Category: Artikel

  • 33 Pokok Sunnah Menurut Imam Ahmad

    ushulus sunnah

    Imam Ahlus sunnah, Imam Ahmad bin Hanbal berkata:

    ”Pokok-pokok Sunnah (Islam) di sisi kami adalah:
    Berpegang teguh dengan apa yang dijalani oleh para shahabat serta bertauladan kepada mereka, meninggalkan perbuatan bid’ah,karena setiap bid’ah adalah sesat, serta meninggalkan perdebatan dalam masalah agama. Sunnah menafsirkan Al Qur ’an dan Sunnah menjadi dalil-dalil (sebagai petunjuk dalam memahami) Al Qur’an, tidak ada qiyas dalam masalah agama, tidak boleh dibuat pemisalan–pemisalan bagi Sunnah, dan tidak boleh pula dipahami dengan akal dan hawa nafsu, kewajiban kita hanya lah mengikuti Sunnah serta meninggalkan akal dan hawa nafsu.

    Dan termasuk Sunnah yang harus diyakini barangsiapa meninggalkan salah satu darinya – tidak menerima dan tidak beriman padanya – maka dia tidak termasuk golongan Ahlus Sunnah, adalah:

    1. Iman kepada takdir yang baik dan buruk,
    Membenarkan hadits-hadits tentang masalah ini, beriman kepadanya, tidak mengatakan “mengapa?”, dan tidak pula mengatakan: ”Bagaimana?”, akan tetapi kita hanya membenarkan dan beriman dengannya. Barangsiapa yang tidak mengetahui penafsiran satu hadits, dan tidak dapat dicapai oleh akalnya sesungguhnya hal tersebut telah cukup dan sempurna atasnya (tidak perlu berdalam-dalam lagi). Maka wajib baginya beriman, tunduk dan patuh dalam menerimanya, seperti hadits; ’Asshadiqul masduq“ dan hadits hadits yang seperti ini dalam masalah taqdir, demikian juga semisal hadits – hadits ru’yah (bahwa kaum mukminin akan melihat Allah di sorga), walaupun terasa asing pada pendengaran dan berat bagi yang mendengar, akan tetapi wajib mengimaninya dan tidak boleh menolak satu huruf pun, dan juga hadits-hadits lainnya yang ma’tsur (diriwayatkan) dari orang-orang terpercaya, jangan berdebat dengan seorangpun, tidak boleh pula mempelajari ilmu jidal, karena berbicara tanpa ilmu dalam masalah takdir, ru’yah dan Qur’an dan masalah lainnya yang terdapat dalam Sunnah adalah perbuatan yang dibenci dan dilarang, pelakunya tidak termasuk ahlus Sunnah walaupun perkataannya mencocoki Sunnah sampai dia meninggalkan perdebatan dan mengimani atsar.

    2. Al Qur’an adalah kalamullah bukan makhluk,
    Janganlah dia merasa risih untuk mengatakan:”Dia bukan makhluk”.Sesungguhnya kalamullah itu bukanlah sesuatu yang terpisah dari Dzat Allah Subhana wa ta’ala, dan sesuatu yang berasal dari dzat nya itu bukanlah makhluk. Jauhi lah berdebat dengan orang yang hina dalam masalah ini dan dengan orang lafdziyah (Ahlul bid ’ah yang mengatakan lafadzku ketika membaca Al Qur’an adalah makhluk) dan lainnya atau dengan orang yang tawaquf (Abstain) dalam masalah ini yang berkata: ”Aku tidak tahu Al Qur’an itu makhluk atau bukan makhluk tetapi yang jelas Al Qur’an adalah kalamullah”,orang ini (yang tawaquf) adalah ahlul bid’ah seperti orang yang mengatakan Al Qur’an adalah makhluk. Ketahuilah (keyakinan ahlus Sunnah adalah) Al Qur’an adalah kalamullah bukan makhluk.

    3. Beriman dengan ru’yah
    (bahwa kaum mukminin akan melihat Allah Subhana wa ta’ala) pada hari kiamat sebagaimana diriwayatkan dari Nabi shalallahu’alaihi wa sallam dalam hadits-hadits yang shahih

    4. Nabi shalallahu’alaihi wa sallam sungguh telah melihat Rabbnya,
    hal ini telah ma’tsur dari Rasulullah Shalallahu’alaihi wa sallam diriwayatkan oleh Qatadah dari Ikrimah dari Ibnu Abbas dan diriwayatkan oleh Al Hakam bin Aban dari Ikrimah dari Ibnu Abbas, diriwayatkan pula oleh Ali bin Zaid dari Yusuf bin Mihram dari Ibnu Abbas, dan kita memahami hadits ini sesuai dengan dhahirnya sebagaimana datangnya dari Rasulullah   shalallahu’alaihi wa sallam dan berbicara (tanpa ilmu) dalam hal ini adalah bid ’ah, akan tetapi kita wajib beriman dengannya sebagaimana dhahir nya dan kita tidak berdebat dengan seorangpun dalam masalah ini.

    5. Beriman dengan mizan
    (timbangan amal) pada hari kiamat,sebagaimana disebutkan dalam hadits: (yang artinya) ’’Seorang hamba akan ditimbang pada hari kiamat, dan beratnya tidaklah seberat satu sayap lalat” dan akan di timbang amalan para hamba sebagaimana disebutkan dalam atsar,maka wajib bagi kita untuk beriman dan membenarkannya, serta berpaling dari orang-orang yang menentangnya serta (kita harus) meninggalkan perdebatan.

    6. Sesungguhnya para hamba akan berbicara dengan Allah
    pada hari kiamat tanpa adanya penerjemah antara mereka dengan Allah dan kita wajib mengimaninya.

    7. Beriman kepada haudh
    (telaga) yang dimiliki oleh Rasulullah Shalallahu’alaihi wa sallam pada hari kiamat, yang akan didatangi oleh umatnya, lebarnya sama seperti panjangnya yaitu selama perjalanan satu bu lan, bejana-bejananya seperti banyaknya bintang-bintang di langit, hal ini sebagaimana diberitakan dalam khabar-khabar yang benar dari banyak jalan.

    8. Beriman dengan adanya adzab kubur.

    9. Sesungguhnya umat in iakan diuji dan ditanya dalam kuburnya tentang Iman, Islam, siapa Rabbnya dan siapa Nabi nya.
    Munkar dan Nakir akan mendatanginya sebagaimana yang Dia kehendaki dan inginkan. Kita wajib beriman dan membenarkan hal ini.

    10. Beriman kepada syafaat Nabi Shalallahu’alaihi wa sallam dan kepada suatu kaum yang akan keluar dari neraka setelah mereka terbakar dan menjadi arang, kemudian mereka akan diperintahkan menuju sungai didepan pintu syurga (sebagaimana diberitakan dalam atsar)sebagaimana dan seperti apa yang Dia kehendaki, kita wajib beriman dan membenarkan hal ini.

    11. Beriman bahwa Al-Masih Ad-Dajjal akan keluar,
    Tertulis di antara kedua matanya (Kafir/bahasa Arab) dan beriman dengan hadits-hadits yang datang tentang masalah ini beriman bahwa ini akan terjadi.

    12. Beriman bahwa Isa bin Maryam akan turun dan membunuh dajjal di pintu Ludh.

    13. Iman adalah ucapan dan amalan, bertambah dan ber kurang,
    sebagaimana telah di beritakan dalam hadits: (yang artinya) “Orang mu’min yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik ahlaqnya”, “Barangsiapa meninggalkan shalat sungguh ia telah kafir”, ”Tidak ada amalan yang kalau ditinggalkan orang menjadi kafir kecuali shalat”. Maka barangsiapa meninggalkan shalat ia menjadi kafir dan Allah telah menghalalkan membunuhnya.

    14. Sebaik-baik umat setelah Nabi Shalallahu’alaihi wa sallam adalah Abu baker As Shidiq, kemudian Umar bin Khattab, Utsman bin Affan.
    Kita mengutamakan tiga shahabat ini sebagaimana Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam mengutamakan mereka, para shahabat tidak berselisih dalam masalah ini, kemudian setelah tiga orang ini orang yang paling utama adalah ashabus syura (Ali bin Abi Thalib, Zubair, Abdur Rahman bin Auf, Sa’ad dan [Thalhah]*) seluruhnya berhak untuk menjadi khalifah dan imam. Dalam hal ini kita berpegang dengan hadits Ibnu Umar: (yang artinya) “Kami menganggap ketika Rasulullah Shalallahu’alaihi wa sallam masih hidup dan para sahabatnya masih banyak yang hidup, bahwa sahabat yang terbaik adalah: Abu Bakar, Umar dan Utsman kemudian kita diam (tidak menentukan orang keempat)”, kemudian setelah ashabus syura orang yang paling utama adalah orang yang ikut perang badar dari kalangan Muhajirin kemudian dari kalangan Anshar sesuai dengan urutan hijrah mereka, yang lebih dulu hijrah lebih utama dari yang belakangan, kemudian manusia yang paling utama setelah para sahabat adalah generasi yang beliau diutus kepada mereka. Dan semua orang pernah bersahabat dengan beliau selama satu tahun, satu bulan,satu hari atau satu jam, siapa yang pernah melihat Rasulullah Shalallahu’alaihi wa sallam maka dia termasuk sahabat Rasulullah . Shalallahu’alaihi wa sallam Dia mempunyai keutamaan sesuai dengan lamanya dia bersahabat dengan Rasulullah Shalallahu’alaihi wa sallam, dia lebih dulu masuk Islam bersama Rasulullah Shalallahu’alaihi wa sallam, mendengar dan melihatnya (merupakan satu keutamaan baginya– pent). Orang yang paling rendah persahabatannya dengan Rasulullah Shalallahu’alaihi wa sallam tetap lebih utama dari pada generasi yang tidak pernah melihatnya, walaupun mereka bertemu dengan Allah Subhana wa ta’ala dengan membawa seluruh amalan nya.Mereka yang telah bersahabat dengan Nabi Shalallahu’alaihi wa sallam telah melihat dan mendengar beliau lebih utama –karena persahabatan mereka – dari kalangan Tabi’in walaupun mereka (Tabi’in) telah beramal dengan semua amal kebaikan.

    15. Mendengar dan taat pada Imam dan Amirul mukminin yang baik ataupun yang fajir.
    Dan juga wajib taat kepada orang yang menjabat kekhalifahan karena manusia telah berkumpul (ba’iat) dan ridha kepadanya, dan juga taat kepada orang yang memberontak mereka dengan pedang hingga menjadi khalifah dan dinamakan amirul mukminin.

    16. Jihad terus berlangsung bersama Imam
    hingga hari kiamat dengan imam yang baik ataupun fajir tidak boleh ditinggalkan.

    17. Pembagian harta fa’i
    (harta rampasan yang diambil tanpa melalui peperangan terlebih dahulu) dan pelaksanaan hukum-hukum had dilakukan oleh imam, dan hal ini terus berlangsung tidak boleh seorangpun mencela mereka dan tidak boleh pula membantah mereka.

    18. Memberikan zakat
    (shadaqah) kepada mereka dibolehkan dan teranggap, Barangsiapa yang yang memberikannya kepada mereka maka sudah cukup baginya,Imamnya baik ataupun fajir.

    19. Shalat Jum’at di belakang Imam
    dan di belakang orang yang dipilih oleh Imam sudah cukup dan sempurna dan dilakukan dengan dua rakaat, Barangsiapa yang mengulang shalat nya maka dia adalah seorang ahlul bidah yang meninggalkan atsar dan menyelisihi Sunnah. Dia tidak mendapatkan keutamaan shalat Jum’at sedikitpun jika menganggap tidak boleh shalat dibelakang Imam yang baik ataupun yang dhalim, Sunnah mengajarkan untuk shalat bersama mereka dua rakaat, kita beragama dan meyakini (2/4) bahwa itu sudah sempurna jangan sampai ada suatu perasaan apapun dalam dadamu tentang masalah tersebut.

    20. Barangsiapa yang memberontak kepada Imam kaum muslimin setelah mereka berkumpul dan mengakuinya sebagai khalifah, dengan cara apapun dengan ridha maupun dengan paksa, maka pemberontak itu telah memecahkan persatuan kaum muslimin dan menyelisihi atsar dari Rasulullah Shalallahu’alaihi wa sallam,kalau dia mati dalam keadaan memberontak maka dia mati dalam keadaan mati jahiliyah.

    21. Tidak dihalalkan atas seorangpun memerangi sulthan atau memberontaknya, Barangsiapa yang melakukannya maka dia adalah mubtadi’ (Ahlul bid’ah), sudah tidak diatas Sunnah dan jalan yang lurus.

    22. Memerangi para pencuri dan khawarij diperbolehkan jika mereka mengancam jiwa dan harta seseorang.
    Jika demikian seseorang dibolehkan untuk memeranginya dalam rangka membela jiwa dan hartanya sebatas kemampuannya, tapi dia tidak boleh mencari atau mengejar mereka jika mereka memisahkan diri atau meninggalkannya, tidak boleh seorangpun mengejarnya kecuali Imam atau pemerintah muslimin. Tapi yang diperbolehkan itu adalah membela dirinya ditempat kejadian, dan tidak berniat untuk membunuh seorangpun, kalau pencuri (khawarij ) tersebut mati** ditangannya ketika ia membela diri maka Allah Subhana wa ta’ala akan menjauhkan orang yang terbunuh, dan kalau dia (yang bela diri) yang terbunuh dalam keadaan membela diri dan hartanya, aku mengharapkan dia mati syahid sebagaimana dalam hadits-hadits, seluruh atsar dalam masalah ini (1/5) hanya menyuruh untuk memeranginya dan tidak memerintahkan untuk membunuh atau mengintainya, tidak diperboleh kan*** membunuhnya kalau dia tersungkur atau terluka, kalau menjadikannya sebagai tawanan juga tidak boleh dibunuh, dan jangan dihukum had olehnya sendiri, akan tetapi hendaknya urusan tersebut diserahkan kepada orang yang telah Allah Subhana wa ta’ala tunjuk sebagai Imam (qadhi) untuk menghukumnya.

    23. Kami tidak mempersaksikan (memastikan) seorang ahlu qiblah (muslim) dengan amalannya akan masuk syurga atau neraka.
    Kami mengharapkan orang yang shalih (untuk masuk syurgapent.), dan kami juga meng kha watirkan serta menakutkan orang yang berbuat jelek dan dosa (untuk masuk neraka,pent) dan kami meng harapkan rahmat Allah Subhana wa ta’ala untuknya.

    24. Barangsiapa yang bertemu dengan Allah Subhana wa ta’ala dengan membawa dosa yang bias memasukkannya dalam neraka- tapi dia taubat tidak terus menerus melakukan dosanya- maka sesungguhnya Allah Subhana wa ta’ala menerima taubat hambanya serta mema’afkan kejelekannya.

    25. Barangsiapa yang bertemu dengan Allah dalam keadaan telah ditegakkan atasnya hukum had di dunia maka itulah penghapus dosa baginya, sebagaimana telah ada khabar dari Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam

    26. Barangsiapa yang bertemu dengan Allah Subhana wa ta’ala dalam keadaan terus menerus melakukan dosa,dan tidak bertaubat dari dosa-dosa yang mengharuskan ia dihukum oleh Allah Subhana wa ta’ala, maka urusannya dikembalikan kepada Allah,kalau Allah menghendaki,Dia akan mengadzab orang tersebut dan jika tidak Allah akan mengampuninya.

    27. Barangsiapa yang bertemu dengan Allah dalam ke adaan kafir Allah akan meng adzab nya dan tidak ada ampunan baginya.

    28. Rajam itu adalah haq
    (wajib) atas orang yang zina dan telah menikah, jika dia mengaku atau telah ada bukti yang kuat, Rasulullah Shalallahu’alaihi wa sallam telah merajam, demikian pula khulafaur rasyidin.

    29. Barangsiapa yang menghina seorang saja dari shahabat Rasulullah Shalallahu’alaihi wa sallam atau membencinya karena ada sesuatu yang dia perbuat, atau menyebutkan ke jelekan-kejelekannya maka dia adalah ahlul bid’ah sampai dia bertarahum (mendoakan semoga Allah Subhana wa ta’ala merahmati) kepada mereka semua dan hatinyapun selamat dari perasaan jelek kepada mereka.

    30. Nifak adalah kufur,
    Kufur kepada Allah Subhana wa ta’ala dan menyembah selainnya. Serta menampakkan Islam dalam dhahirnya, seperti orang-orang munafik pada zaman Rasululah Shalallahu’alaihi wa sallam

    31. “Tiga perkara yang barangsiapa tiga perkara ini ada padanya berarti dia munafik “
    dengan keras (mengancam), kita riwayatkan sebagaimana datangnya tidak kita kias-kiaskan. Dan sabdanya:(yang artinya) “Janganlah kalian kembali menjadi kafir jika aku telah wafat, sebagian kalian membunuh sebagian yang lainnya”, dan seperti : “Jika dua orang muslim berkelahi dengan membawa pedang mereka maka yang membunuh dan yang dibunuh masuk neraka”, dan seperti: “Mencerca muslim adalah fasiq dan membunuhnya adalah suatu kekufuran”, dan seperti: “Barangsiapa yang mengatakan kepada saudaranya “Ya kafir”maka sifat tersebut akan kembali (mengenai) salah seorang diantara keduanya”. Dan seperti: “Kufur pada Allah Subhana wa ta’ala melepaskan “nasab walaupun sedikit”. Dan seperti hadits-hadits ini yang shahih dan dihapal, kita harus menerimanya walau tidak tahu tafsirnya (1/6) kita tidak mempersalahkan dan tidak pula memperdebatkannya, dan tidak kita tafsirkan kecuali de ngan hadits yang lebih shahih dari itu.

    32. Sorga dan neraka sudah diciptakan (sudah ada)
    Sebagaimana dalam hadits Rasulullah Shalallahu’alaihi wa sallam bersabda: “Aku masuk ke syurga aku pun melihat istana disana, aku juga melihat alkautsar” dan “Aku lihat ke sorga akupun bisa melihat bahwa kebanyakan penduduk syurga adalah ini, dan aku lihat neraka dan aku lihat kebanyakan penghuninya adalah ini (Wanita-pent), Barangsiapa yang menyangka kedua nya belum ada saat ini berarti dia telah mendustakan Al Qur’an dan hadits-hadits Rasulullah Shalallahu’alaihi wa sallam dan aku tidak mengira (menganggap) orang ini beriman atas adanya syurga dan neraka.

    33. Barangsiapa yang mati dari ahlul kiblat (muslim) dalam keadaan muwahid (bertauhid),dishalati jenazahnya dan dimintakan ampun untuknya, jangan sampai tidak di mintakan ampun dan jangan pula jenazahnya dibiarkan (tidak di shalati) hanya karena disebabkan melakukan dosa- baik yang dosa kecil ataupun besar- dan urusannya diserahkan kepada Allah Ta’ala.

    Akhir risalah:
    Walhamdulillahi wahdah, washala watuhu ‘ala Muhammad wa alihi wasallam taslima
    (Dikutip dari buku terjemah kitab Ushulus Sunnah, karya Imam Ahmad bin Hanbal, Penerbit Darul Manar cet. 1 Th. 1411 H )

    Disalin oleh Al-Akh Ridwan Abdillah hafidzahullah dari majalah Akhwat

  • Bagaimana hukum menggunakan software bajakan?

    Soal
    Pertanyaan ana masih seputar “MENGAMBIL HAK ORANG KAFIR.”

    bagaimana hukumnya kalo kita meng-install program atau software bajakan kedalam komputer kita? bukankah membajak suatu karya orang lain tanpa seizinnya jg trmasuk mengambil hak orang lain..??

    sebenarnya ana ada keinginan tuk membeli software asli, tapi harganya bener-bener mahal. sebagai contoh harga software Adobe Photoshop asli Rp. 6.704.290. sedangkan harga bajakannya Rp 25.000.

    Ana sekarang bener2 bingung stadz.. di satu sisi ana tidak mau berbuat dzolim kpd orang2 kafir, dan di sisi yg lain ana juga mau mahir dalam menguasai software2 mereka (orang kafir)

    Tolong beri masukan kepada ana yang faqir ini mengenai permasalahan yg sedang ana hadapi.

    Semoga Alloh selalu membalas seluruh amal ibadah Ustadz dan selalu memberikan hidayah-Nya kpd umat Islam melalu da’wa yg sedang ustadz lakukan ini..

    Jazakalloh Khoir..

    Jawab

    Dalam masalah ini, para ulama kontemporer terbagi menjadi tiga pendapat:
    Pertama: Mengharamkan secara mutlak baik mengcopy maupun menggunakan software2 yang tidak asli, jika hal tersebut dilarang oleh yang membuatnya. Baik itu muslim maupun kafir non harbi. Inilah fatwa mayoritas ulama kontemporer.

    Kedua: boleh mengcopy dan menggunakan software yang tidak asli untuk kepentingan pribadi, bukan untuk diperjualbelikan, jika memang ia membutuhkannya, dan menurut dugaan kuatnya software aslinya telah terjual banyak dan pembuat softwarenya telah meraup keuntungan yang cukup dan dapat menutupi biaya pembuatan software tsb.

    Ketiga: membolehkan secara mutlak, terutama bila berkaitan dengan ilmu-ilmu penting, sebab dengan tidak boleh mengcopy dan menggunakan kecuali software yang asli, berarti menyembunyikan dan membatasi manfaat dari ilmu tersebut.

    Tentu pendapat yang paling hati-hati ialah pendapat pertama, namun jika memang antum terdesak dan sangat membutuhkan program tsb, cobalah cari program lain yang bisa menggantikan, dan bila tetap tidak ada atau harganya tidak terjangkau, maka seingat ana, Syaikh Utsaimin membolehkan penggunaannya secara terbatas, alias bukan untuk diperjual belikan.
    Wallaahu a’lam bisshawaab.[1]

    Soal:

    Aku bekerja sebagai akuntan. Sejak memulai pekerjaanku ini, aku menggandakan program untuk mendukung pekerjaanku. Aku menggandakan program ini tanpa aku membeli program asli. Hal ini kulakukan karean kutemukan dalam program tersebut peringatan untuk menggandakan program tadi. Lebih-lebih mereka memperingatkan bahwa hak penggandaan telah dilindungi. Sebagaimana peringatan seperti ini banyak ditemukan dalam berbagai buku. Sedangkan pemilik program ini boleh jadi seorang muslim atau pun kafir. Pertanyaannya, apakah dibolehkan melakukan penggandaan seperti ini?

    Jawab

    Tidak dibenarkan bagi anda untuk menggandakan program-program komputer yang pemiliknya melarang untuk digandakan kecuali atas seizinnya. Hal ini berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

    المُسْلِمُوْنَ عَلَى شُرُوطِهِمْ

    Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu menuturkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Umat Islam berkewajiban untuk senantiasa memenuhi persyaratan mereka.”

    Dan juga berdasarkan sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam,

    لاَ يَحِلُّ مَالُ امْرِئٍ مُسْلِمٍ إِلاَّ بِطِيبة من نَفْسٍ

    “Tidaklah halal harta seorang muslim kecuali atas kerelaan darinya”.

    Dan juga berdasarkan sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam,

    مَنْ سَبَقَ إِلَى مُبَاحٍ فَهُوَ أَحَقُّ بِهِ

    “Barang siapa telah lebih dahulu mendapatkan sesuatu yang mubah (halal) maka dialah yang lebih berhak atasnya”. Hukum ini berlaku baik pencetus program adalah seorang muslim atau kafir selain kafir harbi (yang dengan terus terang memusuhi umat Islam), karena hak-hak orang kafir selain kafir harbi dihormati layaknya hak-hak seorang muslim.

    Wabillahittaufiq, dan semoga Allah senantiasa melimpahkan shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan seluruh sahabatnya.

    Al Lajnah Ad Daimah lil Buhuts All ‘Ilmiyyah wal Ifta’ (Komisi Tetap Riset dan Fatwa Kerajaan Saudi Arabia)

    Yang menandatangani fatwa ini:

    Ketua: Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdillah bin Baz

    Wakil Ketua: Syaikh ‘Abdul ‘Aziz Alu Syaikh

    Anggota: Syaikh Sholih Al Fauzan, Syaikh Bakr Abu Zaid

    Sumber: Fatawa Al Lajnah Ad Da’imah 13/188, fatwa no: 18453, Mawqi’ Al Ifta’ (http://alifta.net)[2]

    Soal
    Bagaimanakah hukum menggunakan uang hasil usaha dengan menggunakan software bajakan?

    Pendengar Radio Muslim

    Jawab
    Ustadz Kholid Syamhudi, Lc.menjawab:

    Menggunakan software bajakan untuk suatu usaha telah dijelaskan keharamannya oleh para ulama rahimahumullah. Sehingga penggunaan uang hasil usahanya adalah termasuk menggunakan hasil dari usaha yang tidak halal. Maka seharusnya hasil usaha tersebut tidak digunakan untuk makan. Hasil usaha yang haram seharusnya disalurkan kepada orang lain. Tidak boleh kita makan hasilnya.

    Wallahu’alam bis shawab.[3]

    Referensi:
    [1] http://basweidan.wordpress.com/soal-jawab/
    Oleh Abu Hudzaifah Al Atsary, Mahasiswa Pascasarjana Jurusan Ulumul Hadits, Islamic University of Medina, KSA.

    [2] http://www.rumaysho.com/hukum-islam/muamalah/2907-hukum-memakai-barang-bajakan.html

    [3] http://ustadzkholid.com/tanya-ustadz/fiqih-tanya-ustadz/hukum-memakai-software-bajakan/

  • Di sebelah kanan atau kiri kah sebaiknya memakai jam tangan?

    hukum memakai jam

    Di sebelah kanan atau kiri kah sebaiknya memakai jam tangan?

    Jam ada yang memakainya di tangan kanan dan ada di kiri. Kenapa kita pilih kanan, kita berharap dapat pahala di sini. Karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam  seperti yang digambarkan oleh Aisyah radhiyallahu ‘anha suka mendahulukan yang kanan dalam segala urusan.

    Sebagaimana terdapat dalam hadits,

    كَانَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – يُعْجِبُهُ التَّيَمُّنُ فِى تَنَعُّلِهِ وَتَرَجُّلِهِ وَطُهُورِهِ وَفِى شَأْنِهِ كُلِّهِ

    “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih suka mendahulukan yang kanan ketika memakai sandal, menyisir rambut, ketika bersuci dan dalam setiap  perkara (yang baik-baik).” (HR. Bukhari no. 168 dan Muslim no. 268)

    Dalam pekerjaan yang baik Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mendahulukan yang kanan seperti menyisir rambut, memasang baju, memasang sandal kecuali dalam hal-hal yg kita ketahui beliau mendahului yang kiri seperti dalam buang hajat dan lain-lain.

    Dan jam tangan adalah bagian dari perhiasan dan kebaikan sehingga yang paling cocok dalam hadist ini di kanan letaknya. Sehingga kita mengharapkan pahala di sini. Sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga memakai cincin di jari kanannya.

    Bagaimana orang meletakkannya di kiri? tidak lah berdosa. tidak ada larangannya. tidak boleh kita katakan haram sampai bertemu larangannya. Maka tidak masalah kalau ada orang memakainya di sebelah kiri. Kita tidak mengingkarinya

    Perlu diketahui memakai jam tangan di sebelah kanan harus diniatkan,  karena ingin meniru Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam  bukan karena kebiasaan saja sehingga dengan niat ini mudah-mudahan berpahala. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga memakai cincin di jari kanannya.

    Ada kisah yang menarik tentang jam ini. Suatu hari, Syaikh Muqbil bin Hadi rahimahullah, Ahli Hadits dari Yaman di dalam majelis bertanya dalam majelis kepada murid-muridnya. Biasanya para ulama sengaja membuat muridnya terhibur, keluar dari kebiasaan. Sekarang saya ingin dengar dari kalian, apa ciri-ciri Ahlus Sunnah? kemudian murid-murid syaikh menyebutkan satu persatu ciri Ahlus Sunnah. Kemudian ada orang awam berdiri dan berkata ciri Ahlus Sunnah adalah memakai jam di tangan kanan. Lalu syaikh mengangkat tangannya dan rupanya jam syaikh  di sebelah kiri. Lalu Syaikh berkata “Jadi saya bukan Ahlus Sunnah?”

    Jangan kemudian mengatakan salah sebelum agama menyalahkan. Kadang-kadang ada orang  yang terlalu semangat. Sehingga yang belum disalahkan oleh agama telah disalahkan, belum diharamkan agama namun telah diharamkan
    Hati-hati dan ini biasanya lari ke dalam yang apa yang sebut dengan tannatu.

    Rosululloh shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda: “Celakalah orang-orang yang melampaui batas”(Diucapkan sebanyak tiga kali). (HR. Muslim).

    Celakalah orang yang berlebih-lebihan. Bersikap melampaui batas dalam agamanya. Melampaui batas dalam menghukumi, yang tidak haram dilabeli haram, yang masih boleh dalam agama kita dikatakan tidak boleh. Jangan, dan masalah ini tidak lah harom. dan kalau kita menemukan sebagian ustadz memakai jam di tangan kiri, tidak perlu kita protes atau masalahkan. Sebagian ulama, kita menemukan mereka memakai jam tangan di sebelah kiri, jadi tidak ada masalah.
    wallahu a’lam[1]

    Kembali pada masalah jam tangan, kita bisa menyamakannya dengan cincin. Sehingga tidak ada kelebihan tangan kanan ataupun tangan kiri dalam mengenakan jam tangan. Ada kelonggaran dalam masalah ini. Kita boleh mengenakan jam tangan di tangan kanan, dan boleh juga di tangan kiri. (lihat Fatwa Syaikh Ibn Utsaimin dalam Syarah Riyadhus Shalihin Cetakan Dar wathan Juz 7 hal 184)[2]

    [1] Rekaman tanya jawab kajian bersama ustadz Maududi Abdullah. Download di sini
    http://lautanilmu.ridhofitra.info/2010/05/download-rekaman-dauroh-islam-ilmiyyah-bersama-ustadz-maududi-abdullah-di-batam-28-mei-2010/

    [2] http://ustadzaris.com/memakai-jam-tangan-di-tangan-kanan-atau-kiri

    selesai disusun di Batam oleh

    Al faqir ilallah Ridho Fitra

  • DAN BINASALAH YAHUDI…!!!

    no yahudi

    DAN BINASALAH YAHUDI…!!!(*)

    (Nubuwat  Kehancuran Bangsa Biadab Yahudi Menurut al-Qur’an dan as-Sunnah yang Shahih)

    Wahai putera-putera kera dan babi…

    Para pembunuh Rasul Alloh dan para Nabi…

    Dirikanlah terus dan bangunlah kehancuranmu di tanah muqoddas

    Kau jemput kebinasaanmu dengan hujaman lemparan batu cadas

    Tinggikanlah bangunanmu sesuka hatimu

    Sesungguhnya kehancuranmu akan menimpamu

    Tidak lama lagi waktumu akan tiba untuk merana

    Dan ketetapan Alloh pastilah terlaksana

    Untuk saudara-saudaraku yang terbakar oleh kemarahan karena Alloh

    Melihat saudara-saudara muslimin yang dibantai di bumi Alloh

    Oleh bangsa keturunan kera dan babi yang dilaknat oleh Alloh

    Bersabarlah… karena sesungguhnya kemenangan itu ada di tangan Alloh

    Yang akan diberikan-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang berjuang di jalan Alloh

    Nubuwat al-Qur’an tentang kebinasaan Bangsa Yahudi

    Wahai saudara-saudaraku kaum muslimin yang dimuliakan Alloh…

    Berbesar hatilah, karena Alloh Azza wa Jalla berfirman (yang artinya) : “Dan Telah kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam Kitab itu: “Sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan di muka bumi Ini dua kali dan pasti kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar”. Maka apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) pertama dari kedua (kejahatan) itu, kami datangkan kepadamu hamba-hamba kami yang mempunyai kekuatan yang besar, lalu mereka merajalela di kampung-kampung, dan Itulah ketetapan yang pasti terlaksana. Kemudian kami berikan kepadamu giliran untuk mengalahkan mereka kembali dan kami membantumu dengan harta kekayaan dan anak-anak dan kami jadikan kamu kelompok yang lebih besar. Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, Maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri, dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (Kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kamu dan mereka masuk ke dalam mesjid, sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai. Mudah-mudahan Tuhanmu akan melimpahkan rahmat(Nya) kepadamu; dan sekiranya kamu kembali kepada (kedurhakaan) niscaya kami kembali (mengazabmu) dan kami jadikan neraka Jahannam penjara bagi orang-orang yang tidak beriman.” (QS al-Israa’ : 4-8)

    Berkata Syaikhuna Salim bin ‘Ied al-Hilaly Hafizhahullahu wa Nafa’allahu bihi mengenai ayat ini :

    Pertama : Ayat ini menegaskan terjadinya dua kerusakan yang dilakukan oleh Bani Israil. Sekiranya dua kerusakan yang dimaksud sudah terjadi pada masa lampau, maka sejarah telah mencatat bahwa Bani Israil telah berbuat kerusakan berkali-kali, bukan hanya dua kali saja. Akan tetapi yang dimaksudkan di dalam Al-Qur’an ini merupakan puncak kerusakan yang mereka lakukan. Oleh karena itulah Alloh mengirim kepada mereka hamba-hamba-Nya yang akan menimpakan azab yang sangat pedih kepada mereka.

    Kedua : Dalam sejarah tidak disebutkan kemenangan kembali Bani Israil atas orang-orang yang menguasai mereka terdahulu. Sedangkan ayat di atas menjelaskan bahwa Bani Israil akan mendapatkan giliran mengalahkan musuh-musuh yang telah menimpakan azab saat mereka berbuat kerusakan yang pertama. Alloh mengatakan : “Kemudian kami berikan kepadamu giliran untuk mengalahkan mereka kembali.”

    Ketiga : Sekiranya yang dimaksudkan dengan dua kerusakan itu adalah sesuatu yang telah terjadi, tentulah tidak akan diberitakan dengan lafazh idza, sebab lafazh tersebut mengandung makna zharfiyah (keterangan waktu) dan syarthiyah (syarat) untuk masa mendatang, bukan masa yang telah lalu. Sekiranya kedua kerusakan itu terjadi di masa lampau, tentulah lafazh yang digunakan adalah lamma bukan idza. Juga kata latufsidunna (Sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan), huruf laam dan nuun berfungsi sebagai ta’kid (penegasan) pada masa mendatang.

    Keempat : Demikian pula firman Alloh : “dan Itulah ketetapan yang pasti terlaksana” menunjukkan sesuatu yang terjadi pada masa mendatang. Sebab tidaklah disebut janji kecuali untuk sesuatu yang belum terlaksana.

    Kelima : Para penguasa dan bangsa-bangsa yang menaklukan Bani Israil dahulu adalah orang-orang kafir dan penyembah berhala. Namun bukankah Alloh Subhanahu wa Ta’ala telah mengatakan dalam ayat di atas : “kami datangkan kepadamu hamba-hamba kami yang mempunyai kekuatan yang besar”. Sifat tersebut mengisyaratkan bahwa mereka itu adalah orang-orang yang beriman, bukan orang-orang musyrik atau penyembah berhala. Pernyertaan kata “kami” dalam kalimat di atas sebagai bentuk tasyrif (penghormatan). Sementara kehormatan dan kemuliaan itu hanyalah milik orang-orang yang beriman.

    Keenam : Dalam aksi pengerusakan kedua yang dilakukan oleh Bani Israil terdapat aksi penghancuran bangunan-bangunan yang menjulang tinggi (gedung pencakar langit). Sejarah tidak menyebutkan bahwa pada zaman dahulu Bani Israil memiliki bangunan-bangunan tersebut.

    Kesimpulan : Hakikat dan analisa ayat-ayat di atas menegaskan bahwa dua aksi pengerusakan yang dilakukan oleh Bani Israil akan terjadi setelah turunnya surat al-Israa’ di atas.

    Realita : Sekarang ini bangsa Yahudi memiliki daulah di Baitul Maqdis. Mereka banyak berbuat kerusakan di muka bumi. Mereka membunuhi kaum wanita, orang tua, anak-anak yang tidak mampu apa-apa dan tidak dapat melarikan diri. Mereka membakar tempat isra’ Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam dan merobek-robek kitabullah. Mereka melakukan kejahatan di mana-mana hingga mencapai puncaknya. Mereka menyebarkan kenistaan, kemaksiatan, kehinaan, pertumpahan darah, pelecehan kehormatan kaum muslimin, penyiksaan dan pelanggaran perjanjian.

    Jadi, aksi pengerusakan yang kedua sedang berlangsung sekarang dan telah mencapai titik klimaks dan telah mencapai puncaknya. Sebab tidak ada lagi aksi pengerusakan yang lebih keji daripada yang berlangsung sekarang.

    Adakah aksi yang lebih keji daripada membakar rumah Alloh?

    Adakah aksi pengerusakan yang lebih jahat daripada merobek-robek kitabullah dan menginjak-injaknya?

    Adakah aksi pengerusakan yang lebih sadis daripada membunuhi anak-anak, orang tua dan kaum wanita serta mematahkan tulang mereka dengan bebatuan?

    Adakah aksi pengerusakan yang lebih besar daripada pernyataan perang secara terang-terangan siang dan malam melawan Islam dan para juru dakwahnya?

    Sungguh demi Alloh, itu semua merupakan aksi pengerusakan yang tiada tara!!!

    Lalu Alloh Azza wa Jalla melanjutkan firman-Nya : “dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai”.

    Artinya, hamba-hamba Alloh kelak akan meruntuhkan apa saja yang dibangun dan dikuasai oleh bangsa Yahudi. Mereka akan menggoyang benteng Yahudi dan meluluhlantakkan serta meratakannya dengan tanah. Sebelumnya, tidak pernah disaksikan bangunan-bangunan menjulang tinggi di tanah Palestina kecuali pada masa kekuasaan Zionis sekarang ini. Gedung-gedung pencakar langit dan rumah-rumah pemukiman dibangun di setiap jengkal tanah Palestina yang diberkahi.

    Kami katakan kepada mereka : Dirikanlah terus wahai anak keturunan Zionis, tinggikan bangunan sesukamu! Sesungguhnya kehancuran kalian di situ dengan izin Alloh. Dan tak lama lagi kalian akan luluh lantah dan tertimpa bangunan kalian itu! Dan Alloh takkan memungkiri janjinya : “dan Itulah ketetapan yang pasti terlaksana”.

    Penguasaan Masjidil Aqsha tidak disebutkan pada kali yang pertama dan disebutkan pada kali yang kedua. Sebab penguasaan Masjidil Aqsha oleh kaum muslimin akan berakhir. Kalaulah belum berakhir berarti penguasaan yang kedua merupakan lanjutan dari yang pertama. Akan tetapi berhubung penguasaan Masjidil Aqsha yang pertama akan berakhir, maka penguasaan untuk yang kedua kalinya merupakan peristiwa baru. Dan itulah realita yang terjadi! Penguasaan pertama telah berakhir sesudah bangsa Yahudi menguasai al-Quds serta beberapa wilayah tanah Palestina lainnya dalam satu serangan yang sangat sporadis pada tahun 1967, orang-orang menyebutnya tahun kekalahan. Sebelumnya pada tahun 1948 mereka sebut dengan tahun kemalangan.

    Penguasaan yang pertama berakhir disebutkan karena adanya faktor penghalang yang menghalangi kaum muslimin untuk menguasainya. Penghalang itu merupakan musuh bagi Islam dan kaum muslimin. Dan cukuplah Yahudi sebagai musuh bebuyutan yang sangat menentang Islam, kaum muslimin dan para pembela Islam.

    Maka kita harus membebaskan tanah kita yang dirampas dan membuat perhitungan dengan mereka serta menyalakan api kebencian terhadap mereka!!! Sudah tergambar pada wajah mereka tanda-tanda kemalangan dan kehinaan. Kaum muslimin akan kembali menguasai Masjidil Aqsha –insya Alloh- sebagaimana kaum salafus shalih menguasainya pertama kali. Sebab kehancuran kedua yang telah dijanjikan oleh Alloh dalam firman-Nya : “dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (Kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kamu dan mereka masuk ke dalam mesjid, sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama”.

    Kita sedang menanti peristiwa itu sebagai kebenaran janji Alloh dan kebenaran berita-berita Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam. Pada hari itu kaum muslimin bergembira dengan pertolongan dari Alloh Azza wa Jalla.2

    Nubuwat as-Sunnah ash-Shahihah tentang Kebinasaan Bangsa Yahudi

    Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam telah mengabarkan bahwa kaum muslimin akan berperang melawan bangsa Yahudi, beliau Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda :

    “Tidak akan tiba hari kiamat sehingga kaum muslimin berperang melawan Yahudi. Sampai-sampai apabila orang Yahudi bersembunyi di balik pepohonan atau bebatuan, maka pohon dan batu itu akan berseru, ‘wahai Muslim, wahai hamba Alloh, ini orang Yahudi ada bersembunyi di balikku, kemarilah dan bunuhlah ia.’ Kecuali pohon Ghorqod, karena ia adalah pohon Yahudi.” (Muttafaq ‘alaihi dari Abu Hurairoh radhiyallahu ‘anhu).

    Diriwayatkan oleh Syaikhaini (Bukhari dan Muslim) dari Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda : “Kalian benar-benar akan membunuhi kaum Yahudi, sampai-sampai mereka bersembunyi di balik batu, maka batu itupun berkata, ‘wahai hamba Alloh, ini ada Yahudi di belakangku, bunuhlah dia!’.”

    Hadits-hadits di atas menunjukkan bahwa :

    Pertama : Akan datang masa sebelum datangnya hari kiamat bahwa kaum muslimin dan bangsa Yahudi akan mengalami peperangan besar dan ini adalah suatu hal yang pasti akan terjadi.

    Kedua : Bangsa Yahudi akan dibantai oleh kaum muslimin, dan hal ini terjadinya di bumi Palestina, dan saat itu seluruh pepohonan dan bebatuan yang dijadikan tempat persembunyian bangsa Yahudi akan berseru memanggil kaum muslimin untuk membunuh mereka, kecuali pohon Ghorqod.

    Ketiga : Hal ini menunjukkan bahwa kemenangan berada di tangan Islam dan kehinaan akan meliputi bangsa Yahudi yang terlaknat dan terkutuk.

    Keempat : Berkaitan dengan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam yang diriwayatkan oleh Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma di atas, dimana Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda “latuqootilunna” (Kalian benar-benar akan membunuhi kaum Yahudi) yang disertai dengan lam dan nun sebagai ta’kid (penegasan) akan kepastian hal ini. Khithab (seruan) Nabi ini adalah kepada para sahabat, hal ini menunjukkan secara sharih bahwa masa depan adalah milik Islam saja –biidznillahi-, namun haruslah dengan metode para sahabat Nabi dan kaum salaf yang shalih.

    Kelima : Berkaitan dengan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam yang diriwayatkan oleh Abu Hurairoh radhiyallahu ‘anhu di atas, dimana Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda tentang seruan batu dan pohon : “Wahai muslim, wahai hamba Alloh…” yang menunjukkan manhaj tarbawi (pendidikan) ishlahi (pembenahan) yang ditegakkan di atas manifestasi tauhid dan al-‘Ubudiyah (penghambaan) yang merupakan cara di dalam menegakkan syariat Islam di muka bumi dan melanggengkan kehidupan Islami berdasarkan manhaj nabawi.3

    Tha`ifah al-Manshurah adalah Pembebas Negeri Syam al-Muqoddasah

    Alloh Subhanahu wa Ta’ala telah memberkahi negeri Syam di dalam kitab-Nya al-Majid (yang terpuji) di dalam 5 ayat, sebagai berikut :

    “Dan kami selamatkan Ibrahim dan Luth ke sebuah negeri yang kami Telah memberkahinya untuk sekalian manusia.” (QS al-Anbiyaa’ : 71)

    “Dan (telah kami tundukkan) untuk Sulaiman angin yang sangat kencang tiupannya yang berhembus dengan perintahnya ke negeri yang kami Telah memberkatinya. dan adalah kami Maha mengetahui segala sesuatu.” (QS al-Anbiyaa’ : 81)

    “Dan kami pusakakan kepada kaum yang telah ditindas itu, negeri-negeri bahagian timur bumi dan bahagian baratnya yang Telah kami beri berkah padanya. dan Telah sempurnalah perkataan Tuhanmu yang baik (sebagai janji) untuk Bani Israil disebabkan kesabaran mereka. dan kami hancurkan apa yang Telah dibuat Fir’aun dan kaumnya dan apa yang Telah dibangun mereka.” (QS al-A’raaf : 137)

    “Dan kami jadikan antara mereka dan antara negeri-negeri yang kami limpahkan berkat kepadanya, beberapa negeri yang berdekatan dan kami tetapkan antara negeri-negeri itu (jarak-jarak) perjalanan. berjalanlah kamu di kota-kota itu pada malam hari dan siang hari dengan dengan aman.” (QS Sabaa` : 18)

    “Maha Suci Allah, yang Telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang Telah kami berkahi sekelilingnya.” (QS al-Israa` : 1)

    Seluruh ayat di atas menunjukkan akan keutamaan dan keberkahan negeri Syam, tidak diketahui adanya perselisihan para ulama tafsir tentangnya. Negeri Syam adalah negeri yang memiliki fadhilah (keutamaan) dibandingkan negeri-negeri lainnya. Di negeri inilah risalah-risalah kenabian banyak diturunkan, para rasul banyak diutus dan menjadi tempat hijrah para Nabi Alloh. Di dalamnya terdapat kiblat pertama kaum muslimin, di-isra`kannya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam. Di dalamnya Dajjal akan binasa di tangan al-Masih ‘alaihi Salam, demikian pula Ya’juj dan Ma’juj serta bangsa Yahudi akan binasa.

    Namun negeri ini kini terampas dan terjajah, dirampas dan dijajah oleh bangsa terburuk di muka bumi ini. Namun penjajahan mereka atas bumi Palestina dan Syam adalah penggalian kuburan bagi mereka sendiri. Karena Nabi yang mulia telah memilih negeri ini sebagai bangkitnya ath-Tha`ifah al-Manshurah (golongan yang mendapat pertolongan) yang akan membinasakan bangsa Yahudi dan membebaskan negeri Syam dari kekuasaan mereka serta menegakkan Islam sebagai agama yang haq.

    Berikut ini adalah hadits-hadits yang menjelaskannya yang diuraikan oleh Syaikh Abu Usamah Salim bin Ied al-Hilali :

    Pertama : Hadits ‘Imran bin Hushain radhiyallahu ‘anhu : “Akan senantiasa ada segolongan dari umatku, yang berperang di atas kebenaran, yang menampakkan (kebenaran) terhadap orang-orang yang mencela mereka, hingga terbunuhnya orang yang terakhir dari mereka, yaitu al-Masih ad-Dajjal.” (HR Abu Dawud : 2484; Ahmad : IV/329 dan IV/343; ad-Daulabi dalam al-Kuna : II/8; al-Lalika`i dalam Syarh I’tiqod ‘Ushulis Sunnah no. 169; dan al-Hakim : IV/450; dari jalan Hammad bin Salamah, meriwayatkan dari Qotadah, dari Mutharif).

    Al-Hakim berkata : “Shahih menurut syarat Muslim” dan Imam adz-Dzahabi menyepakatinya. Syaikh Salim berkata : “Hadits ini sebagaimana yang dikatakan oleh al-Hakim”.

    Dan menyertai (tabi’) riwayat ini adalah riwayat dari Abul ‘Alaa` bin asy-Syakhir dari saudaranya Mutharif, dikeluarkan oleh Ahmad (IV/434), dan Syaikh Salim berkomentar : “isnadnya shahih menurut syarat imam yang enam.”

    Kedua : Hadits Salamah bin Nufail radhiyallahu ‘anhu : “Saat ini akan tiba masa berperang, akan senantiasa ada segolongan dari umatku yang menampakkan (kebenaran) di hadapan manusia, Alloh mengangkat hati-hati suatu kaum, mereka akan memeranginya dan Alloh Azza wa Jalla menganugerahkan kepada mereka (kemenangan), dan mereka tetap dalam keadaan demikian, ketahuilah bahwa pusat negeri kaum mukminin itu berada di Syam, dan ikatan tali itu tertambat di punuk kebaikan hingga datangnya hari kiamat.” (HR Ahmad : IV/104; an-Nasa`i : VI/214-215; Ibnu Hibban : 1617-Mawarid; al-Bazzar dalam Kasyful Astaar : 1419; dari jalan al-Walid bin Abdurrahman al-Jarsyi dari Jabir bin Nufair.)

    Syaikh Salim berkata : “Dan isnad ini shahih menurut syarat Muslim.”

    Ketiga : Hadits Qurroh radhiyallahu ‘anhu : “Apabila penduduk negeri Syam telah rusak, maka tidak ada lagi kebaikan bagi kalian. Akan senantiasa ada segolongan dari umatku yang mendapatkan pertolongan, tidaklah membahayakan mereka orang-orang yang menyelisihi mereka hingga datangnya hari kiamat.” (HR at-Tirmidzi : 2192; Ahmad : V/34; al-Lalika`i : 172; Ibnu Hibban : 61; al-Hakim di dalam Ma’rifatu ‘Ulumul Hadits hal. 2; dari jalan Syu’bah bin Mu’awiyah bin Qurroh, dari ayahnya secara marfu’)

    Imam at-Tirmidzi berkata : “hadits hasan shahih.” Syaikh Salim berkomentar : “Hadits ini shahih menurut syarat Syaikhaini (Bukhari dan Muslim).”

    Keempat : Hadits Sa’ad bin Abi Waqqosh radhiyallahu ‘anhu yang memiliki dua lafazh yang berbeda, yaitu :

    * Pertama : Beliau berkata, bersabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam : “Akan senantiasa ada segolongan dari umatku yang menampakkan (diri) di atas kebenaran, yang senantiasa perkasa hingga hari kiamat.” (HR al-Lalika`i di dalam Syarh Ushul I’tiqod Ahlis Sunnah wal Jama’ah : 170).
    * Kedua : Beliau berkata, bersabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam : “Akan senantiasa penduduk Maghrib (barat) menampakkan kebenaran hingga datangnya hari kiamat.” (HR Muslim : XIII/68-Nawawi; Abu Nu’aim di dalam al-Hilyah : III/95-96; as-Sahmi di dalam Tarikh Jurjaan : 467; dan selainnya dari jalan Abu Utsman al-Hindi).

    Syaikh Salim berkomentar : “Iya, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam telah menjelaskan negeri al-Firqoh an-Najiyah dengan penjelasan yang terang yang tidak ada lagi keraguan padanya, dan beliau mengabarkan bahwa negeri itu adalah Syam yang diberkahi dan penuh kebaikan.”

    Dan penjelasan Syaikh Salim al-Hilali di sini ditopang oleh penjelasan berikut :

    * Hadits Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu yang diriwayatkan oleh ‘Umair dari Malik bin Yakhomir, Mu’adz berkata : “Dan mereka ini (ath-Tha`ifah al-Manshurah) berada di Syam.” Dan ucapan ini dihukumi marfu’ karena tidaklah diucapkan dengan ra’yu (pendapat) dan ijtihad.
    * Hadits Sa’ad di atas : “Akan senantiasa penduduk Maghrib (barat) menampakkan kebenaran hingga datangnya hari kiamat.” Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullahu menukil dalam kitabnya Manaqib asy-Syam wa Ahluhu (hal. 72-77) ucapan Imam Ahmad bin Hanbal : “Penduduk Maghrib, mereka adalah penduduk Syam.”

    Syaikh Salim mengomentari : “Saya sepakat dengan dua alasan : Pertama adalah, bahwa seluruh hadits-hadits di atas menjelaskan bahwa mereka adalah penduduk Syam. Kedua, bahasa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam dan penduduk Madinah tentang “penduduk Maghrib (barat)” maksudnya adalah penduduk Syam, karena mereka (penduduk Maghrib) berada di barat mereka (Rasulullah dan para sahabatnya), sebagaimana bahasa mereka tentang “penduduk Masyriq (timur)” adalah penduduk Nejed dan Irak. Karena Maghrib (barat) dan Masyriq (timur) adalah perkara yang nisbi (relatif). Seluruh negeri yang memiliki barat maka bisa jadi merupakan bagian timur bagi negeri lainnya dan sebaliknya. Dan yang menjadi pertimbangan di dalam ucapan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam ini tentang barat dan timur adalah tempat beliau mengucapkan hadits ini, yaitu Madinah.”

    Kesimpulan : Negeri Syam adalah negeri ath-Tha`ifah al-Manshurah yang akan menampakkan kebenaran, tidaklah akan membahayakan mereka orang-orang yang menyelisihi dan mencela mereka, mereka akan mendapatkan kemenangan dari Alloh dan mereka tetap dalam keadaan demikian sampai datangnya hari kiamat. Ath-Tha’ifah al-Manshurah inilah yang akan memenangkan Islam dan membebaskan negeri Syam dari belenggu penjajahan bangsa Yahudi yang terlaknat, dan merekalah yang akan membinasakan bangsa Yahudi terlaknat ini.4

    Seruan Al-‘Allamah Ibnu Baz rahimahullahu Kepada Kaum Muslimin Tentang Permusuhan Yahudi

    Peperangan Islam

    Wahai kaum muslimin di segala penjuru… wahai orang-orang Arab di seluruh tempat… wahai para pemimpin dan penguasa…

    Sesungguhnya peperangan yang terjadi antara bangsa Arab dan Yahudi bukanlah peperangan ‘Arabiyah belaka, perhatikanlah! Namun ia merupakan peperangan Islamiyah ‘Arabiyah, peperangan antara kekufuran dan keimanan, antara al-haq dan bathil dan antara kaum muslimin dengan bangsa Yahudi. Permusuhan Yahudi terhadap kaum muslimin di tanah air dan pusat negeri mereka adalah suatu hal yang telah ma’lum (ketahui) dan masyhur. Maka wajib bagi setiap muslim di setiap tempat untuk menolong saudara-saudara mereka yang teraniaya, berdiri di atas barisan mereka dan membantu mereka di dalam mengembalikan hak mereka yang terampas dari kaum yang menganiaya dan menzhalimi mereka, dengan segala kemampuan yang dimiliki : dari jiwa, kehormatan, peralatan dan harta benda. Semuanya menurut kesanggupan dan kemampuan yang dimilikinya, sebagaimana firman Alloh Azza wa Jalla : “jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, Maka kamu wajib memberikan pertolongan kecuali terhadap kaum yang Telah ada perjanjian antara kamu dengan mereka”5 dan firman-Nya : “Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari Kemudian, dan mereka tidak mengharamkan apa yang diharamkan oleh Allah dan RasulNya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang diberikan Al-Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk.”6

    Sikap Yahudi di dalam memusuhi Islam dan Nabinya Islam adalah suatu hal yang ma’lum dan masyhur. Sejarah telah mencatatnya dan para perawi berita sejarah saling menukilkannya. Bahkan, Kitab teragung dan terbenar menjadi saksi atasnya, yaitu Kitabullah yang tidak ada padanya kebatilan di tengah-tengahnya dan tidak pula di belakangnya, yang diturunkan oleh Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji. Alloh Ta’ala berfirman : “Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik.”7. Alloh Azza wa Jalla menegaskan di dalam ayat yang mulia ini bahwa Yahudi dan orang-orang musyrik itu adalah kaum yang paling keras permusuhannya terhadap kaum mukminin…

    Kewajiban Bersegera Untuk Berperang Di Jalan Alloh

    Wahai sekalian kaum muslimin dari bangsa Arab dan selainnya… bersegeralah kalian untuk memerangi musuh-musuh Alloh dari bangsa Yahudi, dan berjihadlah di jalan Alloh dengan harta dan jiwa kalian, yang demikian ini adalah lebih baik jika kalian mengetahui.

    Bersegeralah kalian untuk menjumpai surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang dipersiapkan bagi muttaqin (orang-orang yang bertakwa), mujahidin dan shobirin (orang-orang yang sabar).

    Ikhlaskanlah niat hanya untuk Alloh, bersabarlah dan kuatkanlah kesabaran kalian serta bertakwalah kepada Alloh Azza wa Jalla niscaya kalian akan memperoleh kemenangan yang besar atau syahid di jalan kebenaran dalam rangka menumpas kebatilan. Ingatlah selalu dengan apa yang diturunkan Rabb kalian Subhanahu di dalam kitab-Nya yang mubin (jelas) tentang keutamaan mujahidin dan janji Alloh atas mereka berupa derajat yang tinggi dan tempat yang penuh kenikmatan (surga).

    Alloh Ta’ala berfirman : “Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan RasulNya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu Mengetahui. Niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam jannah ‘Adn. Itulah keberuntungan yang besar. Dan (ada lagi) karunia yang lain yang kamu sukai (yaitu) pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat (waktunya). dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang beriman.”8.

    Dan firman-Nya Ta’ala : “Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan maupun berat, dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di jalan Allah. yang demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu Mengetahui.”9.

    Dan firman-Nya Ta’ala : “Apakah (orang-orang) yang memberi minuman orang-orang yang mengerjakan haji dan mengurus Masjidilharam kamu samakan dengan orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari Kemudian serta bejihad di jalan Allah? mereka tidak sama di sisi Allah; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang zhalim. 20. Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta, benda dan diri mereka, adalah lebih Tinggi derajatnya di sisi Allah; dan Itulah orang-orang yang mendapat kemenangan. Tuhan mereka menggembirakan mereka dengan memberikan rahmat dari padanya, keridhaan dan surga, mereka memperoleh didalamnya kesenangan yang kekal, Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.”10.

    Minta Diberangkatkan untuk Berjihad

    Wahai para mujahidin! Alloh Subhanahu telah menjelaskan di dalam ayat ini keutamaan jihad dan akibatnya yang terpuji bagi orang-orang yang beriman. Yaitu berupa pertolongan dan kemenangan yang dekat -di dunia- beserta surga dan keridhaan dari Alloh Subhanahu serta kedudukan yang tinggi di akhirat.

    Ayat yang kedua yaitu yang berbunyi : “Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan maupun berat” menunjukkan akan kewajiban berangkat untuk berjihad bagi para pemuda dan orang tua apabila diseru, dalam rangka meninggikan kalimat Alloh dan melindungi negeri kaum muslimin serta melawan musuh-musuh mereka. Terlebih lagi apa yang dihasilkan jihad bagi kaum muslimin berupa Izzah, kemuliaan, kebaikan dan keagungan, ganjaran yang besar, tingginya kalimat Alloh, terpeliharanya keadaan umat, agama dan keamanannya.

    Telah datang penjelasan di dalam al-Qur’an al-Karim ayat-ayat yang mulia tentang keutamaan jihad dan dorongan untuk berjihad, dan janji kemenangan bagi orang-orang mukmin dan kehancuran kaum kafir, yang memenuhi hati seorang mukmin dengan semangat, kekuatan, obsesi dan kejujuran untuk turun di medan jihad, keberanian di dalam menyokong al-haq untuk memenuhi janji Alloh, dan keimanan akan pertolongan-Nya, serta harapan akan ganjaran di antara dua kebaikan, yaitu kemenangan dan ghanimah (harta rampasan perang) atau syahid di jalan kebenaran, sebagaimana firman Alloh Azza wa Jalla : “Katakanlah: “Tidak ada yang kamu tunggu-tunggu bagi kami, kecuali salah satu dari dua kebaikan, dan kami menunggu-nunggu bagi kamu bahwa Allah akan menimpakan kepadamu azab (yang besar) dari sisi-Nya. sebab itu tunggulah, Sesungguhnya kami menunggu-nunggu bersamamu.”11 dan firman-Nya Azza wa Jalla : “Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.”12.

    Alloh Azza wa Jalla juga berfirman Azza wa Jalla : “Dan kami selalu berkewajiban menolong orang-orang yang beriman”13 dan firman-Nya Subhanahu wa Ta’ala : “Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa, (yaitu) orang-orang yang jika kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan sholat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma’ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar.”14 dan firman-Nya Ta’ala : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang, di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. sungguh Telah kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya”15 sampai dengan firman-Nya : “Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi jika kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya. jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan”16.

    Di dalam ayat-ayat ini terdapat at-tashrih (penjelasan yang terang) dari Alloh Azza wa Jalla akan janji-Nya kepada hamba-hamba-Nya berupa pertolongan dari musuh-musuh mereka dan keselamatan dari tipu daya mereka walau sebesar apapun kekuatan mereka dan sebanyak apapun jumlah mereka. Karena sesungguhnya Alloh Azza wa Jalla lebih kuat dari segala kekuatan yang ada dan lebih mengetahui akan akibat dari segala urusan dan Dia berkemampuan atasnya serta Ia Maha Mengetahui seluruh amal-amal mereka.

    Akan tetapi Alloh Azza wa Jalla mensyaratkan janji-Nya ini dengan syarat yang besar, yaitu keharusan beriman kepada-Nya, menolong agama-Nya dan beristiqomah di atasnya dengan kesabaran dan kekuatan di dalam bersabar. Barangsiapa yang melaksanakan syarat ini niscaya Alloh akan memenuhi janji-Nya kepada mereka dan Dia adalah jujur di dalam janji-Nya : “Allah Telah berjanji dengan sebenar-benarnya. Allah tidak akan memungkiri janji-Nya.”17. Dan barangsiapa yang meremehkan syarat ini, atau tidak mau mengangkat kepalanya (untuk memenuhi syarat ini), maka dia tidaklah menghinakan melainkan dirinya sendiri.

    Maka sepatutnyalah bagimu wahai mukmin yang mujahid, untuk banyak-banyak mentadabburi firman Alloh Azza wa Jalla : “Jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu”18, karena sesungguhnya di dalam ayat ini –demi Alloh- terdapat suatu kalimat yang agung dan janji yang benar dari Yang Maha Merajai, Maha Berkehendak dan Maha Mulia apabila engkau bersabar di dalam memerangi musuhmu dan berjihad untuk menghinakan mereka dengan tetap menegakkan takwa kepada Alloh Azza wa Jalla, yaitu dengan mengagungkan-Nya Subhanahu, mengikhlaskan (semua amal) hanya untuk-Nya, menta’ati-Nya dan Rasul-Nya serta berhati-hati dari hal-hal yang dilarang-Nya dan Rasul-Nya, maka inilah hakikat takwa. Dan bersabar di dalam jihad an-Nafsi (melawan hawa nafsu) dan terus bersabar di dalam jihad terhadap musuh-musuh (Alloh) adalah merupakan bagian dari takwa itu sendiri…

    Keutamaan Para Mujahidin di Sisi Alloh

    Bertakwalah kalian kepada Alloh wahai sekalian kaum muslimin dan mujahidin di medan pertempuran dan di mana saja kalian berada… bersabarlah dan kuatkan kesabaran kalian di dalam jihad terhadap jiwa kalian di dalam ketaatan kepada Alloh dan menahan diri dari apa yang diharamkan Alloh, dan jihad terhadap jiwa kalian di dalam memerangi musuh dan menyerang sekutu-sekutu mereka, dan bersabarlah di dalam mengemban kesulitan-kesulitan di tengah medan pertempuran dengan ketenangan di bawah kelebatan pesawat-pesawat tempur dan suara-suara yang memekikkan, dan ingatlah bahwa para salaf kalian yang shalih dari kalangan para Nabi dan Rasul serta para sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam –semoga Alloh meridhai mereka semua- serta siapa saja dari para pengikut mereka dari mujahidin yang jujur, pada mereka ada tauladan untuk kalian, dan pada mereka terdapat pelajaran dan ‘ibrah.

    Mereka sungguh telah banyak bersabar dan berjihad dalam waktu yang panjang, maka Alloh membukakan atas mereka negeri-negeri dan memberi petunjuk kepada hamba-hamba Alloh melalui perantaraan mereka, Alloh kokohkan mereka di atas bumi dan Alloh anugerahkan kepada mereka kekuasaan dan kepemimpinan dikarenakan keimanan mereka yang agung, keikhlasan mereka kepada pelindung mereka Yang Maha Mulia, kesabaran mereka di dalam medan pertempuran dan mereka lebih mendahulukan Alloh dan negeri akhirat ketimbang dunia dan segala perhiasannya yang menipu.

    Sebagaimana firman Alloh Azza wa Jalla di dalam Kitab-Nya yang mulia : “Sesungguhnya Allah Telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu Telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Quran. dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang Telah kamu lakukan itu, dan Itulah kemenangan yang besar.”19 dan firman-nya Jalla Sya’nuhu : “Dan kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah kami ketika mereka sabar dan adalah mereka meyakini ayat-ayat kami.”20.

    Dan telah shahih dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bahwasanya beliau bersabda : “Ribath (berjaga-jaga di perbatasan perang) sehari di jalan Alloh itu lebih mulia daripada dunia dan seisinya, suatu tempat bagian salah seorang diantara kalian di surga itu lebih baik daripada dunia dan seisinya, dan perginya seorang hamba di sore atau pagi hari di jalan Alloh itu lebih baik daripada dunia dan seisinya.”

    Dan telah shahih pula dari beliau bahwasanya beliau ditanya : “Amal apakah yang mulia utama?”, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam menjawab : “Iman kepada Alloh dan Rasul-Nya.” Beliau ditanya lagi, “Kemudian apa wahai Rasulullah?”, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam menjawab : “Jihad di jalan Alloh.”

    Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda : “Perumpamaan seorang mujahid di jalan Alloh –dan Allohlah yang lebih tahu siapakah yang berjihad di jalan-Nya- adalah sebagaimana orang yang berpuasa dengan berdiri, dan Alloh menanggung bagi seorang mujahid di jalan-Nya apabila Ia mewafatkannya maka Ia masukkan dirinya ke dalam surga atau Ia kembalikan ia dalam keadaan selamat dengan pahala dan harta rampasan perang.”

    Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda : “Barangsiapa yang mati dan tidak pernah berperang ataupun terbetik di dalam dirinya untuk berperang, maka ia mati di atas cabang kemunafikan.”

    Seorang lelaki bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam amalan apakah yang sepadan dengan keutamaan jihad, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda kepada penanya tadi : “Apakah engkau sanggup apabila seorang mujahid keluar kemudian berpuasa tidak berbuka dan berdiri terus tanpa lelah.” Penanya itu berkata : “Siapakah gerangan yang sanggup melakukan hal itu wahai Rasulullah?”, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam menjawab : “Adapun seandainya engkau pun mampu melaksanakannya, tetaplah tidak mencapai keutamaan mujahidin.”

    Iman, Kewaspadaan dan I’dad (Persiapan) Kekuatan yang Disanggupi

    Bertakwalah kalian wahai sekalian kaum muslimin, dan jujurlah di dalam berjihad melawan musuh-musuh Alloh dan musuh kalian dari bangsa Yahudi dan sekutu-sekutu mereka. Introspeksilah diri kalian dan bertaubatlah kepada Rabb kalian atas segala hal yang menyelisihi dien Islam dari mabda’ (prinsip), aqidah dan perbuatan. Berbuat jujurlah ketika di medan pertempuran, dan dahulukanlah Alloh dan negeri akhirat. Dan ketahuilah bahwa pertolongan yang nyata dan akibat yang terpuji bukanlah hanya untuk bangsa Arab saja tanpa orang ‘ajam (non Arab), ataupun untuk bangsa ‘ajam saja bukan untuk orang Arab. Juga bukan pula untuk bangsa berkulit putih saja tanpa bangsa kulit hitam dan sebaliknya. Akan tetapi, pertolongan itu dengan izin Alloh adalah milik orang-orang yang bertakwa kepada-Nya dan mengikuti petunjuk-Nya, milik orang yang berjihad melawan nafsunya di jalan Alloh dan orang yang melawan musuh-Nya dengan kekuatan yang disanggupinya. Sebagaimana Pelindung (Maula) mereka memerintahkan hal ini di dalam firman-Nya Azza wa Jalla : “Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi”21 dan firman-Nya : “Hai orang-orang yang beriman, bersiap siagalah kamu”22 serta Dia Azza wa Jalla menyeru Rasul yang terpercaya ‘alaihi Afdholu as-Sholati was Salam : “Dan apabila kamu berada di tengah-tengah mereka (sahabatmu) lalu kamu hendak mendirikan shalat bersama-sama mereka, Maka hendaklah segolongan dari mereka berdiri (shalat) besertamu dan menyandang senjata, Kemudian apabila mereka (yang shalat besertamu) sujud (telah menyempurnakan serakaat),, Maka hendaklah mereka pindah dari belakangmu (untuk menghadapi musuh) dan hendaklah datang golongan yang kedua yang belum bersembahyang, lalu bersembahyanglah mereka denganmu, dan hendaklah mereka bersiap siaga dan menyandang senjata. orang-orang kafir ingin supaya kamu lengah terhadap senjatamu dan harta bendamu, lalu mereka menyerbu kamu dengan sekaligus. dan tidak ada dosa atasmu meletakkan senjata-senjatamu, jika kamu mendapat sesuatu kesusahan Karena hujan atau Karena kamu memang sakit; dan siap siagalah kamu. Sesungguhnya Allah Telah menyediakan azab yang menghinakan bagi orang-orang kafir itu”23.

    Renungkanlah wahai saudaraku, perintah Alloh kepada hamba-Nya ini untuk bersiap-siap melawan musuh mereka dengan apa saja yang mereka sanggupi dari kekuatan, kemudian renungkan pula perintah-Nya kepada Nabi-Nya Shallallahu ‘alaihi wa Salam dan kaum mukminin tatkala peperangan melawan musuh berkecamuk dan dekat dengan mereka, supaya mereka tetap menegakkan sholat dan memanggul pedang. Dan bagaimana Alloh Subhanahu mengulang perintahnya untuk memegang pedang dan tetap waspada supaya musuh mereka tidak menyerang mereka tatkala mereka sedang sholat, agar engkau tahu dengan demikian ini bahwa wajib bagi mujahidin -baik pimpinan maupun prajurit- untuk tetap menaruh perhatian terhadap musuh dan supaya waspada dari kejahatan mereka. Juga supaya mereka bersiap-siap dengan kekuatan apa saja yang mereka sanggupi, dan tetap menegakkan sholat dan menjaganya dengan tetap bersiap siaga di saat sedang melaksanakannya (sholat) tatkala perang berkecamuk dan ketika diperlukan.

    Di dalam hal ini, tercakup antara sebab hissiyah (inderawi/materi) dan ma’nawiyah (spirituil), dan ini merupakan kewajiban bagi mujahidin di setiap zaman untuk bersifat dengan akhlak imaniyah, dan beristiqomah di dalam ketaatan kepada Rabb mereka serta meyakini bahwasanya pertolongan berada di tangan-Nya bukan pada selainnya. Dan ini merupakan sebab yang pertama, asas yang kokoh, pokok yang agung, poros berputarnya pertolongan dan asasnya keberhasilan dan kemenangan. Dan ini merupakan sebab ma’nawi yang Alloh mengkhususkan bagi hamba-hamba-Nya yang mukminin yang Alloh bedakan dari lainnya serta Alloh janjikan dengan pertolongan apabila mereka menegakkannya bersama dengan sebab kedua (sebab materi, pent.) sebatas kemampuannya, yaitu persiapan (i’dad) mereka di dalam melawan musuh mereka dengan apa yang mereka sanggupi dari kekuatan dan inayah yang berkaitan dengan peperangan. Dan juga besabar dan tetap di dalam kesabaran di medan peperangan dengan senantiasa waspada akan tipu daya musuh.

    Dengan dua perkara ini (sebab ma’nawi dan hissi/materi, pent.) maka akan terwujudlah pertolongan dari Rabb mereka Azza wa Jalla sebagai keutamaan, kemuliaan, rahmat dan kebaikan dari-Nya serta pemenuhan janji-Nya dan pertolongan terhadap kelompok-Nya.

    Sebagaimana firman-Nya Azza wa Jalla : “dan kami selalu berkewajiban menolong orang-orang yang beriman” dan firman-Nya Ta’ala : “jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan”.

    Menang Atau Syahid

    Wahai mujahid! Engkau sesungguhnya sedang berada di peperangan yang dahsyat bersama musuh yang memiliki kedengkian yang luar biasa terhadap Islam dan pemeluknya. Maka mantapkanlah dirimu di dalam berjihad dan bersabarlah serta tetaplah di dalam kesabaran. Ikhlaskanlah amalmu hanya untuk Alloh dan mintalah pertolongan hanya kepada-Nya semata. Dan bergembiralah dengan salah satu dari dua kebaikan apabila engkau benar dengan hal yang demikian ini, yaitu kemenangan, ghanimah dan akibat yang terpuji di dunia dan akhirat, atau syahid, tempat yang penuh kenikmatan, istana yang megah, sungai-sungai yang mengalir dan bidadari yang cantik jelita di negeri yang mulia.

    Wahai bangsa Arab, janganlah kau menyangka bahwa pertolongan atas musuhmu terkait karena kearabanmu, namun sesungguhnya pertolongan itu terkait karena keimananmu kepada Alloh, kesabaranmu di medan pertempuran, keistiqomahanmu di dalam kebenaran, taubatmu dari dosa-dosamu yang terdahulu dan keikhlasanmu kepada Alloh pada seluruh amal-amalmu. Maka berisitiqomahlah kamu pada hal ini (keikhlasan) dan berpegangteguhlah dengan Islam yang shahih yang hakikatnya adalah pengikhlasan hanya untuk Alloh, istiqomah di atas syariat-syariat-Nya dan meniti petunjuk Rasul dan Nabi-Nya Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Salam di dalam peperangan, perdamaian ataupun seluruh keadaan…24

    Kunci Mendapatkan Pertolongan dan Kemenangan Dari Musuh Islam

    Sungguh umat ini telah ditimpa semenjak lebih dari setengah abad yang lalu oleh bencana yang membinasakan, dan kebanyakan sebab ditimpanya musibah ini adalah dikarenakan lalainya kaum muslimin dari sebab-sebab bencana dan malapetaka ini. Alloh Azza wa Jalla berfirman : “Katakanlah, (musibah) itu adalah dari diri kalian sendiri” dan firman-Nya : “Dan apa saja musibah yang menimpa kamu Maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).”

    Seandainya umat kita, pemimpin dan rakyatnya, mentadabburi Kitabullah, mengamalkan hukum-hukum dan hikmahnya, niscaya mereka akan mampu mengambil sebab-sebab pertolongan dari musuh-musuh mereka dan mereka akan mengetahui sunnatullah atas makhluk-Nya yang tidak akan berubah dan berganti seiring dengan perubahan waktu dan pergiliran zaman.

    Upaya mendapatkan pertolongan dari musuh-musuh Alloh sebagaimana terdapat di dalam Kitabullah adalah banyak sekali. Diantaranya adalah :

    Pertama : Tauhid, Iman dan Amal Shalih

    Sebagaimana dalam firman Alloh Subhanahu wa Ta’ala : “Dan Allah Telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang shaleh bahwa dia sungguh- sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana dia Telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang Telah diridhai-Nya untuk mereka, dan dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. ”

    Kedua : Barangsiapa yang menolong agama Alloh niscaya Alloh akan menolongnya

    Menolong agama Alloh adalah dengan cara menegakkan syariat-syariat-Nya, ittiba’ (menauladani) petunjuk Nabi-Nya Shallallahu ‘alaihi wa Salam, mewujudkan ubudiyah hanyalah milik Alloh, menghidupkan sunnah-sunnah Nabi dan mematikan serta menumpas bid’ah-bid’ah dengan cara amar ma’ruf nahi munkar dan jihad melawan musuh-musuh Alloh di manapun mereka berada.

    Menolong agama Alloh adalah dengan mentaati Alloh dan Rasul-Nya, melaksanakan segala perintah Alloh dan Rasul-Nya dan menjauhi segala larangan Alloh dan Rasul-Nya.

    Alloh Ta’ala berfirman : “Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa” Dan barangsiapa yang diberi pertolongan oleh Alloh, maka tiada seorangpun yang dapat mengalahkannya. Alloh Ta’ala berfirman : “Jika Allah menolong kamu, Maka tak adalah orang yang dapat mengalahkan kamu; jika Allah membiarkan kamu (Tidak memberi pertolongan), Maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu?”

    Ketiga : Kesabaran dan Ketakwaan merupakan sebab pertolongan dan kemenangan dari Alloh

    Alloh telah berjanji kepada orang yang bersabar dan bertakwa dengan pertolongan, kemantapan dan kemenangan serta mementalkan tipu muslihat musuh-musuhnya. Alloh Ta’ala berfirman : “Ya (cukup), jika kamu bersabar dan bersiap-siaga, dan mereka datang menyerang kamu dengan seketika itu juga, niscaya Allah menolong kamu dengan lima ribu malaikat yang memakai tanda. Dan Allah tidak menjadikan pemberian bala bantuan itu melainkan sebagai khabar gembira bagi (kemenangan)mu” Dan firman-Nya : “jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan.”

    Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda : “Ketahuilah, sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan, dan pertolongan itu bersama kesabaran, dan bersama kesulitan itu ada kemudahan.”

    Keempat : Setiap orang yang teraniaya dijanjikan pertolongan oleh Alloh, apalagi jika ia seorang mukmin yang bertakwa

    Dan demikianlah, bahwa kezhaliman itu adalah kegelapan dan Alloh telah mengharamkan kezhaliman atas diri-Nya dan Ia jadikan haram pula atas makhluk-Nya. Ia perintahkan untuk menolong orang yang mazhlum (teraniaya) dan Ia jadikan do’anya mustajab yang tidak ada antara dirinya dan diri Alloh hijab (pembatas).

    Alloh Ta’ala berfirman : “Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, Karena Sesungguhnya mereka Telah dianiaya. dan Sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu” dan Alloh Ta’ala berfirman : “Demikianlah, dan barangsiapa membalas seimbang dengan penganiayaan yang pernah ia derita Kemudian ia dianiaya (lagi), pasti Allah akan menolongnya.”

    Telah warid (datang) juga bahwasanya, sesungguhnya Alloh pada hari kiamat mengqishash kambing bertanduk dan menanduk kambing tidak bertanduk.

    Kelima : Para penganut agama yang haq dijanjikan dengan pertolongan Alloh

    Alloh Ta’ala berfirman : “Dia-lah yang mengutus rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang hak agar dimenangkan-Nya terhadap semua agama walaupun orang musyrik benci”.

    Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda : “Sungguh urusan ini akan benar-benar mencapai apa yang dicapai siang dan malam. Dan tidaklah tersisa sebuah rumahpun di desa atau di dusun terpencil melainkan Alloh masukkan agama ini ke dalamnya, memuliakan yang mulia dan menghinakan yang hina, mulia dengan kemulian Islam dan hina dengan kehinaan kekufuran.”

    Dan janji ini termaktub di dalam Kitabullah dan di atas lisan Rasulullah, janji Alloh takkan meleset karena Alloh takkan menyelisihi janjinya.

    Keenam : Perselisihan merupakan sebab kelemahan dan kehinaan

    Tidaklah diberikan bagi umat Islam melainkan perselisihan dan perpecahan. Seandainya umat ini bersatu di atas kalimat tauhid dan mempersatukan kalimatnya, berpegang teguh dengan tali (agama) Alloh, berjihad memerangi musuh-musuhnya dalam rangka meninggikan kalimat Alloh dan menegakkan tauhid hanya semata untuk Alloh serta membatalkan kesyirikan, maka niscaya Alloh pasti menolong mereka.

    Alloh Ta’ala berfirman : “janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”

    Ketujuh : I’dad (persiapan) menghadapi peperangan secara madiyah (materil) dan ma’nawiyah (spirituil)

    Demikianlah, mengambil sebab-sebab merupakan sunnah nabawiyah yang para nabi mensunnahkannya beserta kejujuran dan tawakkal mereka yang amat sangat. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam menampakkan antara kedua baju zirahnya pada salah satu pertempurannya, dan beliau saat itu memakai topi baja, dan sebagian sahabat beliau menggunakan baju zirah yang lengkap, dan hal ini semua tidaklah menafikan tawakal kepada Alloh.

    Alloh Ta’ala berfirman : “Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang”, dan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam telah mentafsirkan ayat di atas dengan sabdanya : “Ketahuilah, sesungguhnya kekuatan itu adalah melempar tombak, ketahuilah, sesungguhnya kekuatan itu adalah melempar tombak”

    Semoga Alloh Ta’ala memberikan kita taufiq untuk mengambil sebab-sebab datangnya pertolongan dari yahudi dan seluruh musuh-musuh Islam, yang mana pada hari itu kaum mukminin bersuka cita akan pertolongan Alloh…25

    Penutup dan Kesimpulan

    1. Permasalahan Palestina dengan Yahudi, bukanlah permasalahan tanah atau batas politik semata. Namun permasalahan Palestina dengan Yahudi adalah permasalahan aqidah dan agama.
    2. Peperangan di Palestina kelak akan menjadi peperangan Islami dan ini adalah sesuatu yang pasti terjadi, dan bangsa Yahudi saat ini sedang membangun kuburan mereka sendiri di ladang pembantaian mereka.
    3. Masalah Palestina tidak akan dapat diselesaikan dengan jalur perdamaian, sebab Alloh telah menetapkan selain itu, yakni dengan jihad dan perang.
    4. Segala bentuk kehinaan dan musibah yang menimpa umat Islam saat ini, pada hakikatnya adalah disebabkan jauhnya umat dari agama dan pemahaman Islam yang benar.
    5. Yang akan menguasai dan membebaskan tanah Palestina dan bumi Islam lainnya adalah ath-Tha`ifah al-Manshurah, yang mana mereka akan muncul dari negeri Syam.
    6. Solusi untuk merebut kembali tanah muqoddasah (Palestina) dan negeri lainnya yang terjajah adalah dengan jihad syar’i, dan jihad takkan bisa terimplementasi apabila tanpa didasari dengan ilmu. Oleh karena itu, menuntut ilmu saat ini adalah kewajiban yang paling utama sebelum jihad.
    7. Jihad syar’i dalam arti jihad fath wa tholab harus memenuhi persyaratan syar’i sebagai berikut :

    a. Imam
    b. Negara (daulah)
    c. Bendera (royah)
    1. Jihad syar’i memiliki persiapan (i’dad) syar’i yang harus dipenuhi. Ada dua macam persiapan, yaitu :

    Pertama : Persiapan dengan pembinaan keimanan ummat, dengan cara menegakkan hakikat peribadatan hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala semata, membina jiwa mereka dengan kitabullah, mensucikan mereka dengan sunnah nabinya dan menolong agama Allah dan syariat-syariat-Nya. ”Allah benar-benar akan menolong hamba-Nya yang menolong agama-Nya.”

    Kedua : Persiapan fisik, yaitu mempersiapkan sejumlah perlengkapan dan alat-alat perang untuk melawan dan memerangi musuh-musuh Allah. ”Dan persiapkanlah bagi mereka apa-apa yang kamu sanggupi, dari kekuatan dan kuda yang ditambat yang akan menggentarkan musuh Allah dan musuh-musuh kalian.”

    1. Demonstrasi, unjuk rasa, mogok kerja ataupun mogok makan sebagai bentuk solidaritas terhadap bangsa Palestina bukanlah solusi islami, namun merupakan suatu bentuk tasyabbuh (penyerupaan terhadap orang kafir) yang tidaklah berfaidah melainkan menjauhkan umat dari sebab-sebab pertolongan Alloh.

    Allamah as-Syam, Muhammad Rasyid Ridha berkata : “Sesungguhnya barangsiapa yang menjual sejengkal saja tanah Palestina atau tanah sekitarnya kepada Yahudi atau Inggris, maka sungguh ia bagaikan orang yang menggadaikan Masjidil Aqsha dan menggadaikan seluruh negeri. Karena apa yang mereka beli merupakan sarana menuju kepada hal itu (tergadaikannya Masjidil Aqsho dan seluruh negeri Islam) dan menjadikan Hijaz dalam keadaan rawan. “Leher” tanah di negeri ini bagaikan leher manusia dari jasadnya, dengan demikian tanah ini terhitung secara syar’i bagi kemanfaatan Islam secara umum, tidak sebagai kepemilikan orang-orang tertentu. Kepemilikan secara agresi terhadap negeri Islam adalah batil, merupakan pengkhianatan terhadap Alloh, Rasul-Nya dan terhadap amanat Islam…” (Majalah “al-Manar” no. 34 hal. 612)

    Footnote :

    (*) Disusun dari beberapa sumber oleh Abu Salma al-Atsari.
    1 Sengaja kami pilih kata Nubuwat daripada kata ramalan, karena kata nubuwat lebih sesuai dan pantas daripada penggunaan kata ramalan. Kata ramalan seringkali berasosiasi dengan klenik, khurofat, takhayul ataupun metafisika. Sedangkan nubuwat maka asosiasinya adalah dengan wahyu : al-Qur’an atau as-Sunnah yang shahih.

    2 Disarikan dari “Jama’ah-Jama’ah Islamiyah Ditimbang Menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah” (terj. Al-Jama’at al-Islamiyyah fi Dhou’il Kitaabi was Sunnah), karya Syaikh Salim bin Ied al-Hilaly, pent. Ust. Abu Ihsan al-Atsari, Pustaka Imam Bukhari, Jilid I, cet. I, Juni 2003, hal. 90-108.

    3 Dipetik secara ringkas dan bebas dari artikel yang berjudul Haditsu Qitaali al-Yahuudi Riwaayatan wa Dirooyatan, karya Syaikh Ali Hasan al-Halabi, dalam Majalah al-Asholah, no. 30, th. V, hal. 7-8.

    4 Disarikan dari artikel yang berjudul ath-Tha`ifah al-Manshurah wal Bilaad al-Muqoddasah, karya Syaikh Abu Usamah Salim bin Ied al-Hilali, dalam Majalah al-Asholah, no. 30, th, V, hal. 17-21.

    5 QS al-Anfal : 72

    6 QS at-Taubah : 29

    7 QS al-Maa`idah : 82

    8 QS ash-Shaff : 10-13

    9 QS at-Taubah : 41

    10 QS at-Taubah : 19-22

    11 QS at-Taubah : 52

    12 QS Muhammad : 7

    13 QS ar-Ruum : 47

    14 QS al-Hajj : 40-41

    15 QS Ali ‘Imraan : 118

    16 QS Ali ‘Imraan : 120

    17 QS az-Zumar : 20

    18 QS Ali ‘Imraan : 120

    19 QS at-Taubah : 111

    20 QS as-Sajdah : 24

    21 QS al-Anfaal : 60

    22 QS an-Nisaa` : 71

    23 QS an-Nisaa` : 102

    24 Disarikan dari artikel yang berjudul Mauqifu al-Yahud minal Islam wa Fadhlu al-Jihaad fi Sabilillahi, karya al-Imam Abdul Aziz bin Baz rahimahullahu, dalam Majalah al-Asholah, no. 30, th. V, hal. 45-58.

    25 Disarikan dari artikel yang berjudul Ma’aalimu al-Ihtidaa` fi ‘Awaamilin Nashri ‘alal A’daa`, tulisan redaksi Majalah al-Asholah, no. 30, th. V, hal. 80-83.

    sumber:
    https://abusalma.wordpress.com/2007/01/03/dan-binasalah-yahudi/

  • Mengenal Jam Islam (Perhitungan Waktu dalam Islam)

    jam islam

    Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa penanggalan Islam atau penanggalan Hijriyah, pergantian tanggalnya terjadi pada saat matahari terbenam. Karenanya kalau penanggalan Islam kita itu kita buatkan konsepsi jam Islamnya – maka jam 00.00 nya otomatis harus diletakkan saat matahari terbenam juga (18.00). Jadi ketika di jam konvensional menunjuk tepat pada jam 18.00, maka di jam Islam berarti tepat jam 00.00. Kemudian, dikarenakan memulai jam 00.00 nya saat matahari terbenam di awal malam, maka perjalanan malampun akan selalu dihitung oleh jam Islam selama 12 jam penuh hingga terbitnya matahari utk mengawali siang pada jam 06.00 (terbit dan terbenamnya matahari dipatok jam 06.00 pagi dan jam 06.00/18.00 sore).

    Selanjutnya, perjalanan waktu siangpun akan terhitung 12 jam penuh juga, dari mulai terbit matahari hingga terbenam matahari. Dengan demikian, jam islam itu kalau siang dia berfungsi menghitung perjalanan waktu siang. Dan kalau malam diapun menghitung perjalanan waktu malam. Walhasil, dengan jam Islam, setiap saat kita bisa mengetahui berapa lamakah waktu yg terpakai pada malam hari itu atau pada siang hari itu.

    Sebagai contoh, di pagi hari, 1 jam setelah matahari terbit, di jam Islam pasti jam 1, pertanda pada pagi hari itu kita telah menggunakan waktu 1 jam. Tapi di jam Masehi pasti menunjuk pukul 7, padahal pagi hari itu kita baru menggunakan waktu 1 jam. Jadi, jam Islam menunjukkan secara langsung hitungan waktu siang dan malam dg sebenarnya. Sedangkan jam Masehi tidak demikian.

    sumber:
    http://www.facebook.com/notes/aqil-azizi/mengenal-jam-islam-perhitungan-waktu-dalam-islam/416041775529

  • Tiada Izzah Kecuali Dengan Tauhid dan Sunnah

    izzah tauhid

    Sesungguhnya izzah atau kemuliaan merupakan perkara yang sangat dirindukan oleh para pejuang Islam yang tulus di berbagai penjuru bumi. Apa pun akan mereka korbankan demi menggapainya, waktu, tenaga, pikiran, harta, bahkan kalau perlu nyawa mereka pun rela untuk mereka pertaruhkan di jalan Allah ta’ala. Sementara kemuliaan tersebut tidak akan bisa digapai kecuali dengan pertolongan dan taufik dari Allah ta’ala. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Allah adalah penolong bagi orang-orang yang beriman, Allah akan mengeluarkan mereka dari kegelapan-kegelapan menuju cahaya. Adapun orang-orang kafir, penolong-penolong mereka adalah thaghut, yang mengeluarkan mereka dari cahaya menuju kegelapan. Mereka itulah para penduduk neraka, mereka kekal di dalamnya.” (QS. al-Baqarah: 257)

    Kemenangan dan kemuliaan itu tidak akan diraih kecuali dengan mengabdi kepada Allah dengan sepenuh jiwa dan raga, dengan keimanan dan amal salih, dengan rasa cinta dan pegagungan, dengan mewujudkan tauhid yang bersih dan berpegang teguh dengan Sunnah Nabi-Nya shallallahu ‘alahi wa sallam. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan beramal salih di antara kalian, sungguh Allah akan menjadikan mereka berkuasa di atas muka bumi ini sebagaimana Allah telah mengangkat orang-orang sebelum mereka menjadi pemimpin, dan sungguh Allah akan meneguhkan bagi mereka agama yang diridhai oleh-Nya untuk mereka dan Allah akan menggantikan bagi mereka keadaan yang penuh rasa takut dengan keamanan. Mereka itu senantiasa beribadah kepada-Ku dan tidak mempersekutukan-Ku dengan sesuatu apapun…” (QS. an-Nuur: 55)

    Karena tauhid yang murni merupakan tujuan hidup jin dan manusia di alam dunia. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. adz-Dzariyat: 56).

    Dengan sebab tauhid itulah Allah akan memuliakan hamba-hamba-Nya. Dengan sebab tauhid itulah Allah akan menerima amal-amal mereka. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Barangsiapa yang menghendaki perjumpaan dengan Rabbnya maka hendaklah dia melakukan amal salih dan tidak mempersekutukan Rabbnya dalam beribadah kepada-Nya dengan sesuatu apapun.” (QS. al-Kahfi: 110).

    Allah akan menolak amalan orang-orang musyrik meskipun mereka telah bersusah payah dan bercapek-capek dalam melakukannya. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sungguh, telah diwahyukan kepadamu dan kepada orang-orang sebelummu; apabila kamu berbuat syirik niscaya akan musnah semua amalmu dan kamu pasti termasuk golongan orang-orang yang merugi.” (QS. az-Zumar: 65).

    Karena tauhid adalah hak-Nya yang paling agung. Barangsiapa yang menyia-nyiakan hak ini maka dia telah melecehkan Rabbul ‘alamin, tidak berterima kasih kepada ar-Rahman ar-Rahim, dan tidak menyimpan rasa takut kepada Maliki Yaumid din. Allah ta’ala berfirman mengisahkan nasehat Luqman kepada putranya (yang artinya), “Wahai putraku, janganlah kamu mempersekutukan Allah. Sesungguhnya syirik itu adalah kezaliman yang sangat besar.” (QS. Luqman: 13)

    Inilah dakwah seorang anak yang pandai berterima kasih kepada ayahnya. Dengan sebab tauhid itulah akan tercipta kebahagiaan hidup sebuah keluarga. Sebagaimana yang Allah ceritakan mengenai ajakan Nabi Ibrahim ‘alaihis salam kepada ayahnya (yang artinya), “Wahai ayahku, mengapa engkau menyembah sesuatu yang tidak bisa mendengar dan tidak melihat bahkan tidak mencukupi bagi dirimu barang sedikitpun.” (QS. Maryam: 42)

    Demikian pula keamanan, ketentraman dan petunjuk akan diberikan oleh Allah kepada masyarakat yang bertauhid dan mengagungkan Rabbul ‘alamin. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuri keimanan mereka dengan kezaliman/syirik, mereka itulah orang-orang yang akan mendapatkan rasa aman dan diberikan petunjuk.” (QS. al-An’am: 82).

    Padahal, kita juga menyadari bahwa tidak akan berubah nasib suatu kaum sampai mereka mau merubah apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri. Allah ta’ala telah menegaskan hal ini dalam ayat-Nya (yang artinya), “Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum sampai mereka merubah apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri.” (QS. ar-Ra’d: 11)

    Oleh sebab itulah, Allah menjadikan dakwah tauhid sebagai misi utama dakwah para nabi dan rasul. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sungguh Kami telah mengutus kepada setiap umat seorang rasul yang mengajak; sembahlah Allah dan jauhilah thaghut.” (QS. an-Nahl: 36).

    Tidak ada seorang pun rasul melainkan menjadikan dakwah tauhid ini sebagai seruan yang paling utama kepada masyarakatnya. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Tidaklah Kami mengutus sebelummu seorang rasul pun melainkan kami wahyukan kepadanya bahwa tidak ada sesembahan -yang benar- selain Aku, oleh sebab itu maka sembahlah Aku saja.” (QS. al-Anbiya’: 25)

    Maka melecehkan dakwah tauhid dan mengesampingkannya merupakan penghinaan kepada manhaj dakwah para nabi dan rasul yang Allah ta’ala telah menjadikan mereka sebagai teladan bagi para da’i yang ingin mengantarkan umat ini menuju kemuliaannya. Dan yang terdepan di antara mereka -yang telah menghabiskan umurnya untuk mendakwahkan tauhid ini- adalah Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Yang Allah ta’ala berfirman kepada beliau (yang artinya), “Katakanlah; inilah jalanku, aku menyeru -kalian- kepada Allah (yaitu untuk mengabdi kepada-Nya) di atas ilmu, inilah jalanku dan jalan orang-orang yang mengikutiku, dan sama sekali aku bukan termasuk golongan orang musyrik.” (QS. Yusuf: 108)

    Dengan memegang teguh Sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam akan mengantarkan umat ini menuju kejayaan yang didamba-dambakan. Allah ta’ala telah menegaskan dalam firman-Nya (yang artinya), “Barangsiapa yang taat kepada Allah dan rasul-Nya maka sesungguhnya dia pasti akan mendapatkan keberuntungan yang sangat besar.” (QS. al-Ahzab: 71)

    Karena menaati rasul merupakan bentuk ketaatan kepada Allah. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Barangsiapa yang menaati rasul sesungguhnya dia telah menaati Allah.” (QS. an-Nisaa’: 80). Sedangkan meninggalkan ketundukan kepada Sunnah beliau merupakan sumber kebinasaan. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Barangsiapa yang menentang rasul setelah jelas baginya petunjuk dan dia mengikuti selain jalannya orang-orang yang beriman maka Kami akan membiarkannya terombang-ambing dalam kesesatan yang dipilihnya dan Kami akan memasukkannya ke dalam Jahannam, dan sesungguhnya Jahannam itu adalah seburuk-buruk tempat kembali.” (QS. an-Nisaa’: 115)

    Menyelisihi ketetapan dan ajaran Rasul adalah akar kehinaan dan keterpurukan. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Tidak pantas bagi seorang mukmin laki-laki atau perempuan apabila Allah dan rasul-Nya telah menetapkan suatu perkara kemudian masih ada bagi mereka pilihan yang lain dalam urusan mereka. Barangsiapa yang durhaka kepada Allah dan rasul-Nya maka sesungguhnya dia telah tersesat dengan kesesatan yang amat nyata.” (QS. al-Ahzab: 36)

    Karena kepasrahan kepada tuntunan dan hukum Rasul merupakan bukti keimanan. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Maka demi Rabbmu, sekali-kali mereka tidak beriman sampai mereka menjadikan kamu sebagai hakim/pemutus perkara dalam perkara apa saja yang mereka perselisihkan di antara mereka, kemudian mereka tidak mendapati rasa sempit di dalam hatinya atas apa yang telah kamu putuskan dan mereka senantiasa pasrah dengan sepenuhnya.” (QS. an-Nisaa’: 65)

    Orang-orang yang menyimpang dari Sunnah dan hukum rasul akan merasakan pahitnya kekalahan dan kerendahan akibat tindakan bodoh mereka meninggalkan petunjuk dan memilih tenggelam dalam kesesatan. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Hendaklah merasa takut orang-orang yang menyimpang dari urusan rasul itu, karena mereka itu akan tertimpa fitnah atau mendapatkan azab yang sangat menyakitkan.” (QS. an-Nuur: 63)

    Berpaling dari Sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam akan menyeret kepada murka Allah dan terhalang dari curahan ampunan-Nya. Allah ta’ala berfirman kepada Nabi-Nya (yang artinya), “Katakanlah; jika kalian benar-benar mencintai Allah maka ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintai kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian.” (QS. Ali Imran : 31)

    Lihatlah, para sahabat radhiyallahu’anhum generasi terbaik yang menjadi teladan bagi masyarakat umat Islam di sepanjang jaman. Mereka telah menunjukkan kepada kita pembelaannya terhadap tauhid, kesetiaannya kepada Sunnah serta kebenciannya kepada syirik dan sikap berlepas diri mereka dari segala amalan dan keyakinan bid’ah. Mereka dipuji oleh Allah dan diabadikan dalam Kitab-Nya yang mulia (yang artinya), “Orang-orang yang terdahulu dan pertama-tama yaitu kalangan Muhajirin dan Anshar serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun pasti akan ridha kepada-Nya. Allah persiapkan untuk mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Dan itulah kemenangan yang sangat besar.” (QS. at-Taubah: 100)

    Mereka -para sahabat- adalah sosok pengibar panji-panji tauhid, singa-singa pembela Sunnah, dan pribadi-pribadi yang sangat mengagungkan syari’ah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memerintahkan kita untuk mengikuti jalan mereka agar selamat dari perpecahan dan kehancuran. Maka mengikuti jalan hidup dan manhaj dakwah mereka adalah jalan kemuliaan dan kejayaan, sedangkan menyimpang darinya merupakan sebab kesesatan dan kebinasaan. Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu’anhu berkata, “Ikutilah tuntunan, jangan kalian mengada-adakan ajaran baru. Karena kalian telah dicukupkan.” al-Auza’i rahimahullah berkata, “Wajib atas kalian untuk mengikuti jejak orang-orang yang terdahulu/para salaf (yaitu para sahabat)…”. Imam Malik rahimahullah berkata, “as-Sunnah merupakan bahtera Nabi Nuh. Barangsiapa yang menaikinya akan selamat, dan barangsiapa yang tertinggal darinya maka akan tenggelam.” Imam Ahmad rahimahullah berkata, “Pokok ajaran Sunnah menurut kami adalah; berpegang teguh dengan pemahaman para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam serta meneladani mereka, dan meninggalkan segala macam bid’ah.” (lihat Kun Salafiyan ‘alal Jaddah, hal. 47)

    Oleh sebab itu siapa pun di antara para da’i Islam yang ingin mengantarkan umat ini menuju kemuliaan, maka tidak ada cara lain bagi mereka selain mendakwahkan tauhid dan sunnah serta memerangi segala bentuk syirik dan bid’ah. Inilah manhaj para sahabat yang berhasil mengantarkan mereka menjadi manusia-manusia yang dimuliakan oleh Allah ta’ala di dunia dan di akherat. Imam Malik rahimahullah mengingatkan, “Tidak akan bisa memperbaiki keadaan generasi akhir umat ini kecuali sesuatu yang telah berhasil memperbaiki generasi awalnya.” Allahul muwaffiq.

    sumber:  AbuMuslih.com
  • “Ikhwan Narsis”

    img

    Ada sebuah kisah yang diceritakan kepada penulis melalui sebuah pesan singkat, “Banyak teman-teman akhwat ana yang mengeluhkan ikhwan yang hanya melihat dari segi fisik daripada din, padahal mereka udah paham din, walau memang dibolehkan dalam syari’at (tentang) hal tersebut namun, tidakkah akhlak (dan) agama menjadi sebuah pertimbangan? Teman-teman ana kini banyak yang meminta dicarikan (calon pendamping hidup) ikhwan, usia mereka banyak di atas 25 tahun, haruskah mereka mendapatkan suami yang pemahaman agamanya minim? Kadang ana sangat “miris” melihat ikhwan yang “aneh” dalam mencari calon istri yang sudah mengenal manhaj salaf, teman anapun yang ikhwan yang sudah faham agama dan ingin ana ta’arufkan dengan teman akhwat ana, perkataan yang pertama kali ia (ikhwan) tanyakan kepada ana…”Akhwatnya cantik tidak??”

    Ada juga ikhwan yang pernah menyampaikan suatu hal kepada penulis untuk dicarikan seorang calon istri,”Akhi tolong dong ana dicarikan akhwat yang sudah bermanhaj salaf, kalau bisa yang putih, tingginya sekian dan yang bertubuh ramping..! Penulis jawab, ”Mas, ente mau cari calon istri seperti pesan makanan di restoran aja! Lha ente sendiri apa sudah punya kriteria sepadan seperti yang ente daftarkan tadi?” Ikhwan tersebut lalu tersipu dan tersenyum malu.

    Tabiat “perfect syndrome” (keinginan untuk mendapatkan seseuatu hal yang sempurna), memang masih menjadi bagian dari tabiat dasar kehidupan manusia, ambil contoh ketika seorang ikhwan mau membeli motor baru, ketika sudah sampai di dealer motor dan ditawarkan untuk memilih salah satu dari jejeran puluhan motor baru dengan jenis yang sama, ikhwan tadi masih kebingungan untuk memilih motor yang terbaik dari puluhan motor tersebut, sampai dibela-belain nungging kesana kemari untuk mengecek ada bagian yang cacat atau tidak, walaupun hal demikian sah-sah saja tetap saja membuat penulis geleng-geleng kepala, ”Wan! (kebiasaan penulis memanggil semua ikhwan dengan memotong bagian belakang kata ikh-wan, dengan sebutan “wan” saja), ente kan tahu ini motor baru semua, kok sampai jungkir balik begitu milihnya?” jawab ikhwan tadi, ”Afwan akhi, mau cari yang terbaik di antara yang baik..!” Penulis berfikir dalam hati, “Lha namanya motor bagian terpenting kan mesinnya, lha wong semua motor baru, kan pasti masih ces-pleng semua.” Penulis hanya senyum-senyum saja menanggapi alasan ikhwan muda ini…

    Apalagi di dalam memilih calon pendamping hidup yang akan mendampingi hari-harinya selama sisa masa hidupnya, seorang ikhwan kadang mencapai derajat “hyper perfect syndrome”, dengan minta dicarikan seorang akhwat dengan syarat-syarat yang bisa masuk kategori “mission impossible” bagi penulis untuk mencarikannya, memangnya mudah “nemu” akhwat dengan kriteria yang sempurna bak bidadari! Padahal derajat seorang muslimah yang shalihah lebih tinggi dari pada seorang bidadari di surga kelak. Mulai dari pertanyaan putih apa tidak? Tingginya berapa? Berat badannya berapa? Sudah bekerja atau tidak? Jerawatan atau tidak, kira-kira mirip artis siapa? ….STOP! ente cari sendiri saja wan! Penulis tidak mau terlibat sama yang beginian! Tidak mungkin penulis mau jadi detektif fisik seorang akhwat, petugas sensus saja tidak sebegitunya!

    Fenomena “narsis” di kalangan ikhwan, bisa dibilang kalau tidak memalukan lalu mau dibilang apalagi? Kadang hanya perkara nama yang terdengar “kampungan” saja bisa membuat seorang ikhwan mundur dari bursa perjodohan dadakan ini. Padahal mereka memahami hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim :

    “Wanita dinikahi karena empat perkara : Karena hartanya, kecantikannya, kedudukannya, dan agamanya. Pilihlah yang taat agamanya (kalau tidak) niscaya engkau akan merugi.” [“Taribat Yadaka, artinya tanganmu akan terpacak ke tana, ini merupakan kinayah (arti kiasan) dari kefakiran]

    Seharusnya seseorang ikhwan yang mempunyai kehormatan dan akal bijak akan menjadikan seorang akhwat yang taat beragama sebagai “target utama” dan pengharapannya, karena keelokan akhlak akan lebih permanen dibandingkan kecantikan fisik, karena kecantikan hanyalah setebal kulit, jika kulit ini tidak ada hanya gumpalan daging dan tulang apa ikhwan masih mau menerimanya?

    Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mendorong para calon suami agar memilih wanita yang shalihah, dan beliau menjelaskan bahwa wanita yang shalihah adalah sebaik-baik kesenangan dunia, Imam Muslim meriwayatkan dari Abdullah bin ‘Amru bin Al-Ash radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :”Dunia adalah kenikmatan dan sebaik-baik kenikmatan duani adalah istri yang shalihah.”

    Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata dalam kitab beliau Syarah Al-Mumti’, bahwa wanita yang taat beragama akan membantunya dalam mentaati Allah Subhanahu wa Ta’ala danakan mengurus dengan baik tugas-tugasnya dalam mendidik anak-anaknya serta akan menjaga dirinya ketika ia tidak ada. Lain halnya dengan wanita yang tidak taat beragama, wanita itu akan menyusahkan di kemudian hari.

    Ya ikhwan, seorang istri yang cantik, walaupun juga berhiaskan kosmetik yang mahal, kalau setiap hari menyerupai bemo (cemberut terus) tidak akan nyaman juga dilihat, kecantikan tidak bisa dinilai dari fisik, karena mereka (para akhwat yang taat beragama dan memelihara kehormatannya) lebih baik dari pada wanita-wanita yang mengumbar auratnya walaupun kecantikan mereka menarik hatimu.

    Ada seorang ikhwan yang beralasan dengan,”Bahwa akhwat yang cantik akan lebih menambah kecintaan dan ketentraman rumah tangga.” Apakah engkau akan mengaku bahwa engkau adalah seseorang yang ber ‘ittiba kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mentaati sunnah-sunnah beliau, padahal perkataan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam,” Pilihlah yang taat agamanya (kalau tidak) niscaya engkau akan merugi.” Telah engkau lempar ke dinding, sehingga kecantikan wajah menjadi prioritas nomor satu dibanding ketaatan beragama seorang akhwat?

    Sehingga banyak akhwat yang telah memiliki usia yang lebih dari cukup untuk menikah, hanya karena penampilan fisik yang kurang berkenan di hati seorang ikhwan (yang kadang standarnya ketinggian), harus rela melajang untuk waktu yang lama, sehingga kerusakan di dalam agama Islam semakin terbuka lebar, dan syaithan semakin mempunyai peluang mengajak manusia mengikuti langkah-langkahnya, mau tahu alasannya?

    PERTAMA Jika seorang ikhwan lebih memprioritaskan kecantikan, maka dia akan cenderung memilih akhwat yang kurang ketaatannya dalam agama karena kecantikan akhwat tadi mempesonakan matanya dengan alasan dia akan mampu mendidiknya, dalam fase ini muncul kesombongan dalam hati si ikhwan. Padahal sesuai sunnah yang menjadi prioritas adalah ketaatan agama.

    KEDUA Karena seorang ikhwan lebih memprioritaskan kecantikan akhirnya dia akan lebih lama mendapatkan istri, sehingga akan membuka peluang lebih besar bagi syaithan untuk merusak kehormatannya karena lamanya membujang, dan juga kehormatan seorang akhwat yang taat beragama terpaksa harus menikah dengan laki-laki yang minim pemahaman agamanya karena tidak ada ikhwan yang mau menikah dengannya. Padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

    “Ada tiga golongan manusia yang berhak mendapat pertolongan Allah: (1) mujahid fi sabilillah (orang yang berjihad di jalan Allah), (2) budak yang menebus dirinya supaya merdeka, dan (3) orang yang menikah karena ingin memelihara kehor-matannya.” [Hadits hasan: Diriwayatkan oleh Ahmad (II/251, 437), an-Nasa’i (VI/61), at-Tirmidzi (no. 1655), Ibnu Majah (no. 2518), Ibnul Jarud (no. 979), Ibnu Hibban (no. 4030, at-Ta’liiqatul Hisaan no. 4029) dan al-Hakim (II/160, 161), dari Shahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu. At-Tirmidzi berkata, “Hadits ini hasan.”]

    KETIGA akan menyebabkan berkurangnya generasi islam yang shalih dan shalihah, karena : 1) seorang akhwat yang dinikahi laki-laki yang minim pemahaman agamanya atau ahli bid’ah akan kalah dominan pengaruhnya dalam pendidikan anak-anaknya, dalam memilih sekolah, dan kegiatan kebid’ahan yang lain. 2) karena banyak akhwat yang terlambat menikah maka peluang untuk memperbanyak keturunan yang shalih dan shalihah akan berkurang padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

    “Menikah adalah sunnahku. Barangsiapa yang enggan melaksanakan sunnahku, maka ia bukan dari golonganku. Menikahlah kalian! Karena sesungguhnya aku berbangga dengan banyaknya jumlah kalian di hadapan seluruh ummat….” [Hadits shahih lighairihi: Diriwayatkan oleh Ibnu Majah (no. 1846) dari ‘Aisyah radhiyallaahu ‘anha. Lihat Silsilah al-Ahaadiits ash-Shahiihah (no. 2383)]

    KEEMPAT kebiasaan “narsis” seorang ikhwan akan membuatnya panjang angan-angan dan dan suka berkhayal untuk mendapatkan seorang calon istri yang sempurna fisiknya, ikhwan yang lebih memprioritaskan kecantikan dalam pernikahannya adalah ikhwan yang mengutamakan hawa nafsu dari pada sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

    Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman : “”Biarkanlah mereka (di dunia ini) makan dan bersenang-senang dan dilalaikan oleh angan-angan (kosong). Maka kelak mereka akan mengetahui (akibat perbuatan mereka).” (Al-Hijr:3)

    Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membuat garis-garis lalu bersabda, “Ini adalah manusia, ini angan-angannya dan ini adalah ajalnya. Maka tatkala manusia berjalan menuju angan-angannya tiba-tiba sampailah dia ke garis yang lebih dekat dengannya (daripada angan-angannya -red).” Yakni ajalnya yang melingkupinya. [HR. Al-Bukhari (6418)]

    Oleh karena itu wahai saudaraku para ikhwan, mereka wanita-wanita yang shalihah adalah pendamping yang terbaik bagimu, mereka adalah permata-permata yang tersembunyi yang jauh dari pandangan manusia, betapa banyak pernikahan yang menghasilkan kekecewaan saat kecantikan menjadi prioritas utama, cobalah engkau wahai saudaraku untuk menyimak kisah di bawah ini :

    Dahulu Abdullah bin Rawahah radhiyallahu ‘anhu memiliki seorang budak wanita berkulit hitam. Hingga suatu saat ketika marah ia menamparnya kemudian ia menyesal dan mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu menceritakan hal itu kepada beliau. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, “Bagaimana ia wahai Abdullah?” Ia menjawab, “Wanita itu berpuasa, shalat, berwudhu dengan baik dan mengucapkan dua kalimat syahadat.” Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Ia adalah wanita mukminah.” Abdullah berkata, “Aku akan memerdekakannya dan akan menikahinya.” Lalu ia pun melakukannya. Kemudian ada sebagian orang dari kaum muslimin yang mencemoohnya, mereka mengatakan, “Ia telah menikahi seorang budak.” Dahulu mereka menikahi wanita-wanita musyrikin karena ingin mendapatkan kehormatan dari kedudukan mereka. Lalu turunlah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :

    “Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik daripada wanita musyrik, walaupun dia menarik bagimu.” (QS Al-Baqarah : 221)

    Ada yang mengatakan bahwa ayat ini turun berkenaan dengan Khansaa’ budak wanita hitam milik Hudzaifah al-Yaman radhiyallahu ‘anhu. Hudzaifah berkata kepadanya, “Hai Khansaa’ engkau telah disebut-sebut di kalangan malaikat yang tinggi, meskipun parasmu jelek dan kulitmu hitam, Allah telah menyebutmu dalam Kitab-Nya.” Lalu Hudzaifah memerdekakannya dan menikahinya.” [Al-Jami’ li Ahkaamil Qur’an, Al-Qurthubi (IV/7), Ibnu Katsir (I/307), dan Fathul Qadir (I/225)]

    Wahai saudaraku ikhwani fillah, pilihlah wanita yang taat beragama walaupun wajahnya jauh dari harapanmu, karena ia akan menyenangkan pandanganmu kelak ketika engkau mengenali kecantikan akhlaknya, bukan seorang wanita yang memiliki kecantikan namun akan menyakiti pandanganmu ketika engkau mengenal akhlaknya, Istri shalihah adalah jannah kebahagiaan yang dapat melepaskan kesedihan yang engkau rasakan, embun yang senantiasa menyejukkan setiap ruangan dalam rumahmu, sesungguhnya wanita yang shalihah, bertaqwa, beriman dan wara’ akan menjadi seorang teman dan pendamping yang tidak akan terpisah dari setiap desah nafasmu… di dunia dan di akhirat.

    Jazakumullahu khairan kepada penyumbang materi dan masukan tentang realitas dan fenomena “ikhwan narsis” ini, semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala merahmati antum semua.

    Wallahu a’lam bishowab

    ( Taken from: note Ma’had Daarussunnah Al-Islamy Wangon )

  • Mengapa Wanita Menjadi Mayoritas Penghuni Neraka?

    nar

    Mayoritas Penghuni Neraka adalah Kaum Wanita

    Ditulis oleh: Muhammad Wasitho, Lc

    Di antara prinsip akidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah dan merupakan ijma’ mereka adalah meyakini bahwa surga dan neraka adalah makhluk yang Allah telah ciptakan dengan haq dan Dia menetapkan calon penghuni bagi keduanya. Allah jadikan Surga sebagai tempat tinggal abadi yang penuh dengan berbagai kenikmatan bagi orang-orang yang beriman kepada-Nya, senantiasa berbuat amal shalih dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Sedangkan neraka Dia jadikan sebagai tempat tempat tinggal yang mengerikan dan membinasakan bagi setiap orang kafir, musyrik, munafik dan durhaka kepada-Nya. Sebagaimana firman Allah Ta’ala:

    “(Surga itu) telah dipersiapkan bagi orang-orang yang bertakwa.” [QS. Ali Imran: 132] dan firman-Nya: Neraka itu telah dipersiapkan bagi orang-orang kafir.” [QS. Al-Baqarah: 24, QS. Ali Imran: 131]

    Siapakah Mayoritas Penghuni Neraka?

    Diriwayatkan dari Abu Sa’id al Khudriy radhiyallahu anhu, ia berkata: “Suatu ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam keluar pada hari raya Idul Adha atau Idul Fitri menuju tempat shalat dan melalui sekelompok wanita. Beliau bersabda,’Wahai kaum wanita bersedekahlah, sesungguhnya aku telah diperlihatkan bahwa kalian adalah mayoritas penghuni neraka.’ Mereka bertanya,’Mengapa wahai Rasulullah?’ Beliau menjawab,’Kalian banyak melaknat dan durhaka terhadap suami. Dan tidaklah aku menyaksikan orang yang memiliki kekurangan akal dan agama yang dapat menghilangkan akal kaum laki-laki yang setia daripada salah seorang diantara kalian. Mereka bertanya,’Apa yang dimaksud dengan kekurangan agama dan akal kami wahai Rasulullah?’ Beliau menjawab,’Bukankah kesaksian seorang wanita sama dengan separuh dari kesaksian seorang pria?’ Mereka menjawab,’Benar.’ Beliau berkata lagi,’Bukankah apabila wanita mengalami haidh maka dia tidak melakukan shalat dan puasa?’ Mereka menjawab,’Benar.’ Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam berkata,’itulah (bukti) kekurangan agamanya.’ (HR. Bukhari)

    Dalam hadits lain yang diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Neraka diperlihatkan kepadaku. Aku melihat kebanyakan penghuninya adalah kaum wanita. Lalu, surga diperlihatkan kepadaku, dan aku melihat kebanyakan penghuninya adalah orang-orang fakir.” (HR. Ahmad)

    Di dalam riwayat lain, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Aku melihat ke dalam Surga maka aku melihat kebanyakan penduduknya adalah orang-orang fakir, dan aku melihat ke dalam neraka maka aku menyaksikan kebanyakan penduduknya adalah wanita.” (HR. Bukhari dan Muslim dari Ibnu Abbas dan Imran serta selain keduanya)

    Hadits-hadits tersebut di atas memberitahukan kepada kita dengan jelas dan gamblang bahwa mayoritas penghuni surga adalah orang-orang fakir (miskin). Sedangkan penghuni neraka yang paling banyak adalah dari kaum wanita.

    Mengapa Wanita Menjadi Mayoritas Penghuni Neraka?

    Di dalam kisah gerhana matahari yang mana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan para shahabatnya melakukan shalat gerh43;Iana padanya dengan shalat yang panjang, beliau melihat Surga dan neraka. Ketika beliau melihat neraka beliau bersabda kepada para shahabatnya:

    “ … dan aku melihat neraka maka tidak pernah aku melihat pemandangan seperti ini sama sekali, aku melihat kebanyakan penduduknya adalah kaum wanita. Para shahabat pun bertanya: “Wahai Rasulullah, Mengapa (demikian)?” Beliau menjawab: “Karena kekufuran mereka.” Kemudian mereka bertanya lagi: “Apakah mereka kufur kepada Allah?” Beliau menjawab:“Mereka kufur (durhaka) terhadap suami-suami mereka, kufur (ingkar) terhadap kebaikan-kebaikannya. Kalaulah engkau berbuat baik kepada salah seorang di antara mereka selama waktu yang panjang kemudian dia melihat sesuatu pada dirimu (yang tidak dia sukai) niscaya dia akan berkata: ‘Aku tidak pernah melihat sedikitpun kebaikan pada dirimu.’ ” (HR. Bukhari dari Ibnu Abbas radliyallahu ‘anhuma)

    Di dalam hadits lainnya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjelaskan tentang sifat wanita penduduk neraka, beliau bersabda :

    “ … dan wanita-wanita yang berpakaian tetapi hakikatnya mereka telanjang, melenggak-lenggokkan kepala mereka karena sombong dan berpaling dari ketaatan kepada Allah dan suaminya, kepala mereka seakan-akan seperti punuk onta. Mereka tidak masuk Surga dan tidak mendapatkan wanginya Surga padahal wanginya bisa didapati dari jarak perjalanan sekian dan sekian.” (HR. Muslim dan Ahmad dari Abu Hurairah radliyallahu ‘anhu)

    Dari beberapa hadits yang telah lalu, kita dapat mengetahui beberapa sebab yang menjerumuskan kaum wanita ke dalam api neraka dan bahkan menjadikan mereka golongan mayoritas dari penghuninya. Di antaranya adalah sebagai berikut:

    1. Banyak melaknat.

    Hal ini sebagaimana ditunjukkan oleh sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam: “Kalian banyak melaknat”.
    Imam Nawawi menyebutkan bahwa para ulama telah bersepakat akan haramnya melaknat. Laknat dalam bahasa Arab artinya adalah menjauhkan. Sedangkan menurut syariat artinya adalah menjauhkan dari rahmat Allah dan kebaikan-Nya. Dan tidak diperbolehkan bagi seseorang menjauhkan orang-orang yang tidak diketahui keadaannya dan akhir perkaranya dengan pengetahuan yang pasti dari rahmat dan karunia Allah. Karena itu mereka mengatakan,’Tidak boleh melaknat seseorang yang secara dhahir adalah seorang muslim atau kafir kecuali terhadap orang yang telah kita ketahui menurut dalil syar’i bahwa dia mati dalam keadaan kafir seperti Abu Jahal atau iblis.

    Adapun melaknat (secara mutlak tanpa menyebut nama tertentu, pent) dengan menyebutkan sifat-sifatnya tidaklah diharamkan seperti melaknat seorang wanita yang menyambung dan minta disambungkan rambutnya, seorang yang mentato dan minta ditato, pemakan riba dan yang memberi makan dengannya, pelukis (makhluk hidup), orang-orang zhalim, fasiq, kafir dan melaknat orang yang merubah batas-batas tanah, orang yang menasabkan seseorang kepada selain ayahnya, membuat sesuatu yang baru di dalam Islam (bid’ah), dan lainnya sebagaimana telah disebutkan oleh dalil-dalil syar’i yang menunjukkan kepada sifat, bukan diri orang tertentu. (Shahih Muslim bi Syarhin Nawawi juz II hal 88 – 89)

    2. Durhaka terhadap suami dan mengingkari kebaikan-kebaikannya

    Hal ini sebagaimana ditunjukkan oleh sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam: “Mereka kufur (durhaka) terhadap suami-suami mereka, kufur (ingkar) terhadap kebaikan-kebaikannya”.

    Kedurhakaan semacam ini banyak sekali kita dapati dalam kehidupan keluarga kaum Muslimin, yakni seorang istri yang mengingkari kebaikan-kebaikan suaminya selama sekian waktu yang panjang hanya disebabkan sikap atau perbuatan suami yang tidak cocok dengan kehendak sang istri. Padahal yang harus dilakukan oleh seorang istri ialah bersyukur atas kebaikan yang diberikan suaminya, janganlah ia mengkufurinya karena Allah tidak akan melihat kepada istri semacam ini sebagaimana dijelaskan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam: “Allah tidak akan melihat kepada wanita yang tidak mensyukuri apa yang ada pada suaminya dan tidak merasa cukup dengannya.” (HR. Nasa’i di dalam Al Kubra dari Abdullah bin ‘Amr. Lihat Al Insyirah fi Adabin Nikah halaman 76)

    Termasuk dalam bentuk kedurhakaan istri kepada suami adalah hal-hal berikut ini apabila dilakukan tanpa alasan yang dibenarkan syari’at: Tidak melayani kebutuhan seksual suaminya, atau bermuka masam ketika melayaninya, tidak mau berdandan atau mempercantik diri untuk suaminya padahal suaminya menginginkan hal itu, menyebarkan aib suami kepada orang lain, menolak bersafar (melakukan perjalanan) bersama suaminya, mengkhianati suami dan hartanya, membuka dan menampakkan apa yang seharusnya ditutupi dari anggota tubuhnya, berjalan di tempat umum dan pasar-pasar tanpa mahram, bersenda gurau atau berbicara lemah-lembut penuh mesra kepada lelaki yang bukan mahramnya, meminta cerai dari suaminya tanpa sebab yang syar’i, dan yang semisalnya.

    3. Tabarruj (bersolek)

    Hal ini sebagaimana ditunjukkan oleh sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam: dan wanita-wanita yang berpakaian tetapi hakikatnya mereka telanjang.

    Yang dimaksud dengan tabarruj ialah seorang wanita yang menampakkan perhiasannya dan keindahan tubuhnya serta apa-apa yang seharusnya wajib untuk ditutupi dari hal-hal yang dapat menarik syahwat lelaki. (Jilbab Al Mar’atil Muslimah halaman 120)

    Ibnu Abdil Barr berkata: “Wanita-wanita yang dimaksudkan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam adalah yang memakai pakaian yang tipis yang menampakkan bentuk tubuhnya dan tidak menutupinya, maka mereka adalah wanita-wanita yang berpakaian pada dhahirnya dan telanjang pada hakikatnya.” (Dinukil oleh Suyuthi di dalam Tanwirul Hawalik 3/103)

    Mereka adalah wanita-wanita yang suka menampakkan perhiasan mereka, padahal Allah telah melarang hal ini dalam firman-Nya:

    Dan janganlah mereka menampakkan perhiasan-perhiasan mereka.” (QS. An-Nuur: 31)

    Wahai ukhti Muslimah, hindarilah tabarruj dan berhiaslah dengan pakaian yang Islami yang menyelamatkan kalian dari dosa di dunia ini dan azab di akhirat kelak.

    Allah Ta’ala berfirman:

    “Dan tinggallah kalian di rumah-rumah kalian dan janganlah kalian bertabarruj dengan tabarrujnya orang-orang jahiliyyah pertama dahulu.” (QS. Al-Ahzaab: 33)

    Inilah beberapa sebab yang mengantarkan wanita menjadi mayoritas penduduk neraka. Semoga Allah menyelamatkan kita semua dari azab-Nya di dunia dan akhirat. Amiin.

    [Telah dimuat di dalam majalah NIKAH volume 8 no. 7 bulan November tahun 2009]

    sumber: Blog Ust. Muhammad Wasitho, Lc

  • Sejarah kelam April Mop (Hari Di mana Umat Islam Dibantai) Penting!


    Maret akan segera usai. Bulan April menjelang. Ada suatu kebiasaan jahiliah yang patut kita waspadai bersama sebagai seorang Muslim; 1 April sebagai hari April Mop. April Mop sendiri adalah hari di mana orang-orang diperbolehkan menipu dan berbohong kepada orang lain. Tapi tahukah Anda apakah April Mop itu sebenarnya?

    Sejarah April Mop

    Sebenarnya, April Mop adalah sebuah perayaan hari kemenangan atas dibunuhnya ribuan umat Islam Spanyol oleh tentara salib yang dilakukan lewat cara-cara penipuan. Sebab itulah, mereka merayakan April Mop dengan cara melegalkan penipuan dan kebohongan walau dibungkus dengan dalih sekadar hiburan atau keisengan belaka.

    Biasanya orang akan menjawab bahwa April Mop—yang hanya berlaku pada tanggal 1 April—adalah hari di mana kita boleh dan sah-sah saja menipu teman, orangtua, saudara, atau lainnya, dan sang target tidak boleh marah atau emosi ketika sadar bahwa dirinya telah menjadi sasaran April Mop. Biasanya sang target, jika sudah sadar kena April Mop, maka dirinya juga akan tertawa atau minimal mengumpat sebal, tentu saja bukan marah sungguhan.

    Walaupun belum sepopuler perayaan tahun baru atau Valentine’s Day, budaya April Mop dalam dua dekade terakhir memperlihatkan kecenderungan yang makin akrab di masyarakat perkotaan kita. Terutama di kalangan anak muda. Bukan mustahil pula, ke depan juga akan meluas ke masyarakat yang tinggal di pedesaan. Ironisnya, masyarakat dengan mudah meniru kebudayaan Barat ini tanpa mengkritisinya terlebih dahulu, apakah budaya itu baik atau tidak, bermanfaat atau sebaliknya.

    Perayaan April Mop berawal dari suatu tragedi besar yang sangat menyedihkan dan memilukan? April Mop, atau The April’s Fool Day, berawal dari satu episode sejarah Muslim Spanyol di tahun 1487 M, atau bertepatan dengan 892 H.

    Sejak dibebaskan Islam pada abad ke-8 M oleh Panglima Thariq bin Ziyad, Spanyol berangsur-angsur tumbuh menjadi satu negeri yang makmur. Pasukan Islam tidak saja berhenti di Spanyol, namun terus melakukan pembebasan di negeri-negeri sekitar menuju Perancis. Perancis Selatan dengan mudah dibebaskan. Kota Carcassone, Nimes, Bordeaux, Lyon, Poitou, Tours, dan sebagainya jatuh. Walaupun sangat kuat, pasukan Islam masih memberikan toleransi kepada suku Goth dan Navaro di daerah sebelah barat yang berupa pegunungan. Islam telah menerangi Spanyol.

    Karena sikap para penguasa Islam yang begitu baik dan rendah hati, banyak orang-orang Spanyol yang kemudian dengan tulus dan ikhlas memeluk Islam. Muslim Spanyol bukan saja beragama Islam, namun sungguh-sungguh mempraktikkan kehidupan secara Islami. Tidak saja membaca Al-Qur’an, namun bertingkah-laku berdasarkan Al-Qur’an. Mereka selalu berkata tidak untuk musik, bir, pergaulan bebas, dan segala hal yang dilarang Islam. Keadaan tenteram seperti itu berlangsung hampir enam abad lamanya.

    Selama itu pula kaum kafir yang masih ada di sekeliling Spanyol tanpa kenal lelah terus berupaya membersihkan Islam dari Spanyol, namun selalu gagal. Maka dikirimlah sejumlah mata-mata untuk mempelajari kelemahan umat Islam Spanyol.

    Akhirnya mereka menemukan cara untuk menaklukkan Islam, yakni dengan pertama-tama melemahkan iman mereka melalui jalan serangan pemikiran dan budaya. Maka mulailah secara diam-diam mereka mengirimkan alkohol dan rokok secara gratis ke dalam wilayah Spanyol. Musik diperdengarkan untuk membujuk kaum mudanya agar lebih suka bernyanyi dan menari daripada membaca Al Qur’an. Mereka juga mengirimkan sejumlah ulama palsu untuk meniup-niupkan perpecahan ke dalam tubuh umat Islam Spanyol. Lama-kelamaan upaya ini membuahkan hasil.

    Akhirnya Spanyol jatuh dan bisa dikuasai pasukan salib. Penyerangan oleh pasukan salib benar-benar dilakukan dengan kejam tanpa mengenal peri kemanusiaan. Tidak hanya pasukan Islam yang dibantai, tetapi juga penduduk sipil, wanita, anak-anak kecil, orang-orang tua. Satu-persatu daerah di Spanyol jatuh.

    Granada adalah daerah terakhir yang ditaklukkan. Penduduk-penduduk Islam di Spanyol (juga disebut orang Moor) terpaksa berlindung di dalam rumah untuk menyelamatkan diri. Tentara-tentara salib terus mengejar mereka. Ketika jalan-jalan sudah sepi, tinggal menyisakan ribuan mayat yang bergelimpangan bermandikan genangan darah, tentara salib mengetahui bahwa banyak muslim Granada yang masih bersembunyi di rumah-rumah. Dengan lantang tentara salib itu meneriakkan pengumuman, bahwa para Muslim Granada bisa keluar dari rumah dengan aman dan diperbolehkan berlayar keluar Spanyol dengan membawa barang-barang keperluan mereka.

    Orang-orang Islam masih curiga dengan tawaran ini. Namun beberapa dari orang Muslim diperbolehkan melihat sendiri kapal-kapal penumpang yang sudah dipersiapkan di pelabuhan. Setelah benar-benar melihat ada kapal yang sudah disediakan, mereka pun segera bersiap untuk meninggalkan Granada dan berlayar meninggalkan Spanyol.

    Keesokan harinya, ribuan penduduk muslim Granada keluar dari rumah-rumah mereka dengan membawa seluruh barang-barang keperluan, beriringan berjalan menuju ke pelabuhan. Beberapa orang Islam yang tidak mempercayai pasukan salib, memilih bertahan dan terus bersembunyi di rumah-rumah mereka. Setelah ribuan umat Islam Spanyol berkumpul di pelabuhan, dengan cepat tentara salib menggeledah rumah-rumah yang telah ditinggalkan penghuninya. Lidah api terlihat menjilat-jilat angkasa ketika mereka membakari rumah-rumah tersebut bersama dengan orang-orang Islam yang masih bertahan di dalamnya.

    Sedang ribuan umat Islam yang tertahan di pelabuhan, hanya bisa terpana ketika tentara salib juga membakari kapal-kapal yang dikatakan akan mengangkut mereka keluar dari Spanyol. Kapal-kapal itu dengan cepat tenggelam. Ribuan umat Islam tidak bisa berbuat apa-apa karena sama sekali tidak bersenjata. Mereka juga kebanyakan terdiri dari para perempuan dengan anak-anaknya yang masih kecil-kecil. Sedang para tentara salib telah mengepung mereka dengan pedang terhunus.

    Dengan satu teriakan dari pemimpinnya, ribuan tentara salib segera membantai umat Islam Spanyol tanpa rasa belas kasihan. Jerit tangis dan takbir membahana. Seluruh Muslim Spanyol di pelabuhan itu habis dibunuh dengan kejam. Darah menggenang di mana-mana. Laut yang biru telah berubah menjadi merah kehitam-hitaman.

    Tragedi ini bertepatan dengan tanggal 1 April. Inilah yang kemudian diperingati oleh dunia kristen setiap tanggal 1 April sebagai April Mop (The April’s Fool Day). Pada tanggal 1 April, orang-orang diperbolehkan menipu dan berbohong kepada orang lain. Bagi umat kristiani, April Mop merupakan hari kemenangan atas dibunuhnya ribuan umat Islam Spanyol oleh tentara salib lewat cara-cara penipuan. Sebab itulah, mereka merayakan April Mop dengan cara melegalkan penipuan dan kebohongan walau dibungkus dengan dalih sekedar hiburan atau keisengan belaka.

    Bagi umat Islam, April Mop tentu merupakan tragedi yang sangat menyedihkan. Hari di mana ribuan saudara-saudaranya se-iman disembelih dan dibantai oleh tentara salib di Granada, Spanyol. Sebab itu, adalah sangat tidak pantas juga ada orang Islam yang ikut-ikutan merayakan tradisi ini. Siapapun orang Islam yang turut merayakan April Mop, maka ia sesungguhnya tengah merayakan ulang tahun pembunuhan massal ribuan saudara-saudaranya di Granada, Spanyol, 5 abad silam.

    Jadi, perhatikan sekeliling Anda, anak Anda, atau Anda sendiri, mungkin terkena bungkus jahil April Mop tanpa kita sadari. (sa/berbagaisumber)

    sumber: note Ukhty Kiky Rizky Rachmannia Luhri
    http://www.facebook.com/note.php?note_id=384716867445

    PS: Coba ikuti Quis Wawasan Seputar Islam, semoga bermanfaat

  • Seputar Sunnah Nama Kun-yah

    K U N – Y A H
    Oleh
    Al-Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat

    Kun-yah adalah setiap nama yang dimulai baik dalam sebutan panggilan atau tuisan dengan Abu Fulan atau Abu Fulanah bagi laki-laki. Contohnya seperti : Abu Abdillah (dari nama Abdullah), Abu Unaisah (kun-yahnya penulis). Dn Ummu Fulan atau Ummu Fulanah bagi perempuan. Contoh seperti : Ummu Abdillah atau Ummu Unaisah.

    Kun-yah merupakan sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang telah ditinggalkan oleh sebagian kaum muslimin khususnya di negeri kita ini. Dan kun-yah juga merupakan kemuliaan bagi orang yang dikun-yahkan [1]. Kun-yah merupakan kebiasaan kaum muslimin dan warisan yang turun temurun dari zaman ke zaman sampai mereka meninngalkannya. Demikian seriusnya perhatian ulama terhadap masalah kun-yah sehingga kalau kita membaca kitab-kitab rijalul hadits, kita akan dapati bab kun-yah tersendiri. Bahkan sebagian ulama memerlukan menyusun kitab khusus berbicara tentang masalah kun-yahnya para perawi hadits. Seperti Imam Muslim dengan kitabnya Al-Kuna wal Asma dan Imam Ad-Dulabiy dengan kitabnya Kitabul kuna wal Asma.

    Tentang sunahnya berkun-yah ini sangat luas sekali diantaranya.

    Pertama : Bolehnya seorang itu berkun-yah meskipun dia belum menikah yang dengan sendirinya belum mempunyai anak. Seperti Anas bin Malik dikun-yahkan dengan Abu Hamzah atau Abu Hurairah yang namanya Abdurrahman dikun-yahkan dengan Abu Hurairah padahal keduanya belum menikah.

    Kedua : Atau seorang yang telah menikah akan tetapi belum mempunyai anak atau tidak mempunyai anak sama seperti Aisyah dikun-yahkan dengan Ummu Abdillah. Padahal Aisyah tidak mempunyai anak dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dia dikun-yahkan dengan nama kemenakannya yaitu Abdullah bin Zubair anak Asma bin Abi Bakar Ash-Shidiq. [2]

    Ketiga : Bolehnya seorang berkun-yah dengan yang bukan dengan nama anak-anaknya seperti Abu Bakar. Padahal dia tidak mempunyai anak yang bernama Bakar. Dan Umar dikun-yahkan dengan Abu Hafs padahal dia tidak mempunyai anak yang bernama Hafs. Dan lain-lain shahabat banyak sekali.

    Keempat : Boleh memberi kun-yah kepada anak yang masih kecil berdasarkan riwayat shahih dibawah ini.

    “Artinya : Dari Anas, dia berkata : Adalah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam orang yang paling baik akhlaknya. Dan aku mempunyai saudara laki-laki yang dipanggil (dikun-yahkan) dengan Abu Umair -dan dia sudah disapih-. Dan beliau apabila datang (yakni ke rumah Anas) berkata, Ya, Aba Umair, apa yang telah diperbuat oleh Nughair?”

    “Berkata Anas, Nughair yang dipakai bermain oleh Abu Umair”.

    Dikeluarkan oleh Bukhari (no. 6129, 6203) di kitab Shahihnya dan dikitabnya Adabul Mufrad (no. 847), Muslim (6/177), Abu Dawud (no. 4969), Tirmidzi (333, 1990) dan Ibnu Majah (no. 3720) dan lain-lain.

    Hadits yang mulia ini memberi fawaa-id yang demikian banyak dengan mengumpulkan seluruh jalannya dan lafadz-lafadznya sampai enam puluh faedah sebagaimana diterangkan oleh Al-Hafidz Ibnu Hajar di Al-Fath (no. 6203) di antaranya ialah bolehnya memberi kun-yah kepada anak-anak yang masih kecil sebagaimana Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memberi kun-yah kepada saudara Anas yang masih kecil dengan Abu Umair. [3]

    Kelima : Bolehnya memberi kun-yah kepada seseorang dengan sesuatu yang ada pada orang tersebut. Seperti Ali bin Abi Thalib dikunyah-kan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan Abu Turab (yang artinya bapak tanah). Kejadiannya ketika Ali sedang tidur di masjid punggungnya ketutupan tanah, lalu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam membangunkannya sambil berkata, Ya, Aba Turab bangunnlah! [4]

    Keenam : Bolehnya seseorang mempunyai lebih dari satu kun-yah seperti Ali, selain dikun-yahkan dengan Abu Turab, dia pun dikun-yahkan dengan Abu Hasan mengambil nama anaknya yang pertama yaitu Hasan.

    Ketujuh : Bolehnya berkun-yah dengan anak laki-laki atau anak perempuan.

    Kedelapan : Bolehnya berkun-yah bukan dengan nama anak tertua, akan tetapi yang telah maklum berkun-yah dengan anak tertua mengambil perbuatan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau berkun-yah dengan anak tertua beliau yaitu Abul Qasim. Dan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Hani, Maka (kun-yah)mu adalah Abu Syuraih. Mengambil anak tertua Hani, yaitu Syuraih.

    Kesembilan : Lantaran berkun-yah merupakan Sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan kemuliaan atau penghormatan kepada orang yang dikun-yahkan, maka tidak ada kun-yah bagi orang kafir karena tidak ada kemuliaan dan kehormatan bagi mereka kecuali mereka tidak dikenal melainkan dengan kun-yahnya.

    Kesepuluh : Telah berselisih para Ulama tentang hukum berkunyah dengan kun-yah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sesudah terjadi kesepakatan (ijma’) di antara mereka tentang Sunnahnya memberi nama dengan nama beliau yaitu Muhammad atau Ahmad. Barangkali yang lebih mendekati kebenaran -wallahu a’lam- illat (sebab) larangan beliau terbatas dimasa hidup beliau agar tidak terjadi kesamaran di waktu berbicara atau memanggil. Ketika beliau telah wafat maka dengan sendirinya illat tersebut pun hilang. Lebih lanjut bacalah masalah ini di Fat-hul Baari (no. 6187 dan seterusnya)d dan di Tuhfatul Maudud bab 8 fasal 7.

    Perhatian!
    Patutlah seseorang jangan menghilangkan namanya lantaran dia berkun-yah kecuali dia telah masyhur dengan kun-yahnya sehingga namanya tidak dikenal atau hampir-hampir tidak dikenal seperti Abu Hurairah atau Abu Bakar.

    [Disalin dari kitab Menanti Buah Hati Dan Hadiah Untuk Yang Dinanti, Penulis Abdul Hakim bin Amir Abdat, Penerbit Darul Qolam Jakarta, Cetakan I Th 1423H/2002M]
    _________
    Footnotes
    [1]. Oleh karena itu tidak patut memberi kun-yah kepada orang-orang kafir karena tidak ada kemuliaan bagi mereka kecuali mereka telah masyhur dengan kun-yahnya.
    [2]. Sunan Abi Dawud (no. 4970), Adabul Mufrad (no. 850, 851) oleh Imam Bukhari
    [3]. Syarah Muslim Kitabul Adab oleh Imam An-Nawawi
    [4]. Fat-hul Baari (no. 6204) Adabul Mufrad (852)

    sumber: http://www.almanhaj.or.id/content/2489/slash/0