Tag: nasehat

  • Penuntut Ilmu Tidak Boleh Futur, Tidak Boleh Putus Asa Dan Waspada Terhadap Bosan

    PENUNTUT ILMU TIDAK BOLEH FUTUR
    msn
    Seorang penuntut ilmu tidak boleh futur dalam usahanya untuk memperoleh dan mengamalkan ilmu. Futur yaitu rasa malas, enggan, dan lamban dimana sebelumnya ia rajin, bersungguh-sungguh, dan penuh semangat.

    Futur adalah satu penyakit yang sering menyerang sebagian ahli ibadah, para da’i, dan penuntut ilmu. Sehingga seseorang menjadi lemah dan malas, bahkan terkadang berhenti sama sekali dari melakukan aktivitas kebaikan.

    Orang yang terkena penyakit futur ini berada pada tiga golongan, yaitu:

    1). Golongan yang berhenti sama sekali dari aktivitasnya dengan sebab futur, dan golongan ini banyak sekali.

    2). Golongan yang terus dalam kemalasan dan patah semangat, namun tidak sampai berhenti sama sekali dari aktivitasnya, dan golongan ini lebih banyak lagi.

    3). Golongan yang kembali pada keadaan semula, dan golongan ini sangat sedikit. [1]

    Futur memiliki banyak dan bermacam-macam sebab. Apabila seorang muslim selamat dari sebagiannya, maka sedikit sekali kemungkinan selamat dari yang lainnya. Sebab-sebab ini sebagiannya ada yang bersifat umum dan ada yang bersifat khusus.

    Di antara sebab-sebab itu adalah.

    1). Hilangnya keikhlasan.
    2). Lemahnya ilmu syar’i.
    3). Ketergantungan hati kepada dunia dan melupakan akhirat.
    4). Fitnah (cobaan) berupa isteri dan anak.
    5). Hidup di tengah masyarakat yang rusak.
    6). Berteman dengan orang-orang yang memiliki keinginan yang lemah dan cita-cita duniawi.
    7). Melakukan dosa dan maksiyat serta memakan yang haram.
    8). Tidak mempunyai tujuan yang jelas (baik dalam menuntut ilmu maupun berdakwah).
    9). Lemahnya iman.
    10). Menyendiri (tidak mau berjama’ah).
    11). Lemahnya pendidikan. [2]

    Futur adalah penyakit yang sangat ganas, namun tidaklah Allah menurunkan penyakit melainkan Dia pun menurunkan obatnya. Akan mengetahuinya orang-orang yang mau mengetahuinya, dan tidak akan mengetahuinya orang-orang yang enggan mengetahuinya.

    Di antara obat penyakit futur adalah.

    1). Memperbaharui keimanan.
    Yaitu dengan mentauhidkan Allah dan memohon kepada-Nya agar ditambah keimanan, serta memperbanyak ibadah, menjaga shalat wajib yang lima waktu dengan berjama’ah, mengerjakan shalat-shalat sunnah rawatib, melakukan shalat Tahajjud dan Witir. Begitu juga dengan bersedekah, silaturahmi, birrul walidain, dan selainnya dari amal-amal ketaatan.
    2). Merasa selalu diawasi Allah Ta’ala dan banyak berdzikir kepada-Nya.
    3). Ikhlas dan takwa.
    4). Mensucikan hati (dari kotoran syirik, bid’ah dan maksiyat).
    5). Menuntut ilmu, tekun menghadiri pelajaran, majelis taklim, muhadharah ilmiyyah, dan daurah-daurah syar’iyyah.
    6). Mengatur waktu dan mengintrospeksi diri.
    7). Mencari teman yang baik (shalih).
    8). Memperbanyak mengingat kematian dan takut terhadap suul khatimah (akhir kehidupan yang jelek).
    9). Sabar dan belajar untuk sabar.
    10). Berdo’a dan memohon pertologan Allah. [3]

    PENUNTUT ILMU TIDAK BOLEH PUTUS ASA DALAM MENUNTUT ILMU DAN WASPADA TERHADAP BOSAN

    Sebab, bosan adalah penyakit yang mematikan, membunuh cita-cita seseorang sebesar sifat bosan yang ada pada dirinya. Setiap kali orang itu menyerah terhadap kebosanan, maka ilmunya akan semakin berkurang. Terkadang sebagian kita berkata dengan tingkah lakunya, bahkan dengan lisannya, “Saya telah pergi ke banyak majelis ilmu, namun saya tidak bisa mengambil manfaat kecuali sedikit.”

    Ingatlah wahai saudaraku, kehadiran Anda dalam majelis ilmu cukup membuat Anda mendapatkan pahala. Bagaimana jika Anda mengumpulkan antara pahala dan manfaat? Oleh karena itu, janganlah putus asa. Ketahuilah, ada beberapa orang yang jika saya ceritakan kisah mereka, maka Anda akan terheran-heran. Di antaranya, pengarang kitab Dzail Thabaqaat al-Hanabilah. Ketika menulis biografi, ia menyebutkan banyak cerita unik beberapa orang ketika mereka menuntut ilmu.

    ‘Abdurrahman bin an-Nafis -salah seorang ulama madzhab Hanbali- dulunya adalah seorang penyanyi. Ia mempunyai suara yang bagus, lalu ia bertaubat dari kemunkaran ini. Ia pun menuntut ilmu dan ia menghafal kitab al-Haraqi, salah satu kitab madzhab Hanbali yang terkenal. Lihatlah bagaimana keadaannya semula. Ketika ia jujur dalam taubatnya, apa yang ia dapatkan?

    Demikian pula dengan ‘Abdullah bin Abil Hasan al-Jubba’i. Dahulunya ia seorang Nashrani. Kelurganya juga Nashrani bahkan ayahnya pendeta orang-orang Nashrani sangat mengagungkan mereka. Akhirnya ia masuk Islam, menghafal Al-Qur-an dan menuntut ilmu. Sebagian orang yang sempat melihatnya berkata, “Ia mempunyai pengaruh dan kemuliaan di kota Baghdad.”

    Demikian juga dengan Nashiruddin Ahmad bin ‘Abdis Salam. Dahulu ia adalah seorang penyamun (perampok). Ia menceritakan tentang kisah taubatnya dirinya: Suatu hari ketika tengah menghadang orang yang lewat, ia duduk di bawah pohon kurma atau di bawah pagar kurma. Lalu melihat burung berpindah dari pohon kurma dengan teratur. Ia merasa heran lalu memanjat ke salah satu pohon kurma itu. Ia melihat ular yang sudah buta dan burung tersebut melemparkan makanan untuknya. Ia merasa heran dengan apa yang dilihat, lalu ia pun taubat dari dosanya. Kemudian ia menuntut ilmu dan banyak mendengar dari para ulama. Banyak juga dari mereka yang mendengar pelajarannya.

    Inilah sosok-sosok yang dahulunya adalah seorang penyamun, penyanyi dan ada pula yang Nashrani. Walau demikian, mereka menjadi pemuka ulama, sosok mereka diacungi jempol dan amal mereka disebut-sebut setelah mereka meninggal.

    Jangan putus asa, berusahalah dengan sungguh-sungguh, mohonlah pertolongan kepada Allah dan jangan lemah. Walaupun Anda pada hari ini belum mendapatkan ilmu, maka curahkanlah terus usahamu di hari kedua, ketiga, keempat,…. setahun, dua tahun, dan seterusnya…[4]

    Seorang penuntut ilmu tidak boleh terburu-buru dalam meraih ilmu syar’i. Menuntut ilmu syar’i tidak bisa kilat atau dikursuskan dalam waktu singkat. Harus diingat, bahwa perjalanan dalam menuntut ilmu adalah panjang dan lama, oleh karena itu wajib sabar dan selalu memohon pertolongan kepada Allah agar tetap istiqamah dalam kebenaran.
    Oleh Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas

    [Disalin dari buku Menuntut Ilmu Jalan Menuju Surga “Panduan Menuntut Ilmu”, Penulis Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit Pustaka At-Taqwa, PO BOX 264 – Bogor 16001 Jawa Barat – Indonesia, Cetakan Pertama Rabi’uts Tsani 1428H/April 2007M]
    __________
    Foote Notes
    [1]. Lihat al-Futur Mazhaahiruhu wa Asbaabuhu wal ‘Ilaaj (hal. 22).
    [2]. Lihat al-Futur Mazhaahiruhu wa Asbaabuhu wal ‘Ilaaj (hal. 43-71).
    [3]. Ibid (hal. 88-119) dengan diringkas.
    [4]. Ma’aalim fii Thariiq Thalabil ‘Ilmi (hal. 278-279

    sumber: http://almahaj.or.id

  • “Ikhwan Narsis”

    img

    Ada sebuah kisah yang diceritakan kepada penulis melalui sebuah pesan singkat, “Banyak teman-teman akhwat ana yang mengeluhkan ikhwan yang hanya melihat dari segi fisik daripada din, padahal mereka udah paham din, walau memang dibolehkan dalam syari’at (tentang) hal tersebut namun, tidakkah akhlak (dan) agama menjadi sebuah pertimbangan? Teman-teman ana kini banyak yang meminta dicarikan (calon pendamping hidup) ikhwan, usia mereka banyak di atas 25 tahun, haruskah mereka mendapatkan suami yang pemahaman agamanya minim? Kadang ana sangat “miris” melihat ikhwan yang “aneh” dalam mencari calon istri yang sudah mengenal manhaj salaf, teman anapun yang ikhwan yang sudah faham agama dan ingin ana ta’arufkan dengan teman akhwat ana, perkataan yang pertama kali ia (ikhwan) tanyakan kepada ana…”Akhwatnya cantik tidak??”

    Ada juga ikhwan yang pernah menyampaikan suatu hal kepada penulis untuk dicarikan seorang calon istri,”Akhi tolong dong ana dicarikan akhwat yang sudah bermanhaj salaf, kalau bisa yang putih, tingginya sekian dan yang bertubuh ramping..! Penulis jawab, ”Mas, ente mau cari calon istri seperti pesan makanan di restoran aja! Lha ente sendiri apa sudah punya kriteria sepadan seperti yang ente daftarkan tadi?” Ikhwan tersebut lalu tersipu dan tersenyum malu.

    Tabiat “perfect syndrome” (keinginan untuk mendapatkan seseuatu hal yang sempurna), memang masih menjadi bagian dari tabiat dasar kehidupan manusia, ambil contoh ketika seorang ikhwan mau membeli motor baru, ketika sudah sampai di dealer motor dan ditawarkan untuk memilih salah satu dari jejeran puluhan motor baru dengan jenis yang sama, ikhwan tadi masih kebingungan untuk memilih motor yang terbaik dari puluhan motor tersebut, sampai dibela-belain nungging kesana kemari untuk mengecek ada bagian yang cacat atau tidak, walaupun hal demikian sah-sah saja tetap saja membuat penulis geleng-geleng kepala, ”Wan! (kebiasaan penulis memanggil semua ikhwan dengan memotong bagian belakang kata ikh-wan, dengan sebutan “wan” saja), ente kan tahu ini motor baru semua, kok sampai jungkir balik begitu milihnya?” jawab ikhwan tadi, ”Afwan akhi, mau cari yang terbaik di antara yang baik..!” Penulis berfikir dalam hati, “Lha namanya motor bagian terpenting kan mesinnya, lha wong semua motor baru, kan pasti masih ces-pleng semua.” Penulis hanya senyum-senyum saja menanggapi alasan ikhwan muda ini…

    Apalagi di dalam memilih calon pendamping hidup yang akan mendampingi hari-harinya selama sisa masa hidupnya, seorang ikhwan kadang mencapai derajat “hyper perfect syndrome”, dengan minta dicarikan seorang akhwat dengan syarat-syarat yang bisa masuk kategori “mission impossible” bagi penulis untuk mencarikannya, memangnya mudah “nemu” akhwat dengan kriteria yang sempurna bak bidadari! Padahal derajat seorang muslimah yang shalihah lebih tinggi dari pada seorang bidadari di surga kelak. Mulai dari pertanyaan putih apa tidak? Tingginya berapa? Berat badannya berapa? Sudah bekerja atau tidak? Jerawatan atau tidak, kira-kira mirip artis siapa? ….STOP! ente cari sendiri saja wan! Penulis tidak mau terlibat sama yang beginian! Tidak mungkin penulis mau jadi detektif fisik seorang akhwat, petugas sensus saja tidak sebegitunya!

    Fenomena “narsis” di kalangan ikhwan, bisa dibilang kalau tidak memalukan lalu mau dibilang apalagi? Kadang hanya perkara nama yang terdengar “kampungan” saja bisa membuat seorang ikhwan mundur dari bursa perjodohan dadakan ini. Padahal mereka memahami hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim :

    “Wanita dinikahi karena empat perkara : Karena hartanya, kecantikannya, kedudukannya, dan agamanya. Pilihlah yang taat agamanya (kalau tidak) niscaya engkau akan merugi.” [“Taribat Yadaka, artinya tanganmu akan terpacak ke tana, ini merupakan kinayah (arti kiasan) dari kefakiran]

    Seharusnya seseorang ikhwan yang mempunyai kehormatan dan akal bijak akan menjadikan seorang akhwat yang taat beragama sebagai “target utama” dan pengharapannya, karena keelokan akhlak akan lebih permanen dibandingkan kecantikan fisik, karena kecantikan hanyalah setebal kulit, jika kulit ini tidak ada hanya gumpalan daging dan tulang apa ikhwan masih mau menerimanya?

    Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mendorong para calon suami agar memilih wanita yang shalihah, dan beliau menjelaskan bahwa wanita yang shalihah adalah sebaik-baik kesenangan dunia, Imam Muslim meriwayatkan dari Abdullah bin ‘Amru bin Al-Ash radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :”Dunia adalah kenikmatan dan sebaik-baik kenikmatan duani adalah istri yang shalihah.”

    Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata dalam kitab beliau Syarah Al-Mumti’, bahwa wanita yang taat beragama akan membantunya dalam mentaati Allah Subhanahu wa Ta’ala danakan mengurus dengan baik tugas-tugasnya dalam mendidik anak-anaknya serta akan menjaga dirinya ketika ia tidak ada. Lain halnya dengan wanita yang tidak taat beragama, wanita itu akan menyusahkan di kemudian hari.

    Ya ikhwan, seorang istri yang cantik, walaupun juga berhiaskan kosmetik yang mahal, kalau setiap hari menyerupai bemo (cemberut terus) tidak akan nyaman juga dilihat, kecantikan tidak bisa dinilai dari fisik, karena mereka (para akhwat yang taat beragama dan memelihara kehormatannya) lebih baik dari pada wanita-wanita yang mengumbar auratnya walaupun kecantikan mereka menarik hatimu.

    Ada seorang ikhwan yang beralasan dengan,”Bahwa akhwat yang cantik akan lebih menambah kecintaan dan ketentraman rumah tangga.” Apakah engkau akan mengaku bahwa engkau adalah seseorang yang ber ‘ittiba kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mentaati sunnah-sunnah beliau, padahal perkataan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam,” Pilihlah yang taat agamanya (kalau tidak) niscaya engkau akan merugi.” Telah engkau lempar ke dinding, sehingga kecantikan wajah menjadi prioritas nomor satu dibanding ketaatan beragama seorang akhwat?

    Sehingga banyak akhwat yang telah memiliki usia yang lebih dari cukup untuk menikah, hanya karena penampilan fisik yang kurang berkenan di hati seorang ikhwan (yang kadang standarnya ketinggian), harus rela melajang untuk waktu yang lama, sehingga kerusakan di dalam agama Islam semakin terbuka lebar, dan syaithan semakin mempunyai peluang mengajak manusia mengikuti langkah-langkahnya, mau tahu alasannya?

    PERTAMA Jika seorang ikhwan lebih memprioritaskan kecantikan, maka dia akan cenderung memilih akhwat yang kurang ketaatannya dalam agama karena kecantikan akhwat tadi mempesonakan matanya dengan alasan dia akan mampu mendidiknya, dalam fase ini muncul kesombongan dalam hati si ikhwan. Padahal sesuai sunnah yang menjadi prioritas adalah ketaatan agama.

    KEDUA Karena seorang ikhwan lebih memprioritaskan kecantikan akhirnya dia akan lebih lama mendapatkan istri, sehingga akan membuka peluang lebih besar bagi syaithan untuk merusak kehormatannya karena lamanya membujang, dan juga kehormatan seorang akhwat yang taat beragama terpaksa harus menikah dengan laki-laki yang minim pemahaman agamanya karena tidak ada ikhwan yang mau menikah dengannya. Padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

    “Ada tiga golongan manusia yang berhak mendapat pertolongan Allah: (1) mujahid fi sabilillah (orang yang berjihad di jalan Allah), (2) budak yang menebus dirinya supaya merdeka, dan (3) orang yang menikah karena ingin memelihara kehor-matannya.” [Hadits hasan: Diriwayatkan oleh Ahmad (II/251, 437), an-Nasa’i (VI/61), at-Tirmidzi (no. 1655), Ibnu Majah (no. 2518), Ibnul Jarud (no. 979), Ibnu Hibban (no. 4030, at-Ta’liiqatul Hisaan no. 4029) dan al-Hakim (II/160, 161), dari Shahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu. At-Tirmidzi berkata, “Hadits ini hasan.”]

    KETIGA akan menyebabkan berkurangnya generasi islam yang shalih dan shalihah, karena : 1) seorang akhwat yang dinikahi laki-laki yang minim pemahaman agamanya atau ahli bid’ah akan kalah dominan pengaruhnya dalam pendidikan anak-anaknya, dalam memilih sekolah, dan kegiatan kebid’ahan yang lain. 2) karena banyak akhwat yang terlambat menikah maka peluang untuk memperbanyak keturunan yang shalih dan shalihah akan berkurang padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

    “Menikah adalah sunnahku. Barangsiapa yang enggan melaksanakan sunnahku, maka ia bukan dari golonganku. Menikahlah kalian! Karena sesungguhnya aku berbangga dengan banyaknya jumlah kalian di hadapan seluruh ummat….” [Hadits shahih lighairihi: Diriwayatkan oleh Ibnu Majah (no. 1846) dari ‘Aisyah radhiyallaahu ‘anha. Lihat Silsilah al-Ahaadiits ash-Shahiihah (no. 2383)]

    KEEMPAT kebiasaan “narsis” seorang ikhwan akan membuatnya panjang angan-angan dan dan suka berkhayal untuk mendapatkan seorang calon istri yang sempurna fisiknya, ikhwan yang lebih memprioritaskan kecantikan dalam pernikahannya adalah ikhwan yang mengutamakan hawa nafsu dari pada sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

    Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman : “”Biarkanlah mereka (di dunia ini) makan dan bersenang-senang dan dilalaikan oleh angan-angan (kosong). Maka kelak mereka akan mengetahui (akibat perbuatan mereka).” (Al-Hijr:3)

    Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membuat garis-garis lalu bersabda, “Ini adalah manusia, ini angan-angannya dan ini adalah ajalnya. Maka tatkala manusia berjalan menuju angan-angannya tiba-tiba sampailah dia ke garis yang lebih dekat dengannya (daripada angan-angannya -red).” Yakni ajalnya yang melingkupinya. [HR. Al-Bukhari (6418)]

    Oleh karena itu wahai saudaraku para ikhwan, mereka wanita-wanita yang shalihah adalah pendamping yang terbaik bagimu, mereka adalah permata-permata yang tersembunyi yang jauh dari pandangan manusia, betapa banyak pernikahan yang menghasilkan kekecewaan saat kecantikan menjadi prioritas utama, cobalah engkau wahai saudaraku untuk menyimak kisah di bawah ini :

    Dahulu Abdullah bin Rawahah radhiyallahu ‘anhu memiliki seorang budak wanita berkulit hitam. Hingga suatu saat ketika marah ia menamparnya kemudian ia menyesal dan mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu menceritakan hal itu kepada beliau. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, “Bagaimana ia wahai Abdullah?” Ia menjawab, “Wanita itu berpuasa, shalat, berwudhu dengan baik dan mengucapkan dua kalimat syahadat.” Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Ia adalah wanita mukminah.” Abdullah berkata, “Aku akan memerdekakannya dan akan menikahinya.” Lalu ia pun melakukannya. Kemudian ada sebagian orang dari kaum muslimin yang mencemoohnya, mereka mengatakan, “Ia telah menikahi seorang budak.” Dahulu mereka menikahi wanita-wanita musyrikin karena ingin mendapatkan kehormatan dari kedudukan mereka. Lalu turunlah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :

    “Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik daripada wanita musyrik, walaupun dia menarik bagimu.” (QS Al-Baqarah : 221)

    Ada yang mengatakan bahwa ayat ini turun berkenaan dengan Khansaa’ budak wanita hitam milik Hudzaifah al-Yaman radhiyallahu ‘anhu. Hudzaifah berkata kepadanya, “Hai Khansaa’ engkau telah disebut-sebut di kalangan malaikat yang tinggi, meskipun parasmu jelek dan kulitmu hitam, Allah telah menyebutmu dalam Kitab-Nya.” Lalu Hudzaifah memerdekakannya dan menikahinya.” [Al-Jami’ li Ahkaamil Qur’an, Al-Qurthubi (IV/7), Ibnu Katsir (I/307), dan Fathul Qadir (I/225)]

    Wahai saudaraku ikhwani fillah, pilihlah wanita yang taat beragama walaupun wajahnya jauh dari harapanmu, karena ia akan menyenangkan pandanganmu kelak ketika engkau mengenali kecantikan akhlaknya, bukan seorang wanita yang memiliki kecantikan namun akan menyakiti pandanganmu ketika engkau mengenal akhlaknya, Istri shalihah adalah jannah kebahagiaan yang dapat melepaskan kesedihan yang engkau rasakan, embun yang senantiasa menyejukkan setiap ruangan dalam rumahmu, sesungguhnya wanita yang shalihah, bertaqwa, beriman dan wara’ akan menjadi seorang teman dan pendamping yang tidak akan terpisah dari setiap desah nafasmu… di dunia dan di akhirat.

    Jazakumullahu khairan kepada penyumbang materi dan masukan tentang realitas dan fenomena “ikhwan narsis” ini, semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala merahmati antum semua.

    Wallahu a’lam bishowab

    ( Taken from: note Ma’had Daarussunnah Al-Islamy Wangon )

  • Pelajaran dari Tragedi Guyana 1978

    Amerika adalah sebuah negara adidaya yang mengklaim sebagai masyarakat modern yang berakal. Tapi keberakalan mereka pernah terkoyak sangat besar oleh tragedi yang menggemparkan rakyat Amerika, yaitu tragedi besar yang telah terjadi 31 tahun yang lalu. Kejadian yang menjadi headline surat kabar maupun stasiun televisi seluruh dunia bahkan sampai difilmkan. Tragedi Guyana yang terjadi tahun 1978, dimana 900 orang lebih melakukan bunuh diri masal dengan meminum racun yang mematikan dengan perintah seorang pemimpin mereka. Ada apa dengan ini semua, apa yang menggerakkan mereka untuk menghabisi nyawa mereka sendiri? Suatu contoh yang ekstrim dari ketaatan terhadap seseorang yang ditaati dan dikagumi tanpa menggunakan akal pikiran yang sehat.

    Allah Ta’ala berfirman, yang artinya, “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (Qs. Al Israa’: 36)

    Sedikit Kilas Balik dari Tragedi Guyana 1978

    Diawali dengan seorang pendeta kharismatik Jim Jones yang sangat memukau dalam berkhutbah dan mempunyai kemampuan menyembuhkan berbagai penyakit dari jamaah/pengikutnya yang kononnya dianggap mukjizat. Sehingga lama-kelamaan jumlah pengikutnya bertambah banyak dan mempunyai cabang-cabang komunitas di berbagai kota di Amerika Serikat. Pengikutnya menjadi pengikut yang militan, sangat percaya dan mengandalkan Jim Jones sebagai pemimpinnya yang menjanjikan surga dan akhirnya menganggapnya seperti Tuhan dan mengikuti semua perintah dan arahannya. Pengikutnya merasa akan mendapat kedamaian. Dan mereka tidak segan-segan menyumbangkan seluruh harta kekayaannya untuk komunitas ini di bawah kepemimpinan pendeta Jim Jones.

    Sampai suatu ketika karena adanya suatu masalah dengan politik dan pemerintahan Amerika, maka Jim Jones memutuskan untuk memindahkan lokasi komunitasnya yang disebut People Temple ke tempat lain. Akhirnya dipilihlah Guyana (negara di utara Brazil) sebagai lokasi untuk membangun area komunitasnya yang diberi nama People Temple Agricultural Project. Tempat yang sangat luas di tengah hutan sehingga terisolir dari dunia luar. Di situ dibangun semacam perkampungan, rumah-rumah (seperti rumah transmigrasi) dan berbagai sarana yang diperlukan.

    Setiap waktu Jim Jones mengumpulkan pengikutnya dengan suatu istilah White Night, dimana jika ada seruan tersebut, jam berapa saja, tidak peduli mereka sedang apa, pengikutnya patuh mendengar panggilan dan berkumpul di suatu tempat pertemuan yang telah dibangun khusus, untuk mendengarkan khutbah Jim Jones (yang isinya supaya tetap patuh dan taat dengannya dan diberi harapan untuk mendapatkan kedamaian dan surga). Demikian kehidupan mereka setiap hari dalam perkampungan tersebut.

    Perkampungan dan perkumpulan yang cukup besar ini cukup mengusik pemerintah Amerika, sehingga diutuslah seorang anggota kongres AS beserta beberapa wartawan meninjau perkampungan tersebut. Pada awalnya Jim Jones sangat keberatan dengan permintaan ini, tapi karena desakan dari berbagai pihak akhirnya dia mengizinkan. Sepanjang menunggu waktu kunjungan yang telah ditentukan tersebut, Jim Jones telah mempersiapkan segala sesuatu termasuk mengeset semua skenario jawaban dari pertanyaan yang mungkin akan diajukan kepada pengikut-pengikutnya. Jim Jones mengontrol semua jawaban dan pemikiran pengikutnya. Ternyata kedatangan anggota kongres ini dimanfaatkan oleh beberapa pengikutnya (yang merasa ada sesuatu yang tidak betul dalam komunitas ini tapi takut untuk mengemukakan, karena ternyata Jim Jones memiliki semacam tentara yang bersenjata) untuk menyampaikan pesan akan keinginan mereka keluar dari kamp ini. Awalnya Jim Jones sangat keberatan dengan perginya sebagian kecil (mungkin hanya sekitar 20 orang saja dari sekitar 1000) meninggalkan kamp ini, tapi karena desakan dari anggota kongres dan wartawan akhirnya dia mengizinkan. Ternyata Jim Jones sudah mempunyai rencana lain, yaitu membunuh pengunjung-pengunjung tersebut di lapangan terbang kecil setempat ketika mereka akan lepas landas meninggalkan Guyana. Terjadilah pembunuhan terhadap anggota kongres itu beserta beberapa wartawan dan beberapa pengikutnya yang dianggap berkhianat, meskipun beberapa orang bisa selamat dan menceritakan kisahnya pada media massa.

    Dengan kematian anggota kongres ini maka Jim Jones merasa ada ancaman besar terhadap kelangsungan hidupnya dan komunitasnya. Sehingga pada hari itu juga 18 November 1978, dia memberikan instruksi melalui pemancar radio kepada semua pengikutnya baik yang ada di perkampungan tersebut maupun diluar perkampungan itu untuk “mati/mengakhiri hidupnya”. Waktunya sudah sampai bahwa semua pengikutnya harus mati demi kehormatan untuk menyambut kedamaian dan surga, karena adanya ancaman yang dihasilkan dari peristiwa kunjungan dan kematian anggota-anggota kunjungan. Hal ini disampaikan dengan terus terang melalui pemancar radio.

    Maka dipersiapkanlah racun sianida dalam jumlah yang banyak, dicampur dengan air yang diberi aroma buah-buahan, dan memerintahkan semua pengikutnya tanpa kecuali untuk meminum racun tersebut satu persatu (termasuk yang membuat dan mempersiapkan racun tersebut), dimulai dari barisan anak-anak terlebih dahulu. Sehingga hari itu menjadi tragedi yang sangat besar dimana 909 orang termasuk di dalamnya sekitar 276 anak-anak (ditambah 4 pengikut yang berada di luar perkampungan tersebut, yang bunuh diri dengan menggorok leher secara bergantian dengan pisau) melakukan bunuh diri masal. Mereka sangat patuh walaupun diperintahkan untuk mati dengan minum racun. Pada hari itu perkampungan People Temple Agricultural Project menjadi lautan mayat yang bergelimpangan.

    Manusia Mudah Terpesona

    Dalam kejadian ini tampaklah bahwa manusia sangat mudah terpesona. Terpesona dengan kemampuan Jim Jones menyembuhkan, terpesona dengan khutbahnya yang membakar semangat, yang tampaknya indah, yang menjanjikan surga dan kedamaian. Sehingga pengikutnya bertambah banyak dengan kadar fanatik yang sangat besar, dan dipuncak kejayaannya, pengikutnya tunduk dengan semua apa yang ia katakan dan diperintahkan. Bahkan ketika dimintanya untuk mati pada hari itu, mereka dengan sukarela meminum racun untuk mendapatkan kedamaian.

    Saudaraku, betapa menakutkannya pengaruh orang tersebut sehingga sekian banyak orang tidak mau dan tidak mampu lagi menggunakan akalnya untuk memilah mana yang benar dan mana yang batil. Sehingga benarlah apa yang difirmankan Allah dalam Qs. Al Baqarah 204, yang artinya,

    “Dan di antara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu, dan dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya, padahal ia adalah penantang yang paling keras.”

    Dan apa yang mereka lakukan, kepatuhan yang luar biasa terhadap pemimpinnya, mereka rasakan sebagai perbuatan-perbuatan yang indah seperti dalam Qs. An Naml 24,

    “Aku mendapati dia dan kaumnya menyembah matahari, selain Allah; dan setan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka lalu menghalangi mereka dari jalan (Allah), sehingga mereka tidak dapat petunjuk.”

    Memilah-Milah Informasi yang Datang (Meskipun dari Kyai, Ustad, Orang Penting)

    Sehingga menjadi sangat penting bagi kita untuk memilih dan memilah semua ajaran dan informasi dari kyai atau ustadz kita, dan berusaha selalu mengecek dengan rujukan Al-Quran dan Sunah, bagaimanapun tinggi ilmu mereka sehingga kita terkagum-kagum tetapi tetaplah mereka adalah manusia-manusia biasa yang kadang bisa terpeleset sedikit. Dan kita harus selalu berdoa untuk selalu memohon petunjuk seperti dalam surat al-Fatihah yang selalu kita baca puluhan kali dalam sehari. Dan selalu waspada siapa tahu kita masih tersesat jalannya, karena yang pasti kita belum sampai pada tujuan, jadi kemungkinan tersesat masih ada.

    Kultus Individu

    Ketika pesona dan kekaguman kita akan seseorang yang luar biasa, mungkin bagi orang Kristen yang mengagungkan mukjizat akan mengidolakan orang yang bisa menyembuhkan seperti pendeta Jim Jones dalam peristiwa Guyana, dan bagi orang-orang “pesantren tertentu” akan mengidolakan seorang kyai ternama yang dianggap punya ilmu laduni, dan bagi penggemar sepak bola akan segera mengidolakan Maradona dan sebagainya. Dan kita yang mengagungkan ilmu akan mengidolakan ustadz atau syekh dan sebagainya. Memasang gambar-gambar mereka (padahal memasang gambar makhluk hidup di dalam rumah merupakan larangan dalam Islam) dan menamakan apapun yang kita sukai dengan nama-nama mereka bahkan nama anak-anak kita dengan nama pemain sepakbola, dan berbondong mengusap-usap kuburan para kyai dan wali untuk mencari berkah mereka. Dengan tanpa sadar kita telah menjadikan mereka ilah-ilah (sesembahan) selain Allah, menjadikan mereka berhala yang apabila mereka berkata maka kita akan menerima segala perkataan mereka tanpa mengecek dan merujuk lagi ke pedoman asas kita yaitu Al-Qur’an dan hadits.

    Hubungannya dengan Pencarian Tauhid

    Tauhid dalam Islam adalah yang murni dan paling kuat dalam argumen dan dalil, orang-orang kafir pun tidak akan berani mengusik ketauhidan dalam Islam. Dan kita harus menggunakan ilmu dan akal kita untuk mendapatkan informasi yang benar mengenai mana Tuhan yang pantas kita sembah. Sehingga ketika ada orang yang mengatakan bahwa Yesus adalah tuhan atau kita perlu wasilah dalam berdoa dan beribadah maka kita bisa bereaksi dengan benar dan menolaknya karena telah sampai kepada kita ilmu yang telah disampaikan oleh Nabi kita, tidak seperti para pengikut Jim Jones yang mengiyakan semua perkataan tanpa memikirkan kebenarannya. Perlunya ilmu dan menggunakan akal dalam memahami tauhid diperintahkan Allah dalam Al Qur’an surat Huud ayat 14,

    “Jika mereka yang kamu seru itu tidak menerima seruanmu (ajakanmu) itu maka ketahuilah, sesungguhnya Al Quran itu diturunkan dengan ilmu Allah, dan bahwasanya tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Dia, maka maukah kamu berserah diri (kepada Allah)?”

    Dan juga dalam surat Thaha ayat 88-89,

    “Kemudian Samiri mengeluarkan untuk mereka (dari lubang itu) anak lembu yang bertubuh dan bersuara, maka mereka berkata: ” Inilah Tuhanmu dan Tuhan Musa, tetapi Musa telah lupa.
    Maka apakah mereka tidak memperhatikan bahwa patung anak lembu itu tidak dapat memberi jawaban kepada mereka, dan tidak dapat memberi kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan?”

    Demikianlah umat Nabi Musa yang terpesona oleh kepandaian Samiri dalam berbicara, memutar balikkan fakta sehingga menuruti semua keinginannya serta mengenyampingkan akal pikiran dan hanya menuruti hawa nafsu sehingga menuhankan patung anak lembu tanpa memikirkan bahwa patung ini tidak memberikan manfaat dan madharat (bahaya) bahkan tidak bisa menjawab ketika ditanya.

    Begitu juga dengan perdebatan yang terkenal antara Nabi Ibrahim dan Namrudz raja Babilonia yang penuh dengan pemikiran dan penggunaan akal yang berakhir dengan terdiamnya orang kafir. Atau juga peristiwa penghancuran berhala yang disertai logika yang sangat kuat sehingga kembali Nabi Ibrahim membuat para orang kafir mati kutu tidak bisa membantah lagi.

    Meskipun begitu, akal semata tidak akan pernah bisa menemukan Allah tanpa ilmu dari Al-Qur’an dan sunnah yang berasal dari wahyu Allah, karena bagaimanapun kita tetap memerlukan petunjuk dari Allah. Seperti Jahm bin Shafyan (pendiri Jahmiyah) yang ditanya kaum zindiq tentang bukti keberadaan/wujud Allah, maka setelah berpikir keras tanpa landasan wahyu tapi dengan ra’yu (pikiran) semata dan menjawab dengan menyamakan sifat Allah dengan sifat ruh sehingga tersesat jauh dan menghilangkan sifat-sifat Allah.

    Berbeda dengan Imam Abu Hanifah yang juga ditanya dengan pertanyaan yang sama oleh kaum zindiq dan dijawab dengan jawaban cerdas berdasarkan ilmu yang benar. Beliau bercerita kepada mereka, “Bagaimana menurut kalian, jika ada sebuah kapal bermuatan penuh dengan barang-barang dan beban. Kapal terse­but mengarungi samudera. Gelombangnya kecil, anginnya tenang. Akan tetapi setelah kapal sampai di tengah samudra tiba-tiba terjadi badai besar. Anehnya kapal terus berlayar dengan tenang sehingga tiba di tujuan sesuai rencana tanpa goncangan dan berbelok arah, padahal tak ada nahkoda yang mengemudikan dan mengendalikan jalannya kapal. Masuk akal­kah cerita ini?”

    Mereka berkata, “Tidak mungkin. Itu adalah sesuatu yang tidak bisa diterima oleh akal, bahkan oleh khayal sekalipun, wahai Syeikh.” Lalu Abu Hanifah berkata, “Subhanallah, kalian mengingkari adanya kapal ­yang berlayar sendiri tanpa pengemudi, namun kalian mengakui bahwa alam semesta yang terdiri dari lautan yang membentang, langit yang penuh bintang dan benda-benda langit serta burung yang beterbangan tanpa adanya Pencipta yang sempurna penciptaan-Nya dan menga­turnya dengan cermat?! Celakalah kalian, lantas apa yang membuat kalian ingkar kepada Allah?”

    Meskipun ketauhidan Islam sangat kuat tapi Nabi Muhammad shallallahu ’alaihi wa sallam masih merasa begitu khawatir umatnya akan melanggar tauhid dengan kesyirikan.

    Dari Mahmud Ibnu Labid radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya hal yang paling aku takuti menimpamu ialah syirik kecil: yaitu riya.” (Riwayat Ahmad dengan sanad hasan)

    Begitu juga dalam hadits yang sangat terkenal tapi sering kita mengabaikannya.

    Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Kesyirikan itu lebih samar dari rayapan semut.” Abu Bakar terkejut dan bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Wahai Rasulullah bukankah kesyirikan itu adalah hanya beribadah kepada selain Allah atau menyeru kepada selain Allah?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Semoga ibumu kehilangan dirimu! Sungguh kesyirikan di antara kalian lebih samar dari rayapan semut.” (HR. Abu Ya’la dan Ibnul Mundzir).

    Bahkan Nabi Ibrahim masih takut akan kegagalan dalam bertauhid dalam doanya yang sangat dikenal dalam Qs. Ibrahim: 35,

    “Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata, “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala.”

    Nabi Ibrahim yang pemahaman tauhidnya jelas sangat tinggi jauh dari kita, tapi sayangnya kita sering menganggap kemungkinan kita terjerumus dalam kesyirikan adalah hal yang mustahil.

    Sedangkan kita yang mempunyai iman sangat lemah masih bisa menyombongkan diri bahwa kita tidak akan bakal gagal dalam bertauhid, dan menganggap kita sudah sangat memahami kalimat tauhid dengan mudah. Bahkan banyak orang yang menganggap memahami tauhid tidak perlu ilmu sedikitpun, sehingga tak perlulah kita berdoa seperti Nabi Ibrahim di atas. Karena menganggap berhala hanyalah patung-patung besar tak bergerak yang hanya disembah oleh orang yang sangat bodoh yang tidak mungkin dilakukan oleh orang berpendidikan seperti kita. Padahal penyembahan itu tidak hanya dengan membungkukkan badan atau bersujud.

    Kesimpulan

    Setan adalah musuh utama manusia, seperti dalam Qs Fathir:6,

    “Sesungguhnya setan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh(mu), karena sesungguhnya setan-setan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.”

    Setan diberi izin oleh Allah untuk mengganggu manusia melalui bisikannya. Dan perlu diperhatikan bahwa bisikan setan ini tidak langsung memerintahkan kita untuk menyembah berhala, patung atau menuhankan sesuatu, tapi bisikan setan itu sedikit demi sedikit, samar-samar, lama-lama membawa kita melenceng dari jalur petunjuk Allah (seperti memasang foto dan membuat patung untuk menghormati seseorang, mengingat ilmu dan jasanya). Dan kemudian pada akhirnya benar-benar keluar dari petunjuk Allah dengan menyekutukan Allah. Oleh karena itu kita harus selalu meminta perlindungan dan petunjuk Allah dalam kehidupan kita, jangan merasa aman kita sudah pada jalan yang benar karena syaitan selalu membisikkan sesuatu kepada kita dan perjalanan kita sebelum kita sampai di tujuan.

    Semoga kita menjadi hamba yang selalu meminta petunjuk dan perlindungan hanya kepada Allah semata dari godaan syaitan yang terkutuk dan selalu mengganggapnya sebagai musuh utama kita.

    Abu Naufal dan Ummu Naufal Erlina Sih Mahanani
    Kubang Kerian, Kota Bharu, Kelantan July 2009

    Referensi:
    Al Quran dan terjemahannya, Deparemen Agama RI
    Jonestone: Paradise lost, documentary film, History Channel, 2007
    Ustadz Badrussalam, Lc, MP3 Kajian “Laa Illahaillalah”.
    Abdul Hakim Amir Abdat – MP3 Kajian “Risalah Imam Ibnu Abi Hatim”.
    Ustadz Firanda, MP3 Kajian “Tauhid 3″

    ***

    sumber:

    Artikel muslimah.or.id

  • Pesankan Saya Tempat Di Neraka.. (Sebuah Renungan)

    Pesankan Saya Tempat Di Neraka.. (Sebuah Renungan)

    Musim panas merupakan ujian yang cukup berat. Terutama bagi Muslimah, untuk tetap mempertahankan pakaian kesopanannnya. Gerah dan panas tak lantas menjadikannya menggadaikan etika.

    Berbeda dengan musim dingin, dengan menutup telinga dan leher kehangatan badan bisa terja…ga. Jilbab memang memiliki multifungsi.

    Dalam sebuah perjalanan yang cukup panjang, dari Kairo ke Alexandria; di sebuah mikrobus, ada seorang perempuan muda berpakaian kurang layak untuk dideskripsikan sebagai penutup aurat, karena menantang kesopanan. Ia duduk diujung kursi dekat pintu keluar. Tentu saja dengan cara pakaian seperti itu mengundang ‘perhatian’ kalau bisa dibahasakan sebagai keprihatinan sosial.

    Seorang bapak setengah baya yang kebetulan duduk disampingnya mengingatkan bahwa pakaian yang dikenakannya bisa mengakibatkan sesuatu yang tak baik bagi dirinya sendiri. Disamping itu, pakaian tersebut juga melanggar aturan agama dan norma kesopanan. Orang tua itu bicara agak hati-hati, pelan-pelan, sebagaimana seorang bapak terhadap anaknya.

    Apa respon perempuan muda tersebut? Rupanya dia tersinggung, lalu ia ekspresikan kemarahannya karena merasa hak privasinya terusik. Hak berpakaian menurutnya adalah hak prerogatif seseorang!

    “Jika memang bapak mau, ini ponsel saya. Tolong pesankan saya, tempat di neraka Tuhan Anda!”

    Sebuah respon yang sangat frontal. Orang tua berjanggut itu hanya beristighfar. Ia terus menggumamkan kalimat-kalimat Allah. Penumpang lain yang mendengar kemarahan si wanita ikut kaget, lalu terdiam.

    Detik-detik berikutnya, suasana begitu senyap. Beberapa orang terlihat kelelahan dan terlelap dalam mimpi, tak terkecuali perempuan muda itu.

    Lalu sampailah perjalanan di penghujung tujuan, di terminal terakhir mikrobus Alexandria .

    Kini semua penumpang bersiap-siap untuk turun, tapi mereka terhalangi oleh perempuan muda tersebut yang masih terlihat tidur, karena posisi tidurnya berada dekat pintu keluar.

    “Bangunkan saja!” kata seorang penumpang.
    “Iya, bangunkan saja!” teriak yang lainnya.

    Gadis itu tetap bungkam, tiada bergeming.

    Salah seorang mencoba penumpang lain yang tadi duduk di dekatnya mendekati si wanita, dan menggerak-gerakkan tubuh si gadis agar posisinya berpindah.

    Namun, astaghfirullah! Apakah yang terjadi?

    Perempuan muda tersebut benar-benar tidak bangun lagi. Ia menemui ajalnya dalam keadaan memesan neraka!

    Kontan seisi mikrobus berucap istighfar, kalimat tauhid serta menggumamkan kalimat Allah sebagaimana yang dilakukan bapak tua yang duduk di sampingnya. Ada pula yang histeris meneriakkan Allahu Akbar dengan linangan air mata.

    Sebuah akhir yang menakutkan. Mati dalam keadaan menantang Tuhan.
    Seandainya setiap orang mengetahui akhir hidupnya….
    Seandainya setiap orang menyadari hidupnya bisa berakhir setiap saat…
    Seandainya setiap orang takut bertemu dengan Tuhannya dalam keadaan yang buruk…
    Seandainya setiap orang tahu bagaimana kemurkaan Allah…

    Sungguh Allah masih menyayangi kita yang masih terus dibimbingNya.
    Allah akan semakin mendekatkan orang-orang yang dekat denganNYA untuk semakin dekat.

    Dan mereka yang terlena seharusnya segera sadar…
    mumpung kesempatan itu masih ada!

    Apakah booking tempatnya terpenuhi di alam sana? Wallahu a’lam.

    Ditulis dalam majalah Almanar (bukan Almanar yang dulu dikelola syekh Muhammad Rasyid Ridho yang kemudian menulis tafsir Almanar itu, melainkan Almanar Aljadid/neo-Almanar)

    sumber:

    http://www.facebook.com/hatibening

  • Wasiat-wasiat Generasi Salaf

    Allah Ta`ala berfirman dalam kitab-Nya:

    “Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga, di bawahnya banyak sungai mengalir; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.” (QS. At-taubah : 100)

    Dalam ayat di atas Allah Subhanahu wa Ta`ala memberi pujian kepada para sahabat dan orang-orang yang mengikuti mereka dalam kebaikan. Merekalah generasi terbaik yang dipilih oleh Allah sebagai pendamping nabi-Nya dalam mengemban risalah ilahi.

    Pujian Allah tersebut, sudah cukup sebagai bukti keutamaan atau kelebihan mereka. Merekalah generasi salaf yang disebut sebagai generasi Rabbani yang selalu mengikuti jejak langkah Rasulullah Shallallahu `alaihi wa sallam.

    Dengan menapak tilasi jejak merekalah, generasi akhir umat ini akan bisa meraih kembali masa keemasannya. Sebagaimana dikatakan oleh Imam Malik rahimahullah, Tidak akan baik generasi akhir umat ini kecuali dengan apa yang membuat generasi awalnya menjadi baik. Sungguh sebuah ucapan yang pantas ditulis dengan tinta emas. Jikalau umat ini mengambil generasi terbaik itu sebagai teladan dalam segala aspek kehidupan niscaya kebahagiaan akan menyongsong mereka.

    Dalam kesempatan kali ini, kami akan mengupas bagaimana para salaf menyucikan jiwa mereka, yang kami nukil dari petikan kata-kata mutiara dan hikmah yang sangat berguna bagi kita.

    Salaf dan Tazkiyatun Nufus

    Salah satu sisi ajaran agama yang tidak boleh terlupakan adalah tazkiyatun nufus (penyucian jiwa). Allah selalu menyebutan tazkiyatun nufus bersama dengan ilmu. Allah berfirman:

    “Sebagaimana Kami telah mengutus kepadamu Rasul di antara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al-Kitab dan Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui.” (QS. Al-Baqarah : 151)

    Artinya, ilmu itu bisa jadi bumerang bila tidak disertai dengan tazkiyatun nufus. Oleh sebab itu dapat kita temui dalam biografi ulama salaf tentang kezuhudan, keikhlasan, ketawadhu`an dan kebersihan jiwa mereka. Begitulah, mereka selalu saling mengingatkan tentang urgensi tazkiyatun nufus ini. Dari situ kita dapati ucapan-ucapan ulama salaf sangat menghunjam ke dalam hati dan penuh dengan hikmah. Hamdun bin Ahmad pernah ditanya: “Mengapa ucapan-ucapan para salaf lebih bermanfaat daripada ucapan-ucapan kita?” beliau menjawab: “Karena mereka berbicara untuk kemuliaan Islam, keselamatan jiwa dan mencari ridha Ar-Rahman, sementara kita berbicara untuk kemuliaan diri, mengejar dunia dan mencari ridha manusia!”

    Salaf dan Kegigihan Dalam Menuntut Ilmu

    Imam Adz-Dzahabi berkata: Ya`qub bin Ishaq Al-Harawi menceritakan dari Shalih bin Muhammad Al-Hafizh, bahwa ia mendengar Hisyam bin Ammar berkata:
    Saya datang menemui Imam Malik, lalu saya katakan kepadanya: “Sampaikanlah kepadaku beberapa hadits!”
    Beliau berkata: “Bacalah!”
    “Tidak, namun tuanlah yang membacakannya kepadaku!” jawabku.
    “Bacalah!” kata Imam Malik lagi. Namun aku terus menyanggah beliau.
    Akhirnya ia berkata: “Hai pelayan, kemarilah! Bawalah orang ini dan pukul dia lima belas kali!”
    Lalu pelayan itu membawaku dan memukulku lima belas cambukan. Kemudian ia membawaku kembali kepada beliau.
    Pelayan itu berkata: “Saya telah mencambuknya!” Maka aku berkata kepada beliau: “Mengapa tuan menzhalimi diriku? tuan telah mencambukku lima belas kali tanpa ada kesalahan yang kuperbuat? Akutidak sudi memaafkan tuan!”
    “Apa tebusannya?” tanya beliau. “Tebusannya adalah tuan harus membacakan untukku sebanyak lima belas hadits!” jawabku.
    Maka beliaupun membacakan lima belas hadits untukku. Lalu kukatakan kepada beliau: “Tuan boleh memukul saya lagi, asalkan tuan menambah hadits untukku!”
    Imam Malik hanya tertawa dan berkata: “Pergilah!”

    Salaf dan Keikhlasan

    Generasi salaf adalah generasi yang sangat menjaga aktifitas hati. Seorang lelaki pernah bertanya kepada Tamim Ad-Daari tentang shalat malam beliau. Dengan marah ia berkata: “Demi Allah satu rakaat yang kukerjakan di tengah malam secara tersembunyi, lebih kusukai daripada shalat semalam suntuk kemudian pagi harinya kuceritakan kepada orang-orang!”

    Ar-Rabi` bin Khaitsam berkata: “Seluruh perbuatan yang tidak diniatkan mencari ridha Allah, maka perbuatan itu akan rusak!”

    Mereka tahu bahwa hanya dengan keikhlasan, manusia akan mengikuti, mendengarkan dan mencintai mereka. Imam Mujahid pernah berkata: “Apabila seorang hamba menghadapkan hatinya kepada Allah, maka Allah akan menghadapkan hati manusia kepadanya.”

    Memang diakui, menjaga amalan hati sangat berat karena diri seakan-akan tidak mendapat bagian apapun darinya. Sahal bin Abdullah berkata: “Tidak ada satu
    perkara yang lebih berat atas jiwa daripada niat ikhlas, karena ia (seakan-akan -red.) tidak mendapat bagian apapun darinya.”

    Sehingga Abu Sulaiman Ad-darani berkata: “Beruntunglah bagi orang yang mengayunkan kaki selangkah, dia tidak mengharapkan kecuali mengharap ridha Allah!”

    Mereka juga sangat menjauhkan diri dari sifat-sifat yang dapat merusak keikhlasan, seperti gila popularitas, gila kedudukan, suka dipuji dan diangkat-angkat.

    Ayyub As-Sikhtiyaani berkata: “Seorang hamba tidak dikatakan berlaku jujur jika ia masih suka popularitas. Yahya bin Muadz berkata: Tidak akan beruntung orang yang memiliki sifat gila kedudukan.” Abu Utsman Sa`id bin Al-Haddad berkata: “Tidak ada perkara yang memalingkan seseorang dari Allah melebihi gila pujian dan gila sanjungan.”

    Oleh karena itulah ulama salaf sangat mewasiatkan keikhlasan niat kepada murid-muridnya. Ar-Rabi` bin Shabih menuturkan: “Suatu ketika, kami hadir dalam majelis Al-Hasan Al-Bashri, kala itu beliau tengah memberi wejangan. Tiba-tiba salah seorang hadirin menangis tersedu-sedu. Al-Hasan berkata kepadanya: “Demi Allah, pada Hari Kiamat Allah akan menanyakan apa tujuan anda menangis pada saat ini!””.

    Salaf dan Taubat

    Setiap Bani Adam pasti bersalah, dan sebaik-baik orang yang bersalah adalah yang segera bertaubat kepada Allah. Demikianlah yang disebutkan Rasulullah shalallahu’alaihi wassallam dalam sebuah hadits shahih. Generasi salaf adalah orang yang terdepan dalam masalah ini!

    `Aisyah berkata: “Beruntunglah bagi orang yang buku catatan amalnya banyak diisi dengan istighfar.”

    Al-Hasan Al-Bashri pernah berpesan: “Perbanyaklah istighfar di rumah kalian, di depan hidangan kalian, di jalan, di pasar dan dalam majelis-majelis kalian dan dimana saja kalian berada! Karena kalian tidak tahu kapan turunnya ampunan!”

    Tangis Generasi Salaf

    Generasi salaf adalah generasi yang memiliki hati yang amat lembut. Sehingga hati mereka mudah tergugah dan menangis karena takut kepada Allah Subhanahu wa Ta`ala. Terlebih tatkala membaca ayat-ayat suci Al-Qur`an.

    Ketika membaca firman Allah: “Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu” (QS. Al-Ahzab : 33) `Aisyah menangis tersedu-sedu hingga basahlah pakaiannya.

    Demikian pula Ibnu Umar , ketika membaca ayat yang artinya: “Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka).” (QS. Al-Hadid :16) Beliau menangis hingga tiada kuasa menahan tangisnya.

    Ketika beliau membaca surat Al-Muthaffifin setelah sampai pada ayat yang artinya: “Pada suatu hari yang besar, (yaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadap Rabb semesta alam.” (QS. Al-Muthaffifiin : 5-6) Beliau menangis dan bertambah keras tangis beliau sehingga tidak mampu meneruskan bacaannya.

    Salaf dan Tawadhu`

    Pernah disebut-sebut tentang tawadhu` di hadapan Al-Hasan Al-Bashri, namun beliau diam saja. Ketika orang-orang mendesaknya berbicara ia berkata kepada mereka: “Saya lihat kalian banyak bercerita tentang tawadhu`!” Mereka berkata: “Apa itu tawadhu` wahai Abu Sa`id?” Beliau menjawab: “Yaitu setiap kali ia keluar rumah dan bertemu seorang muslim ia selalu menyangka bahwa orang itu lebih baik daripada dirinya.”

    Ibnul Mubarak pernah ditanya tentang sebuah masalah di hadapan Sufyan bin Uyainah, ia berkata: “Kami dilarang berbicara di hadapan orang-orang yang lebih senior dari kami.”

    Al-Fudhail bin Iyadh pernah ditanya: “Apa itu tawadhu`?” Ia menjawab: “Yaitu engkau tunduk kepada kebenaran!”

    Mutharrif bin Abdillah berkata: “Tidak ada seorangpun yang memujiku kecuali diriku merasa semakin kecil.”

    Salaf dan Sifat Santun

    Pada suatu malam yang gelap Umar bin Abdul Aziz memasuki masjid. Ia melewati seorang lelaki yang tengah tidur nyenyak. Lelaki itu terbangun dan berkata: “Apakah engkau gila!” Umar menjawab: “Tidak”, Namun para pengawal berusaha meringkus lelaki itu. Namun Umar bin Abdul Aziz mencegah mereka seraya berkata: “Dia hanya bertanya: Apakah engkau gila! dan saya jawab: Tidak.”

    Seorang lelaki melapor kepada Wahab bin Munabbih: “Sesungguhnya Fulan telah mencaci engkau!” Ia menjawab: “Kelihatannya setan tidak menemukan kurir selain engkau!”

    Salaf dan Sifat Zuhud

    Yusuf bin Asbath pernah mendengar Sufyan Ats-Tsauri berkata: “Aku tidak pernah melihat kezuhudan yang lebih sulit daripada kezuhudan terhadap kekuasaan. Kita banyak menemui orang-orang yang zuhud dalam masalah makanan, minuman, harta dan pakaian. Namun ketika diberikan kekuasaan kepadanya maka iapun akan mempertahankan dan berani bermusuhan demi membelanya.”

    Imam Ahmad pernah ditanya tentang seorang lelaki yang memiliki seribu dinar apakah termasuk zuhud? Beliau menjawab: “Bisa saja, asalkan ia tidak terlalu gembira bila bertambah dan tidak terlalu bersedih jika berkurang.”

    Demikianlah beberapa petikan mutiara salaf yang insya Allah berguna bagi kita dalam menuju proses penyucian jiwa. Semoga Allah senantiasa memberi kita kekuatan dalam meniti jejak generasi salaf dalam setiap aspek kehidupan.

    ____
    (oleh Ust. Abu Ihsan Al Atsari, ditulis ulang dari Majalah As Sunnah Edisi 04/VI/1423H)

    sumber: http://www.facebook.com/#!/notes/biografi-ulama/wasiat-wasiat-generasi-salaf/10150092391715602

  • Kisah Nyata: Jahannam, Setelah 300 KM

    gurun

    Oleh Abu Khalid al-Jadawy

    Aku mengenal seorang pemuda yang dulu termasuk orang-orang yang lalai dari mengingat Allah. Dulu dia bersama dengan teman-teman yang buruk sepanjang masa mudanya. Pemuda itu meriwayatkan kisahnya sendiri:

    “Demi Allah, yang tidak ada sesembahan yang haq selain Dia, aku dulu keluar dari kota Riyadh bersama dengan teman-temanku, dan tidak ada satu niat dalam diriku untuk melakukan satu ketaatanpun untuk Allah, apakah untuk shalat atau yang lain.”

    “Alkisah, kami sekelompok pemuda pergi menuju kota Dammam, ketika kami melewati papan penunjuk jalan, maka teman-teman membacanya “Dammam, 300 KM”, maka aku katakan kepada mereka aku melihat papan itu bertuliskan “Jahannam, 300 KM”. Merekapun duduk dan menertawakan ucapanku. Aku bersumpah kepada mereka atas hal itu, akan tetapi mereka tidak percaya. Maka merekapun membiarkan dan mendustakanku.

    Berlalulah waktu tersebut dalam canda tawa, sementara aku menjadi bingung dengan papan yang telah kubaca tadi.

    Selang beberapa waktu, kami mendapatkan papan penunjuk jalan lain, mereka berkata “Dammam, 200 KM”, kukatakan “Jahannam, 200 KM”. Merekapun menertawakan aku, dan menyebutku gila. Kukatakan: “Demi Allah, yang tidak ada sesembahan yang haq selain Dia, sesungguhnya aku melihatnya bertuliskan “Jahannam, 200 KM”.” Merekapun menertawakanku seperti kali pertama. Dan mereka berkata: “Diamlah, kamu membuat kami takut.” Akupun diam, dalam keadaan susah, yang diliputi rasa keheranan aku memikirkan perkara aneh ini.

    Keadaanku terus menerus bersama dengan pikiran dan keheranan, sementara keadaan mereka bersama dengan gelak tawa, dan candanya, hingga kemudian kami bertemu dengan papan penujuk jalan yang ketiga. Mereka berkata: “Tinggal sedikit lagi “Dammam, 100 KM”.” Kukatakan: “Demi Allah yang Maha Agung, aku melihatnya “Jahannam, 100 KM”.” Mereka berkata: “Tinggalkanlah kedustaan, engkau telah menyakiti kami sejak awal perjalanan kita.” Kukatakan: “Turunkan aku, aku ingin kembali.” Mereka berkata: “Apakah engkau sudah gila?” Kukatakan: “Turunkan aku, demi Allah, aku tidak akan menyelesaikan perjalanan ini bersama kalian.” Maka merekapun menurunkanku, akupun pergi ke arah lain dari jalan tersebut. Akupun tinggal di jalan itu beberapa saat, dengan memberikan isyarat kepada mobil-mobil untuk berhenti, tetapi tidak ada seorangpun yang berhenti untukku. Selang beberapa saat, berhentilah untukku seorang sopir yang sudah tua, akupun mengendarai mobil bersamanya. Saat itu dia dalam keadaan diam lagi sedih, dan tidak berkata-kata walaupun satu kalimat.

    Maka kukatakan kepadanya: “Baiklah, ada apa dengan anda, kenapa anda tidak berkata-kata?” Maka dia menjawab: “Sesungguhnya aku sangat terkesima dengan sebuah kecelakaan yang telah kulihat beberapa saat yang lalu, demi Allah aku belum pernah melihat yang lebih buruk darinya selama kehidupanku.” Kukatakan kepadanya: “Apakah mereka itu satu keluarga atau selainnya?” Dia menjawab: “Mereka adalah sekumpulan anak-anak muda, tidak ada seorangpun dari mereka yang selamat.” Maka dia memberitahukan kepadaku ciri-ciri mobilnya, maka akupun mengenalnya, bahwa mereka adalah teman-temanku tadi. Maka akupun meminta kepadanya untuk bersumpah atas apa yang telah dia katakan, maka diapun bersumpah dengan nama Allah.

    Maka akupun mengetahui bahwa Allah I telah mencabut roh teman-temanku setelah aku turun dari mobil mereka tadi. Dan Dia telah menjadikanku sebagai pelajaran bagi diriku dan yang lain. Akupun memuji Allah yang telah menyelamatkanku di antara mereka.”

    Syaikh Abu Khalid al-Jadawi berkata: “Sesungguhnya pemilik kisah ini menjadi seorang laki-laki yang baik. Padanya terdapat tanda-tanda kebaikan, setelah dia kehilangan teman-temannya dengan kisah ini, yang setelahnya dia bertaubat dengan taubat nashuha.”

    Maka kukatakan: “Wahai saudaraku, apakah engkau akan menunggu kehilangan empat atau lima teman-temanmu sampai kepada perjalanan seperti perjalanan ini? Agar engkau bisa mengambil pelajaran darinya? Dan tahukah kamu, bahwa kadang bukan engkau yang bertaubat karena sebab kematian teman-temanmu, melainkan engkaulah yang menjadi sebab pertaubatan teman-temanmu karena kematianmu di atas maksiat dan kerusakan.” Na’udzu billah.

    Ya Allah, jangan jadikan kami sebagai pelajaran bagi manusia, tetapi jadikanlah kami sebagai orang yang mengambil pelajaran dari apa yang terjadi pada mereka, dan dari apa saja yang terjadi di sekitar kami. Allahumma Amin.” (AR)*

    * Majalah Qiblati Edisi 5 Volume 3

  • Status facebook kamu, harga diri kamu

    fb
    Ketika perpecahan keluarga menjadi tontonan yang ditunggu dalam sebuah episode infotainment setiap hari.

    Ketika aib seseorang ditunggu-tunggu ribuan mata bahkan jutaan dalam berita-berita media massa.

    Ketika seorang celebritis dengan bangga menjadikan kehamilannya di luar pernikahan yang sah sebagai ajang sensasei yang ditunggu-tunggu …’siapa calon bapak si jabang bayi?’

    Ada khabar yang lebih menghebohkan, lagi-lagi seorang celebrities yang belum resmi berpisah dengan suaminya, tanpa rasa malu berlibur, berjalan bersama pria lain, dan dengan mudahnya mengolok-olok suaminya.

    Wuiih……mungkin kita bisa berkata ya wajarlah artis, kehidupannya ya seperti itu, penuh sensasi.Kalau perlu dari mulai bangun tidur sampai tidur lagi, aktivitasnya diberitakan dan dinikmati oleh publik.

    Wuiiih……ternyata sekarang bukan hanya artis yang bisa seperti itu, sadar atau tidak, ribuan orang sekarang sedang menikmati aktivitasnya apapun diketahui orang, dikomentarin orang bahkan mohon maaf ….’dilecehkan’ orang, dan herannya perasaan yang didapat adalah kesenangan.

    Fenomena itu bernama facebook, setiap saat para facebooker meng update statusnya agar bisa dinikmati dan dikomentarin lainnya. Lupa atau sengaja hal-hal yang semestinya menjadi konsumsi internal keluarga, menjadi kebanggaan di statusnya. Lihat saja beberapa status facebook :

    Seorang wanita menuliskan “Hujan-hujan malam-malam sendirian, enaknya ngapain ya…..?”——kemudian puluhan komen bermunculan dari lelaki dan perempuan, bahkan seorang lelaki temannya menuliskan “mau ditemanin? Dijamin puas deh…”

    Seorang wanita lainnya menuliskan “ Bangun tidur, badan sakit semua, biasa….habis malam jumat ya begini…:” kemudian komen2 nakal bermunculan…

    Ada yang menulis “ bete nih di rumah terus, mana misua jauh lagi….”, —-kemudian komen2 pelecehan bermunculan.

    Ada pula yang komen di wall temannya “ eeeh ini si anu ya …., yang dulu dekat dengan si itu khan? Aduuh dicariin tuh sama si itu….” —-lupa klu si anu sudah punya suami dan anak-anak yang manis.

    Yang laki-laki tidak kalah hebat menulis statusnya “habis minum jamu nih…., ada yang mau menerima tantangan ?’—-langsung berpuluh2 komen datang.

    Ada yang hanya menuliskan, “lagi bokek, kagak punya duit…”

    Ada juga yang nulis “ mau tidur nih, panas banget…bakal tidur pake dalaman lagi nih” .

    Dan ribuan status-status yang numpang beken dan pengin ada komen-komen dari lainnya.

    Dan itu sadar atau tidak sadar dinikmati oleh indera kita, mata kita, telinga kita, bahkan pikiran kita.

    Ada yang lebih kejam dari sekedar status facebook, dan herannya seakan hilang rasa empati dan sensitifitas dari tiap diri terhadap hal-hal yang semestinya di tutup dan tidak perlu di tampilkan.

    Seorang wanita dengan nada guyon mengomentarin foto yang baru sj di upload di albumnya, foto-foto saat SMA dulu setelah berolah raga memakai kaos dan celana pendek…..padahal sebagian besar yg didalam foto tersebut sudah berjilbab

    Ada seorang karyawati mengupload foto temannya yang sekarang sudah berubah dari kehidupan jahiliyah menjadi kehidupan islami, foto saat dulu jahiliyah bersama teman2 prianya bergandengan dengan ceria….

    Ada pula seorang pria meng upload foto seorang wanita mantan kekasihnya dulu yang sedang dalam kondisi sangat seronok padahal kini sang wanita telah berkeluarga dan hidup dengan tenang.

    Rasanya hilang apa yang diajarkan seseorang yang sangat dicintai Allah…., yaitu Muhammad shalallahu alaihi wa sallam, Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam kepada umatnya. Seseorang yang sangat menjaga kemuliaan dirinya dan keluarganya. Ingatkah ketika Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam bertanya pada Aisyah radhiallahu ‘anha

    “ Wahai Aisyah apa yang dapat saya makan pagi ini?” maka Istri tercinta, sang humairah, sang pipi merah Aisyah radhiallahu ‘anha menjawab “ Rasul, kekasih hatiku, sesungguhnya tidak ada yang dapat kita makan pagi ini”. Rasul shalallahu alaihi wa sallam dengan senyum teduhnya berkata “baiklah Aisyah, aku berpuasa hari ini”. Tidak perlu orang tahu bahwa tidak ada makanan di rumah rasulullah….

    Ingatlah Abdurahman bin Auf radhiallahu ‘anhu mengikuti Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam berhijrah dari mekah ke madinah, ketika saudaranya menawarkannya sebagian hartanya, dan sebagian rumahnya,

    maka abdurahman bin auf radhiallahu ‘anhu mengatakan, tunjukan saja saya pasar. Kekurangannya tidak membuat beliau kehilangan kemuliaan hidupnya. Bahwasanya kehormatan menjadi salah satu indikator keimanan seseorang, sebagaimana Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam, bersabda, “Malu itu sebahagian dari iman”. (Bukhari dan Muslim).

    Dan fenomena di atas menjadi Tanda Besar buat kita umat Islam, hegemoni ‘kesenangan semu’ dan dibungkus dengan ‘persahabatan fatamorgana’ ditampilkan dengan mudahnya celoteh dan status dalam facebook yang melindas semua tata krama tentang Malu, tentang menjaga Kehormatan Diri dan keluarga.

    Dan Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam menegaskan dengan sindiran keras kepada kita

    “Apabila kamu tidak malu maka perbuatlah apa yang kamu mau.” (Bukhari).

    Arogansi kesenangan semakin menjadi-jadi dengan tanpa merasa bersalah mengungkit kembali aib-aib masa lalu melalui foto-foto yang tidak bermartabat yang semestinya dibuang saja atau disimpan rapat.

    Bagi mereka para wanita yang menemukan jati dirinya, dibukakan cahayanya oleh Allah sehingga saat di masa lalu jauh dari Allah kemudian ter inqilabiyah – tershibghoh, tercelup dan terwarnai cahaya ilahiyah, hatinya teriris melihat masa lalunya dibuka dengan penuh senyuman, oleh orang yang mengaku sebagai teman, sebagai sahabat.

    Maka jagalah kehormatan diri, jangan tampakkan lagi aib-aib masa lalu, mudah-mudahan Allah menjaga aib-aib kita.

    Maka jagalah kehormatan diri kita, simpan rapat keluh kesah kita, simpan rapat aib-aib diri, jangan bebaskan ‘kesenangan’, ‘gurauan’ membuat Iffah kita luntur tak berbekas.

    catatan
    ***”Iffah (bisa berarti martabat/kehormatan) adalah bahasa yang lebih akrab untuk menyatakan upaya penjagaan diri ini. Iffah sendiri memiliki makna usaha memelihara dan menjauhkan diri dari hal-hal yang tidak halal, makruh dan tercela.”

    Sumber : FTJAI

    Judul Asli : Ketika Iffah mulai luntur (dibalik fenomena facebook)
    ————————–

    ——————————————————————-

    Beberapa orang sering dgn mudahnya meng-up date status mereka dgn kata-kata yg tidak jelas” entah apa tujuannya selain untuk numpang beken, cari perhatian dan pengin ada komen-komen dari lainnya”.
    > Dingin . . .
    > B.E.T.E. . . .
    > Capek
    > Puanass buaget neh !
    > Arghhh .. . !!!!
    > Gile tuh org !
    > . . .
    > Aku masih menanti . . .
    etc….

    ***************************************************************
    Mohon kiranya untuk men-tag ataupun men-sharing artikel ini dengan orang yang Anda kasihi demi kebaikan kita bersama.
    Jazakallah khair

    PS: Ikuti Quis Seputar Islam di FB

  • Secercah Nasehat dan Kehidupan Indah Ayahanda Al-Allamah Muqbil bin Hadi Al-Wadi’I

    Bagaimana Syaikh Muqbil bin Hadi Al-Wad’i mendidik Putri beliau?
    Nasehati lin Nisaa

    Pernah membaca buku Nasehati lin Nisaa? Buku yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul Nasehatku bagi Para Wanita ini ditulis oleh seorang aalimah (ulama wanita) dari negeri Yaman yang bernama Ummu Abdillah Al-Wadi’iyah. Beliau hafizhahallah adalah putri dari ulama ahlul hadits di masa kita, yaitu Asy-Syaikh Muqbil bin Hadi Al-Wad’I rahimahullah.

    Ummu Abdillah adalah seorang aalimah yang memiliki banyak keutamaan. Ummu Abdillah mengajar di madrasah nisa’ (khusus wanita) dan memiliki beragam karya tulis ilmiyah. Di antaranya:

    – Shahihul Musnad fis Syamail Muhammadiyah (tentang kesempurnaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dicetak dalam dua jilid)
    – Jamius Shahih fi ilmi wa Fadhlihi (tentang keutamaan ilmu)
    – Tahqiq kitab As-Sunnah Ibnu Abi Ashim
    – Nasehati lin Nisa
    – dan sekarang beliau masih mengerjakan Shahihul Musnad min Sirah Nabawiyah

    Yang ingin saya angkat dalam artikel ini adalah bagaimana cara Syaikh mendidik putrinya sehingga tumbuh menjadi seorang aalimah. Tema ini mungkin jarang diangkat karena biasanya yang dipersiapkan sebagai seorang alim atau ulama adalah anak laki-laki saja. Pernahkah kita bercita-cita putri kita menjadi seorang aalimah? Kalau memang ada keinginan tersebut, mungkin kita bisa bercermin terlebih dahulu dengan metodologi Asy-Syaikh dalam mendidik putrinya.

    Ummu Abdillah berkisah tentang bagaimana ayahanda beliau –Syaikh Muqbil- mendidik putri-putrinya,

    … Ayahanda tidak pernah menyia-nyiakan kami, betapa pun sibuknya beliau. Oleh karena itulah beliau sangat perhatian terhadap kami dalam mempelajari Al-Quran. Beliau selalu menuntun kami dalam membaca Al-Quran. Kadang beliau rekam agar hapalan kami semakin kokoh. Suatu ketika saudari saya menghapal, dan ayahanda sedang berada di perpustakaan. Saudariku tadi mencari beliau, ingin direkamkan hapalannya. Beliau pun meninggalkan risetnya, merekam hapalan saudariku lalu kembali lagi ke perpustakaan.

    Begitu kami mengetahui qiraah yang baik, beliau membeli kaset qiraah Syaikh Al-Husari untuk kami. Beliau juga membelikan untuk masing-masing putrinya satu tape recorder tanpa radio. Ini bentuk penjagaan beliau agar kami tidak mendengar nyanyian.

    Setelah kami mengerti lebih banyak, kami dibelikan masing-masing sebuah tape recorder dengan radionya, namun beliau tetap memperingatkan kami terhadap nyanyian dengan keras. Dan alhamdulillah, kami menerima peringatan tersebut. Kami tidak mendengarkan nyanyian sama sekali, seiring dengan rasa tidak senang terhadap nyanyian.

    Dalam menghapal, beliau memerintahkan kami untuk hanya menggunakan satu mushaf dari satu penerbit karena itu akan membantu memperkokoh hapalan. Kalau beliau melihat di tangan kami ada mushaf yang berbeda, beliau akan memberi peringatan keras dan sangat marah.

    Di antara murid beliau ada orang-orang Sudan dan Mesir yang datang beserta istri-istrinya. Di antara istri-istri mereka ada yang mengajar kami dengan diberi imbalan jasa oleh ayah sebagai bentuk perhatian beliau terhadap pendidikan. Dan apabila di buku-buku yang dipergunakan oleh para guru wanita tersebut ada gambar makhluk bernyawanya, beliau memerintahkan kami untuk menghapusnya. Kami pun menghapus gambar-gambar tersebut disertai dengan kebencian yang sangat terhadap gambar-gambar itu.

    Lalu setelah itu kami pun diajari ilmu-ilmu syar’i Al Kitab dan As-Sunnah, sehingga kami pun menghafal bersama para guru tersebut dan kami pun hapal beberapa hadits walhamdulillah.

    Beliau rahimahullah terkadang bersenang-senang dan bergurau bersama kami, dalam perkara yang diizinkan oleh Allah. Berbeda dengan kebanyakan kaum muslimin –kecuali yang dirahmati oleh Allah- yang bersenang-senang bersama anak-anak mereka dengan televisi, nyanyian, permainan-permainan gila, serta kerusakan lainnya. Padahal nabi kita bersabda, “Kamu sekalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggung jawaban tentang apa yang dipimpinnya.”

    Beliau selalu melarang kami terlalu banyak keluar, dan beliau selalu mengharuskan kami untuk tidak keluar kecuali seizin beliau.

    Ini apa yang dijalankan beliau semasa kami kecil.

    Ada pun tentang pendidikan kami, beliau sangat ingin kami mendalami agama Allah dan mencari bekal ilmu syar’i. Sebab itulah, beliau mencurahkan kemampuan beliau untuk membantu kami menuntut ilmu dan membuat kami menggunakan kesempatan kami dengan sebaik-baiknya. Beliau selalu menyediakan waktu khusus untuk mendidik kami. Setiap hari kedua, beliau menanyakan pelajaran yang telah lalu. Jika pelajaran itu terlalu berat, maka beliau berikan dengan cara yang jauh lebih ringan.

    Di antara pelajaran yang khusus kami pelajari di rumah adalah:
    – Qatrun Nada sampai dua kali
    – Syarh Ibnu Aqil sampai dua kali juga
    – Tadribur Rawi
    – Mushilut Thullabi ila Qowaidil I’rab (namun tidak selesai karena beliau sakit)

    Majelis beliau senantiasa penuh dengan kebaikan, diskusi, dan pengarahan, sampai pun di atas hidangan makan atau via telepon.

    Ketika beliau di Saudi sebelum berangkat ke Jerman, ayahanda mengucapkan salam lewat telepon kepada saya, “Assalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh”. Saya menjawab tanpa mengucapkan, “Wabarakatuh”. Beliau bertanya (menegur), “Mengapa tidak engkau balas dengan yang lebih utama?” sebagai isyarat pengamalan ayat ke 86 dari surat An-Nisa.

    Terkadang beliau sengaja salah memberikan pertanyaan untuk menguji pemahaman kami, sebagaimana itu beliau lakukan juga kepada murid laki-laki. Kadang beliau bertanya tentang soal yang cukup berat, untuk memberikan faedah namun disuguhkan dengan pertanyaan terlebih dahulu. Metode ini pun diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sebagaimana di dalam hadits Muadz.

    Kadang ketika kami menemui kesulitan dalam pelajaran atau riset kami, beliau memerintahkan kami untuk meneruskan riset tersebut, atau beliau mengikuti kami ke perpustakaan dan membantu kami. Inilah yang menyebabkan kami begitu berduka karena kehilangan beliau rahimahullah. Siapa yang akan memperhatikan kami sepeninggal ayahanda?

    Beliau selalu mendidik dan mengarahkan kami dengan lemah lembut. Dan dengan karunia Allah, kami tidak terdorong sedikit pun untuk menentang beliau, karena semua itu adalah demi kemaslahatan dan keuntungan kami juga. Semuanya adalah mutiara yang diuntai dengan Al-Kitab dan As-Sunnah.

    Di antara yang mengagumkan pada diri beliau adalah tidak pernah kepada kami dalam perkara ijtihad kami yang memiliki sisi pandang lain. Kalau kami sudah memahami suatu masalah yang berbeda dengan pemahaman beliau maka beliau tidak memaksa kami, seperti juga kebiasaan beliau bersama murid-muridnya yang laki-laki. Beliau tidak pernah menekan mereka untuk memahami sesuatu yang masih perlu dipertimbangkan. Ini, sebagaimana para pembaca lihat, adalah kemuliaan yang sangat jarang ditemukan.

    Beliau rahimahullah juga memperingatkan kami dari masyarakat, karena masyarakat kami adalah masyarakat yang rusak, bersegera dalam kesesatan dan hal-hal yang tidak berguna, kecuali yang dirahmati Allah.

    Beliau juga memperingatkan kami dari sikap sombong. Beliau sangat benci kepada wanita yang sombong terhadap suaminya, beliau mengatakan, “Tidak ada kebaikan wanita yang seperti ini.”

    Beliau mendorong kami untuk bersikap zuhud terhadap dunia yang rendah ini. Beliau bimbing kami untuk meniatkan apa yang kami makan dan minum untuk menguatkan kami dalam bertakwa, agar memperoleh pahala dari Allah. Beliau katakan, “Janganlah kamu sibukkan dirimu menyiapkan berbagai hidangan makanan. Apa yang mudah diolah, kita makan.”

    Beliau bangkitkan semangat kami. Beliau bukan termasuk orang yang suka meruntuhkan semangat keluarga dan anak-anak perempuannya. Beliau membentuk kami dengan sebaik-baiknya, agar kami mudah dan bersemangat untuk bersungguh-sungguh dalam memperoleh ilmu yang bermanfaat.

    Di antara ucapan beliau kepada saya, “Saya berharap agar kamu menjadi wanita yang faqih.” Ya Allah, wujudkanlah harapan ayahanda, duhai Zat yang tidak diharap kecuali kepada-Nya, tempatkanlah beliau di surga firdaus yang tinggi.

    ________
    (Diringkas dari buku “Secercah Nasehat dan Kehidupan Indah Ayahanda Al-Allamah Muqbil bin Hadi Al-Wadi’I”, terbitan pustaka Al-Haura Jogjakarta).

  • Seputar mengusap wajah setelah berdo’a


    Seputar mengusap wajah setelah berdo’a

    Oleh : Ismail bin Marsyud bin Ibrahim Ar-Rumaih

    Sebagian orang sesudah berdoa mengusap wajah dengan kedua telapak tangannya, padahal tidak ada hadits satupun yang shahih yang membenarkan perbuatan tersebut. Yang paling baik adalah mengikuti sunnah Rasul dan yang paling buruk adalah segala tindakan menentang sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Seorang yang berdoa hendaknya tidak mengusapkan kedua telapak tangan sesudah berdoa, sebab tanpa itu dia akan mendapat pahala.

    Abu Daud berkata bahwa saya mendengar Imam Ahmad ditanya oleh salah seorang tentang hukum mengusap wajah sesudah berdoa, maka beliau menjawab : “Saya tidak pernah mendengar itu dan saya tidak pernah mendapatkan sesuatu tentang itu. Abu Daud berkata : Saya tidak pernah melihat Imam Ahmad mengerjakan hal itu.” [Abu Daud dalam Masail Imam Ahmad hal.71]

    Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata bahwa mengangkat tangan pada saat berdoa adalah sunnah berdasarkan hadits-hadits yang sangat banyak, tetapi tentang mengusap wajah dengan kedua telapak tangan tidak saya temukan kecuali satu atau dua hadits, itupun tidak bisa dipakai sebagai dasar amalan tersebut karena lemah.[Majmu Fatawa 22/519]

    Syaikh Al-Izz bin Abdussalam berkata bahwa tidaklah mengusap wajah dengan kedua telapak tangan sesudah berdoa kecuali orang-orang bodoh saja. [Fatawa Izz bin Abdussalam]

    MENGANGKAT KEDUA TANGAN PADA SAAT KHUTBAH JUM’AT

    Pertanyaan.
    Syaikh Abddul Aziz bin Baz ditanya : “Apa hukumnya mengangkat kedua tangan bagi makmum tatkala mengamini doa imam pada waktu khutbah Jum’at. Dan apa hukumnya mengeraskan ucapan amin ?”

    Jawaban.
    Tidak ada anjuran baik bagi imam maupun bagi makmum untuk mengangkat tangan tatkala berdo’a pada waktu khutbah jum’at sebab Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para Khulafaurrasyidun tidak melakukan hal tersebut.

    Akan tetapi jika berdoa istisqa’ dalam khutbah Jum’at, maka dianjurkan bagi imam dan makmum untuk mengangkat tangan pada waktu berdoa istisqa’, karena pada waktu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca do’a istisqa’, beliau mengangkat tangannya dan juga para jama’ah bersama beliau.

    Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.

    “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu” [Al-Ahzab : 21]

    Dibolehkan membaca amin bagi makmum pada waktu mendengar doa imam pada saat khutbah Jum’at asalkan tanpa mengeraskan suara.

    [Fatawa Islamiyah 1/427]

    [Disalin dari buku Jahalatun Nas Fid Du’a edisi Indonesia Kesalahan Dalam Berdo’a hal. 75-76 & 81-82 ul Haq]

    SALAH KAPRAH DALAM BERAGAMA

    Oleh : Muhammad bin Jamul Zainu

    Alkisah pada masa lampau, setiap kali jama’ah haji dari Indonesia dan melayu pada umumnya, sedang dalam perjalanan antara Makkah dan Madinah, bilamana tiba waktu shalat, mereka melakukan shalat bersama kafilah di padang pasir. Biasanya, sang imam shalat, yang tidak lain adalah pemilik hewan-hewan kendaraan dalam kafilah tersebut, setelah salam, mengusap debu yang menempel di dahinya. Lalu para jamaah pun melakukan hal yang sama dan menjadikan kebiasaan yang terus dipelihara hingga kepulangan mereka ke tanah air.

    Maka tidak heran jika kita perhatikan, seringkali kita jumpai orang yang mengusap wajahnya tepat setelah selesai salam dalam shalat. Namun jika kita tanya, apa yang menjadi landasan mereka dalam mengusap wajah setelah salam tersebut, kiranya akan di jawab bahwa demikianlah yang ia jumpai sehari-hari yang dilakukan banyak orang, lalu iapun melakukan hal yang sama.

    [Disalin dari Muqaddimah buku “Salah Kaprah Dalam Beragama menurut Al Qur’an dan As Sunnah”, oleh Muhammad Bin Jamil Zainu, Griya Ilmu Jakarta]

    Diposkan oleh aku milikNya

    sumber: http://mirarista.blogspot.com/2010/01/mengusap-wajah-sesudah-berdoa.html

  • Kisah istri kecanduan chatting


    Kadang jika kita hanya sekedar menyampaikan untaian nasehat, mungkin sebagian orang belum tersentuh. Namun tatkala dikemukakan sebuah kisah, barulah hati kita mulai tersentuh dan baru bisa menarik pelajaran. Semoga kisah berikut bisa menjadi pelajaran bagi kita semua.

    Kisah Bincang-bincang Seorang Istri di Dunia Maya

    Kisah ini terjadi di Lebanon berdasarkan apa yang saya dengar lewat kajian bersama ustadz di majelis ilmu syar’i … Ustadz menguraikan kisah ini agar bisa menjadi perhatian bagi muslimah di sini (Sydney) agar mereka berhati-hati terhadap chatting ini dan tidak melayani sapaan dari laki-laki yang suka iseng menggoda lewat chatting ini…

    Beliau adalah seorang wanita muslimah yang alhamdulillah Allah karuniakan kepadanya seorang suami yang baik akhlak dan budi pekertinya. Di rumah ia pun memilki komputer sebagaimana keluarga muslim lainnya di mana komputer bukan lagi merupakan barang mewah di Lebanon. Sang suami pun mengajari bagaimana menggunakan fasilitas ini yang akhirnya ia pun mahir bermain internet. Yang akhirnya ia pun mahir pula chatting dengan kawan-kawanya sesama muslimah.

    Awalnya ia hanya chatting dengan rekannya sesama muslimah, … hingga pada suatu hari ia disapa oleh seorang laki-laki yang mengaku sama-sama tinggal dikota beliau.Terkesan dengan gaya tulisannya yang enak dibaca dan terkesan ramah. Sang muslimah yang telah bersuami ini akhirnya tergoda pada lelaki tersebut.

    Bila sang suami sibuk bekerja untuk mengisi kekosongan waktunya, ia akhirnya menghabiskan waktu bersama dengan lelaki itu lewat chatting, … sampai sang suami menegurnya setiba dari kerja mengapa ia tetap sibuk di internet. Sang istri pun membalas bahwa ia merasa bosan karena suaminya selalu sibuk bekerja dan ia merasa kesepian, … ia merahasiakan dengan siapa ia chatting .. khawatir bila suaminya tahu maka ia akan dilarang main internet lagi…. Sungguh ia telah kecanduan berchatting ria dengan lelaki tersebut.

    Fitnah pun semakin terjadi di dalam hatinya, .. ia melihat sosok suaminya sungguh jauh berbeda dengan lelaki tersebut, enak diajak berkomunikasi, senang bercanda dan sejuta keindahan lainnya di mana setan telah mengukir begitu indah di dalam lubuk hatinya.

    Duhai fitnah asmara semakin membara, … ketika ia chatting lagi sang laki-laki itu pun tambah menggodanya, .. ia pun ingin bertemu empat mata dengannya. Gembiralah hatinya, .. ia pun memenuhi keinginan lelaki tersebut untuk berjumpa. Jadilah mereka berjumpa dalam sebuah restoran, lewat pembiacaran via darat mereka jadi lebih akrab. Dari pertemuan itu akhirnya dilanjutkan dengan pertemuan berikutnya.

    Hingga akhirnya si lelaki tersebut telah berhasil menawan hatinya. Sang suami yang menasehati agar ia tidak lama-lama main internet tidak digubrisnya. Akhirnya suami wanita ini menjual komputer tersebut karena kesal nasehatnya tidak di dengar, lalu apa yang terjadi ?? Langkah itu (menjual komputer) membuat marah sang istri yang akhirnya ia pun meminta cerai dari suaminya. Sungguh ia masih teringat percakapan manis dengan laki-laki tersebut yang menyatakan bahwa ia sangatlah mencintai dirinya, dan ia berjanji akan menikahinya apabila ia bercerai dari suaminya.

    Sang suami yang sangat mencintai istrinya tersebut tentu saja menolak keputusan cerai itu. Karena terus didesak sang istri akhirnya ia pun dengan berat hati menceraikan istrinya. Sungguh betapa hebatnya fitnah lelaki itu. Singkatnya setelah ia selesai cerai dengan suaminya ia pun menemui lelaki tersebut dan memberitahukan kabar gembira tentang statusnya sekarang yang telah menjadi janda. Lalu apakah si lelaki itu mau menikahinya sebagaimana janjinya???

    Ya ukhti muslimah dengarlah penuturan kisah tragis ini, … dengan tegasnya si lelaki itu berkata, “Tidak!! Aku tidak mau menikahimu! Aku hanya mengujimu sejauh mana engkau mencintai suamimu,ternyata engkau hanyalah seorang wanita yang tidak setia kepada suami. Dan, aku takut bila aku menikahimu nantinya engkau tidak akan setia kepadaku! Bukan ,..bukan..wanita sepertimu yang aku cari, aku mendambakan seorang istri yang setia dan taat kepada suaminya..!”

    Lalu ia pun berdiri meninggalkan wanita ini, .. sang wanita dengan isak tangis yang tidak tertahan inipun akhirnya menemui ustadz tadi dan menceritakan Kisahnya…. Ia pun merasa malu untuk meminta rujuk kembali dengan suaminya yang dulu … mengingat betapa buruknya dia melayani suaminya dan telah menjadi istri yang tidak setia.

    [Sumber : http://jilbab.or.id/archives/403-bercerai-dari-suami-akibat-kecanduan-chatting/ ]

    Jika seseorang betul-betul merenungkan kisah di atas, tentu saja dia akan menggali beberapa pelajaran berharga. Itulah di antara bahaya chatting dengan lawan jenis yang tidak mengenal adab dalam bergaul. Lihatlah akibat chatting dengan lawan jenis, di sana bisa terjadi perceraian antara kedua pasangan tersebut disebabkan si istri memiliki hubungan dengan pria kenalannya di dunia maya.

    Di pelajaran lainnya adalah hendaknya selalu ada pengawasan dari kepala keluarga terhadap anggota keluarganya. Kepala keluarga seharusnya dapat memberikan batasan terhadap pergaulan anggota keluarganya termasuk istrinya, apalagi dalam masalah penggunaan internet. Inilah pelajaran yang mesti diperhatikan oleh seorang suami sebagai kepala keluarga.

    Adapun untuk anggota keluarga yaitu istri dan anak, hendaklah mereka selalu merasa mendapatkan pengawasan dari Allah subahanahu wa ta’ala. Hendaklah mereka meyakini bahwa Allah Ta’ala mengetahui segala yang nampak maupun yang tersembunyi. Sehingga Allah mengetahui segala apa yang mereka lakukan. Karena Allah-lah Maha Mengetahui dan Maha Melihat dengan sifat kesempurnaan. Tentu saja sikap selalu merasa penjagaan dari Allah ini bisa muncul jika seseorang telah dibekali dengan aqidah dan tauhid yang benar. Itulah pentingnya pendidikan aqidah pada keluarga.

    Selain itu pula, istri mesti diluruskan tatkala dia berada dalam kekeliruan. Istri mesti diluruskan dengan lemah lembut dan harus berhati-hati dalam menasehatinya. Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,

    وَاسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ خَيْرًا ، فَإِنَّهُنَّ خُلِقْنَ مِنْ ضِلَعٍ ، وَإِنَّ أَعْوَجَ شَىْءٍ فِى الضِّلَعِ أَعْلاَهُ ، فَإِنْ ذَهَبْتَ تُقِيمُهُ كَسَرْتَهُ ، وَإِنْ تَرَكْتَهُ لَمْ يَزَلْ أَعْوَجَ فَاسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ خَيْرًا

    “Bersikaplah yang baik terhadap wanita karena sesungguhnya mereka diciptakan dari tulang rusuk. Bagian yang paling bengkok dari tulang rusuk tersebut adalah bagian atasnya. Jika engkau memaksa untuk meluruskan tulang rusuk tadi, maka dia akan patah. Namun, jika kamu membiarkan wanita, ia akan selalu bengkok, maka bersikaplah yang baik terhadap wanita.” (HR. Bukhari no. 5184)

    Juga perlu diketahui bahwa kerusakan yang terjadi akibat chatting di atas bukanlah bisa terjadi hanya pada wanita. Kerusakan semacam itu pun sebenarnya dapat terjadi pada laki-laki. Oleh karena itu, perlu sekali diberitahukan kepada pembaca sekalian beberapa adab-adab yang mesti diperhatikan ketika bergaul dengan lawan jenis. Karena tidak memperhatikan beberapa adab berikut inilah terjadi keretakan rumah tangga atau mungkin bagi yang belum menikah pun bisa terjadi kerusakan dengan terjerumus dalam perantara-perantara menuju zina atau bahkan bisa terjerumus dalam zina. Na’udzu billahi min dzalik.

    Beberapa Adab yang Mesti Diperhatikan dalam Pergaulan dengan Lawan Jenis (Yang Bukan Mahrom)

    Pertama, menjauhi segala sarana menuju zina

    Allah Ta’ala berfirman,

    وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا

    “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.”(QS. Al Isro’ [17] : 32)

    Kedua, selalu menutup aurat

    Allah Ta’ala berfirman,

    يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا

    “Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mu’min: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al Ahzab [33] : 59)

    Ketiga, saling menundukkan pandangan

    Allah memerintahkan kaum muslimin untuk menundukkan pandangan ketika melihat lawan jenis. Allah Ta’ala berfirman,

    قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ

    “Katakanlah kepada laki – laki yang beriman :”Hendaklah mereka menundukkan pandangannya dan memelihara kemaluannya.” (QS. An Nuur [24] : 30 )

    Dalam lanjutan ayat ini, Allah juga berfirman,

    وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ

    “Katakanlah kepada wanita-wanita yang beriman : “Hendaklah mereka menundukkan pandangannya, dan kemaluannya” (QS. An Nuur [24] : 31)

    Keempat, tidak berdua-duaan

    Dari Ibnu Abbas, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

    لاَ يَخْلُوَنَّ رَجُلٌ بِامْرَأَةٍ إِلاَّ مَعَ ذِى مَحْرَمٍ

    “Janganlah seorang laki-laki berduaan dengan seorang wanita kecuali jika bersama mahromnya.” (HR. Bukhari, no. 5233)

    Kelima, menghindari bersentuhan dengan lawan jenis

    Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu , Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

    كُتِبَ عَلَى ابْنِ آدَمَ نَصِيبُهُ مِنَ الزِّنَى مُدْرِكٌ ذَلِكَ لاَ مَحَالَةَ فَالْعَيْنَانِ زِنَاهُمَا النَّظَرُ وَالأُذُنَانِ زِنَاهُمَا الاِسْتِمَاعُ وَاللِّسَانُ زِنَاهُ الْكَلاَمُ وَالْيَدُ زِنَاهَا الْبَطْشُ وَالرِّجْلُ زِنَاهَا الْخُطَا وَالْقَلْبُ يَهْوَى وَيَتَمَنَّى وَيُصَدِّقُ ذَلِكَ الْفَرْجُ وَيُكَذِّبُهُ

    “Setiap anak Adam telah ditakdirkan bagian untuk berzina dan ini suatu yang pasti terjadi, tidak bisa tidak. Zina kedua mata adalah dengan melihat. Zina kedua telinga dengan mendengar. Zina lisan adalah dengan berbicara. Zina tangan adalah dengan meraba (menyentuh). Zina kaki adalah dengan melangkah. Zina hati adalah dengan menginginkan dan berangan-angan. Lalu kemaluanlah yang nanti akan membenarkan atau mengingkari yang demikian.” (HR. Muslim no. 6925)

    Keenam, tidak melembutkan suara di hadapan lawan jenis

    Allah Ta’ala berfirman,

    يَا نِسَاءَ النَّبِيِّ لَسْتُنَّ كَأَحَدٍ مِنَ النِّسَاءِ إِنِ اتَّقَيْتُنَّ فَلا تَخْضَعْنَ بِالْقَوْلِ فَيَطْمَعَ الَّذِي فِي قَلْبِهِ مَرَضٌ وَقُلْنَ قَوْلا مَعْرُوفًا

    “Hai istri-istri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu melembutkan pembicaraan sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit (syahwat) dalam hatinya, dan ucapkanlah perkataan yang baik.” (QS. Al Ahzab: 32). Perintah ini berlaku bukan hanya untuk istri-istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, namun juga berlaku untuk wanita muslimah lainnya.

    Lalu bagaimana dengan adab chatting dengan lawan jenis? Hal ini dapat pula kita samakan dengan telepon, SMS, pertemanan di friendster dan pertemanan di facebook.

    Jawabnya adalah sama atau hampir sama dengan adab-adab di atas.

    Pertama, jauhilah segala sarana menuju zina melalui pandangan, sentuhan dan berdua-duaan dengan lawan jenis yang bukan mahrom.

    Kedua, tutuplah aurat di hadapan bukan mahrom.

    Sehingga seorang muslimah tidak menampakkan perhiasan yang sebenarnya hanya boleh ditampakkan di hadapan suami. Contoh yang tidak beradab seperti ini adalah berbusana tanpa jilbab atau bahkan dengan busana yang hakekatnya telanjang. Inilah yang banyak kita saksikan di beberapa foto profil di FB atau friendster. Semoga Allah memberi taufik dan hidayah kepada mereka.

    Ketiga, tundukkanlah pandangan.

    Bagaimana mungkin bisa saling menundukkan pandangan jika masing-masing orang memajang foto di hadapan lawan jenisnya? Wanita memamerkan fotonya di hadapan pria. Mungkinkah di sini bisa saling menundukkan pandangan? Oleh karena itu, alangkah baiknya jika foto profil kita bukanlah foto kita, namun dengan foto yang lain yang bukan gambar makhluk bernyawa. Tujuannya adalah agar foto wanita tidak membuat fitnah (godaan) bagi laki-laki, begitu pula sebaliknya. Di antara bentuk menundukkan pandangan adalah janganlah menggunakan webcamp selain dengan sesama jenis saja ketika ingin melakukan obrolan di dunia maya.

    Keempat, hati-hatilah dengan berdua-duaan bersama lawan jenis yang bukan mahrom.

    Jika seorang pria dan wanita melakukan pembicaraan via chatting, telepon atau sms –tanpa ada hajat (keperluan)-, itu sebenarnya adalah semi kholwat (semi berdua-duaan). Apalagi jika di dalamnya disertai dengan kata-kata mesra dan penuh godaan sehingga membangkitkan nafsu birahi. Dan jika memang ada pembicaraan yang dirasa perlu antara pria dan wanita yang bukan mahrom, maka itu hanya seperlunya saja dan sesuai kebutuhan. Jika tidak ada kebutuhan lagi, maka pembicaraan tersebut seharusnya dijauhi agar tidak terjadi sesuatu yang bisa menjurus pada yang haram.

    Kelima, janganlah melembutkan atau mendayu-dayukan suara atau kata-kata di hadapan lawan jenis.

    Penyimpangan dalam adab terakhir ini, kalau diterapkan dalam obrolan chatting adalah dengan kata-kata yang lembut atau mendayu-dayu dari wanita yang menimbulkan godaan pada pria. Contoh menggunakan kata-kata yang sebenarnya layak untuk suami istri seperti “sayang”, dsb.

    Jika setiap muslim mengindahkan adab-adab di atas, maka tentu saja dia tidak akan terjerumus dalam perbuatan dosa dan tidak akan mengalami hal yang serupa dengan kisah di atas dengan izin Allah.

    Kami ingatkan pula bahwa tulisan ini bukanlah hanya kami tujukan kepada kaum hawa saja, namun kami juga tujukan pada para pria agar mereka juga memperhatikan adab-adab di atas. Jadi janganlah tulisan ini dijadikan sebagai sarana untuk memojokkan wanita atau para istri, namun hendaklah dijadikan nasehat untuk bersama.

    Semoga Allah subhanahu wa ta’ala memberikan sifat ketakwaan, memberi kita petunjuk dan kecukupan. Semoga Allah melindungi dan menjaga keluarga kita dari hal-hal yang haram dan mendatangkan murka Allah. Semoga risalah ini dapat bermanfaat bagi kaum muslimin. Wa shallallahu wa sallamu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shahbihi ajma’in. Walhamdulillahir rabbil ‘alamin.

    ***

    Panggang, Gunung Kidul, 10 Sya’ban 1430 H

    Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal

    Artikel http://rumaysho.com