H); salah seorang tokoh ulama di zamannya yang digelari dengan Syaikhul Islam, Daraquthni pernah mengatakan bahwa beliau disamakan dengan Imam Ahmad dari sisi zuhud, ilmu dan wara’nya.

9.  Muhammad bin Yusuf Al Firabri (wafat 330 H); salah seorang yang meriwayatkan shohih Bukhari dan riwayatnya adalah riwayat yang paling dikenal

10. Abu Ishaq Ibrahim bin Ma’qil An Nasafi (wafat 295 H); termasuk yang meriwayatkan shohih Bukhari dengan sanadnya di negeri Maghrib.

Kadar Keilmuan Beliau

A. Kecerdasan dan Kekuatan Hafalan Beliau

Beliau sangat menonjol dalam kekuatan hafalan, beliau pernah mengatakan : “Aku menghafal 100.000 hadits shohih dan 200.000 hadits yang tidak shohih”.

Hasyid bin Ismail dan seorang temannya yang lain bercerita bahwa Imam Bukhari pulang pergi bersama mereka berdua menuntut ilmu hadits waktu itu beliau (Bukhari) masih sangat muda dan tidak pernah mencatat pelajaran. Kami senantiasa mengingatkan dan mempertanyakan sikapnya itu yang terkesan kurang memperhatikan pelajaran. Hingga suatu hari beliau berkata, “Kalian berdua terlalu sering memprotes sikap saya ini, coba tunjukkan dan sebutkan hadits-hadits yang telah kalian catat”. Maka kami menunjukkan kepadanya catatan kami berdua, lalu beliau menambah 15.000 hadits yang beliau baca lewat hafalannya sehingga kami mengecek kebenaran catatan kami dengan hafalan beliau…”

Beliau juga pernah berkata, “Mungkin saja sebuah hadits yang aku dengarkan di Bashrah nanti saya tulis di Syam dan boleh jadi sebuah hadits yang aku dengarkan di Syam nanti aku catat di Mesir”

Abul Azhar bercerita, “Pernah 400 muhaddits berkumpul di Samarkandi dan berusaha menjatuhkan Imam Bukhari dalam kesalahan, mereka memasukkan (mengaduk) sanad Syam ke sanad Irak dan sanad Yaman ke sanad Haram akan tetapi mereka tidak sanggup menjatuhkan Imam Bukhari walaupun sekali”

B. Fikih Beliau

Imam ini walaupun lebih dikenal sebagai ahli hadits namun bukan berarti beliau tidak menguasai fiqh, bahkan begitu banyak pengakuan dari para ulama yang menjelaskan tingginya kedudukan beliau dalam bidang fiqh. Ya’qub Ad Dauraqi mengatakan, “Muhammad bin Ismail faqihnya ummat ini”. Al Hafizh Muhammad bin Basysyar berkata, “Beliau manusia yang paling faqih di zaman ini”. Imam Qutaibah yang merupakan salah seorang dari guru beliau yang terkenal ketika ditanya tentang hukum thalak yang diucapkan oleh seorang yang sementara mabuk, sebelum beliau menjawab datang Bukhari menemui beliau maka Imam Qutaibah berkata kepada si penanya, “Ini dia Ahmad bin Hanbal, Ishaq bin Rahawaih dan Ali bin Al Madini Allah mendatangkan mereka untukmu”, beliau berkata demikian sambil menunjuk ke Imam Bukhari; artinya beliau memandang ilmu Imam Bukhari sepadan dengan ilmu ketiga imam besar itu jika digabungkan.

Kefakihan beliau sangat nampak dari judul-judul bab yang beliau sebutkan pada kitab shohih Al Bukhari, karena penjudulan bab merupakan hasil istinbath (pengambilan hukum) dari hadits-hadits yang disebutkan di bawahnya. Kefaqihan beliau yang sangat istimewa ini sulit dicapai oleh banyak orang sehingga terkadang sebagian judul bab yang beliau tulis seakan-akan tidak memiliki kaitan dengan hadits yang disebutkan di bawahnya kecuali setelah diperhatikan dengan saksama atau membaca penjelasan para pensyarah Shohih Bukhari utamanya Al Hafizh Ibnu Hajar Al Asqalani rahimahulloh.

C. Ilmu Al Jarh wa At Ta’dil dan Ilmu ‘Ilal

Ilmu ‘ilal adalah cabang ilmu hadits yang menjelaskan cacat dan kelemahan yang terdapat dalam sebuah hadits. Ilmu ini adalah ilmu yang sangat mulia namun terpelik dari seluruh cabang-cabang ilmu hadits, karenanya sangat sedikit ahli hadits yang menonjol dan menguasai dengan baik ilmu yang satu ini. Imam Bukhari merupakan salah seorang diantara ulama yang sedikit itu, olehnya itu beliau digelari oleh Imam Muslim sebagai dokter hadis karena mampu mengenal dan mendeteksi ‘ilal (penyakit dan cacat) dari hadits. Imam Tirmidzi berkata, “Aku tidak melihat seseorang di Iraq dan Khurasan yang lebih mengerti ‘ilal, tarikh, dan sanad-sanad melebihi Muhammad bin Ismail. Al Hafizh Ahmad bin Hamdun menceritakan, “Aku melihat Muhammad bin Ismail sewaktu mengantar jenazah Said bin Marwan, beliau ditanya oleh Imam Muhammad bin Yahya Adz Dzuhli tentang nama-nama dan kuniyah perowi serta ‘ilal hadits, beliau berlalu (menjawabnya) sekencang anak panah yang dilepaskan, seakan-akan membaca surat Al Ikhlas”

Bukhari juga salah seorang ulama yang menjadi rujukan dalam ilmu al jarh wa at ta’dil. Keistimewaan yang beliau miliki karena dalam menghukumi seseorang beliau bersikap pertengahan; tidak berlebihan dan tidak pula memudahkan. Imam Bukhari dikenal sebagai sebagai seseorang yang berhati-hati dalam memilih kata-kata hingga ungkapan beliau senantiasa lembut, sangat jarang beliau mengatakan bahwa si fulan pendusta, binasa atau pun pemalsu hadits. Perowi yang paling lemah pun beliau ungkapkan dengan ibarat yang sangat halus seperti: fiihi nazhar (perlu diperiksa/perlu dikaji) atau sakatuu ‘anhu (para ulama mendiamkan orang itu).

Semua ini beliau lakukan karena ketakutan beliau terjatuh dalam perbuatan kezhaliman terutama mengghibah orang lain, walaupun para ulama sudah sepakat bahwa menerangkan kelemahan seorang perowi tidak termasuk ghibah yang diharamkan. Imam Bukhari pernah menyatakan, “Aku berharap bertemu dengan Allah dan aku tidak dihisab karena pernah mengghibah seseorang”, beliau juga menegaskan, “Aku tidak pernah mengghibah seseorang sejak aku tahu bahwa perbuatan ghibah membahayakan pelakunya”.

Penilaian dan Pujian Para Ulama Terhadap Beliau

Keutamaan dan kelebihan Imam Bukhari dari sisi ilmu yang dibarengi dengan amal sholeh mengundang kekaguman dari para ulama, karenanya sangat banyak ungkapan kekaguman serta pujian yang terlontar dari para ulama baik yang merupakan guru-guru beliau, rekan-rekan beliau apatah lagi para ulama yang datang setelah beliau.

Berikut kami kutipkan sebagian kecil dari pujian para ulama terhadap beliau:

  • Qutaibah bin Said menuturkan, “Aku telah menghadiri majelis para fuqaha (ahli fiqh), zuhhad (orang-orang yang zuhud) dan para ahli ibadah,akan tetapi sejak aku baligh belum ada yang aku dapatkan sekaliber Muhammad bin Ismail Bukhari, beliau di zamannya sama dengan kedudukan Umar bin Khaththab radhiyallohu anhu di tengah–tengah sahabat”
  • Muhammad bin Salam Al Bikandi yang juga merupakan salah seorang guru Bukhari pernah berkata kepadanya, “Periksalah kitab-kitabku apa saja yang engkau dapati dari kesalahan maka coretlah”. Beliau juga mengatakan, “Setiap Bukhari menghadiri majelisku aku grogi dan takut jika salah sementara beliau hadir di majelis”
  • Amru bin Ali Al Fallas mengatakan, “Jika ada hadits yang tidak diketahui  oleh Bukhari maka berarti itu bukan hadits”
  • Yahya bin Ja’far Al Bikandi mengatakan, “Seandainya aku sanggup mengambil dari jatah umurku untuk ditambahkan ke umur Bukhari tentu aku akan melakukannya karena kematianku hanyalah kematian seorang manusia biasa adapun kematian Bukhari berarti hilangnya ilmu”. Beliau pernah mengatakan langsung kepada Bukhari, “Seandainya bukan karena keberadaanmu di sini maka aku tidak betah tinggal di Bukhara”
  • Imam Muslim berkata kepada Imam Bukhari, “Tidak ada yang membencimu kecuali orang yang dengki dan aku bersaksi bahwa tidak ada di dunia (di zaman ini) yang seperti engkau”. Imam Muslim ketika ke Bukhara dan bertemu dengan Imam Bukhari beliau mencium jidatnya dan berkata, “Biarkan aku mencium kedua kakimu wahai ustadznya para ustadz, pemimpin ahli hadits dan dokter untuk cacat dan penyakit-penyakit hadits”. Al Hafizh Abu Abdillah Muhammad bin Ya’qub berkata aku mendengar bapakku bercerita, “Aku melihat Muslim bin Hajjaj di depan Muhammad bin Ismail Bukhari bertanya sebagaimana seorang anak kecil bertanya kepada muallimnya”
  • Abu ‘Amr Al Khaffaf berkata, “Telah membacakan hadits kepada kami seorang yang bertakwa, bersih, alim yang aku tidak melihat seorang yang setara dengannya : Muhammad bin Ismail (Bukhari) dan beliau lebih mengetahui hadits ketimbang Imam Ahmad dan Ishaq bin Rahawaih, siapa yang berani mencelanya sedikitpun maka aku akan melaknat pencela itu dengan 1000 laknat
  • Al Hafizh Abdullah bin Hammad Al Aamuli –salah seorang guru dari Bukhari- bertutur, “Aku sangat suka jika aku sekadar sehelai bulu di tubuh Muhammad bin Ismail Bukhari”

Aqidah dan Madzhab Beliau

Imam Bukhori merupakan imam besar Ahlussunnah wal Jama’ah. Bukti tersebut dapat kita ketahui dari perkataan beliau mengenai guru-gurunya “Saya tidak mengambil hadits kecuali dari yang berkata bahwa iman adalah perkataan dan perbuatan”, tentu saja hal ini sesuai dengan aqidah ahlusunnah wal jama’ah.

Para ulama berbeda pendapat mengenai madzhab beliau, apakah seorang Syafi’iyyah, Hanabilah atau seorang mujtahid? Dan pendapat yang rajih -benar- adalah bahwa beliau merupakan seorang mujtahid dan tidak terikat oleh madzhab fikih tertentu.

Karya-Karya Beliau

Beliau memiliki sumbangsih besar terhadap kaum muslimin dari hasil karya beliau رحمه الله, di antaranya adalah:

  1. Al Jami’ As Shohih ; yang lebih dikenal sebagai Shohih Al Bukhori, kitab ini berada pada posisi kedua setelah Al Qur’an dalam tingkat keshohihannya.
  2. Al Adab Al Mufrad ; kitab ini merupakan kumpulan hadits-hadits yang mengajarkan kepada kita akhlak dan adab-adab Rasulullah صلى الله عليه وسلم.
  3. Juz’u Raf’i Al Yadain; buku ini menjelaskan disyariatkannya mengangkat kedua tangan pada waktu shalat selain takbiratul ihram, buku ini telah dicetak diantaranya dengan tahqiq dari Al ‘Allamah Abu Muhammad Badi’uddinsyah Ar Rasyidy As Sanady.
  4. Juz’u Al Qiro’ah kholfa Al Imam; buku kecil ini menjelaskan diwajibkannya membaca surat Al Fatihah pada waktu shalat termasuk bagi makmum dalam seluruh shalat baik sirriyah maupun jahriyah
  5. At Tarikh Al Kabir, kitab ini berisi nama-nama para perawi yang meriwayatkan dari para sahabat, tabi’in, maupun tabi’ut tabi’in, tersusun sesuai abjad hijaiyyah
  6. At Tarikh As Shoghir, telah dicetak, berisi nama para sahabat, tabi’in, maupun tabi’ut tabi’in yang terkenal.
  7. Khalqu Af’aalil ‘Ibaad; sebuah kitab aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah yang menjelaskan bahwa perbuatan makhluk hakikatnya adalah ciptaan Allah Azza wa Jalla. Kitab aqidah ini menyebutkan riwayat-riwayat dengan sanad dan sudah dicetak serta tersebar di kalangan penuntut ilmu

Wafat beliau :

Beliau wafat pada malam Sabtu setelah sholat Isya tepatnya saat malam ‘Iedul Fithri tahun  256 H, dalam usia 62 tahun.

Abdul Wahid bin Adam Ath Thawawisi bercerita, “Aku melihat pada saat bermimpi, Nabi Muhammad shallallohu alaihi wa sallam sedang berdiri di suatu tempat dan ditemani beberapa sahabatnya, maka aku mengucapkan salam kepada beliau lalu beliau menjawab salamku. Aku bertanya, “Mengapa engkau berdiri di sini wahai Rasulullah?” Beliau menjawab : “Aku menunggu Muhammad bin Ismail”. Setelah beberapa hari kemudian dari mimpiku itu sampai kepadaku kabar kematian Imam Bukhari ternyata beliau telah wafat di waktu ketika aku bermimpi melihat Nabi Muhammad shallallohu alaihi wasallam”.

Semoga Allah subhanahu wa ta’ala merahmati beliau dan membalas jasa-jasanya serta memasukkannya dan mengumpulkan kita semua di Syurga Firdaus. Aamiin.

sumber:  Markaz-Assunnah

About admin

hamba Allah yang selalu mengharapkan ampunannya