Category: Artikel

  • Pelajaran dari Tragedi Guyana 1978

    Amerika adalah sebuah negara adidaya yang mengklaim sebagai masyarakat modern yang berakal. Tapi keberakalan mereka pernah terkoyak sangat besar oleh tragedi yang menggemparkan rakyat Amerika, yaitu tragedi besar yang telah terjadi 31 tahun yang lalu. Kejadian yang menjadi headline surat kabar maupun stasiun televisi seluruh dunia bahkan sampai difilmkan. Tragedi Guyana yang terjadi tahun 1978, dimana 900 orang lebih melakukan bunuh diri masal dengan meminum racun yang mematikan dengan perintah seorang pemimpin mereka. Ada apa dengan ini semua, apa yang menggerakkan mereka untuk menghabisi nyawa mereka sendiri? Suatu contoh yang ekstrim dari ketaatan terhadap seseorang yang ditaati dan dikagumi tanpa menggunakan akal pikiran yang sehat.

    Allah Ta’ala berfirman, yang artinya, “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (Qs. Al Israa’: 36)

    Sedikit Kilas Balik dari Tragedi Guyana 1978

    Diawali dengan seorang pendeta kharismatik Jim Jones yang sangat memukau dalam berkhutbah dan mempunyai kemampuan menyembuhkan berbagai penyakit dari jamaah/pengikutnya yang kononnya dianggap mukjizat. Sehingga lama-kelamaan jumlah pengikutnya bertambah banyak dan mempunyai cabang-cabang komunitas di berbagai kota di Amerika Serikat. Pengikutnya menjadi pengikut yang militan, sangat percaya dan mengandalkan Jim Jones sebagai pemimpinnya yang menjanjikan surga dan akhirnya menganggapnya seperti Tuhan dan mengikuti semua perintah dan arahannya. Pengikutnya merasa akan mendapat kedamaian. Dan mereka tidak segan-segan menyumbangkan seluruh harta kekayaannya untuk komunitas ini di bawah kepemimpinan pendeta Jim Jones.

    Sampai suatu ketika karena adanya suatu masalah dengan politik dan pemerintahan Amerika, maka Jim Jones memutuskan untuk memindahkan lokasi komunitasnya yang disebut People Temple ke tempat lain. Akhirnya dipilihlah Guyana (negara di utara Brazil) sebagai lokasi untuk membangun area komunitasnya yang diberi nama People Temple Agricultural Project. Tempat yang sangat luas di tengah hutan sehingga terisolir dari dunia luar. Di situ dibangun semacam perkampungan, rumah-rumah (seperti rumah transmigrasi) dan berbagai sarana yang diperlukan.

    Setiap waktu Jim Jones mengumpulkan pengikutnya dengan suatu istilah White Night, dimana jika ada seruan tersebut, jam berapa saja, tidak peduli mereka sedang apa, pengikutnya patuh mendengar panggilan dan berkumpul di suatu tempat pertemuan yang telah dibangun khusus, untuk mendengarkan khutbah Jim Jones (yang isinya supaya tetap patuh dan taat dengannya dan diberi harapan untuk mendapatkan kedamaian dan surga). Demikian kehidupan mereka setiap hari dalam perkampungan tersebut.

    Perkampungan dan perkumpulan yang cukup besar ini cukup mengusik pemerintah Amerika, sehingga diutuslah seorang anggota kongres AS beserta beberapa wartawan meninjau perkampungan tersebut. Pada awalnya Jim Jones sangat keberatan dengan permintaan ini, tapi karena desakan dari berbagai pihak akhirnya dia mengizinkan. Sepanjang menunggu waktu kunjungan yang telah ditentukan tersebut, Jim Jones telah mempersiapkan segala sesuatu termasuk mengeset semua skenario jawaban dari pertanyaan yang mungkin akan diajukan kepada pengikut-pengikutnya. Jim Jones mengontrol semua jawaban dan pemikiran pengikutnya. Ternyata kedatangan anggota kongres ini dimanfaatkan oleh beberapa pengikutnya (yang merasa ada sesuatu yang tidak betul dalam komunitas ini tapi takut untuk mengemukakan, karena ternyata Jim Jones memiliki semacam tentara yang bersenjata) untuk menyampaikan pesan akan keinginan mereka keluar dari kamp ini. Awalnya Jim Jones sangat keberatan dengan perginya sebagian kecil (mungkin hanya sekitar 20 orang saja dari sekitar 1000) meninggalkan kamp ini, tapi karena desakan dari anggota kongres dan wartawan akhirnya dia mengizinkan. Ternyata Jim Jones sudah mempunyai rencana lain, yaitu membunuh pengunjung-pengunjung tersebut di lapangan terbang kecil setempat ketika mereka akan lepas landas meninggalkan Guyana. Terjadilah pembunuhan terhadap anggota kongres itu beserta beberapa wartawan dan beberapa pengikutnya yang dianggap berkhianat, meskipun beberapa orang bisa selamat dan menceritakan kisahnya pada media massa.

    Dengan kematian anggota kongres ini maka Jim Jones merasa ada ancaman besar terhadap kelangsungan hidupnya dan komunitasnya. Sehingga pada hari itu juga 18 November 1978, dia memberikan instruksi melalui pemancar radio kepada semua pengikutnya baik yang ada di perkampungan tersebut maupun diluar perkampungan itu untuk “mati/mengakhiri hidupnya”. Waktunya sudah sampai bahwa semua pengikutnya harus mati demi kehormatan untuk menyambut kedamaian dan surga, karena adanya ancaman yang dihasilkan dari peristiwa kunjungan dan kematian anggota-anggota kunjungan. Hal ini disampaikan dengan terus terang melalui pemancar radio.

    Maka dipersiapkanlah racun sianida dalam jumlah yang banyak, dicampur dengan air yang diberi aroma buah-buahan, dan memerintahkan semua pengikutnya tanpa kecuali untuk meminum racun tersebut satu persatu (termasuk yang membuat dan mempersiapkan racun tersebut), dimulai dari barisan anak-anak terlebih dahulu. Sehingga hari itu menjadi tragedi yang sangat besar dimana 909 orang termasuk di dalamnya sekitar 276 anak-anak (ditambah 4 pengikut yang berada di luar perkampungan tersebut, yang bunuh diri dengan menggorok leher secara bergantian dengan pisau) melakukan bunuh diri masal. Mereka sangat patuh walaupun diperintahkan untuk mati dengan minum racun. Pada hari itu perkampungan People Temple Agricultural Project menjadi lautan mayat yang bergelimpangan.

    Manusia Mudah Terpesona

    Dalam kejadian ini tampaklah bahwa manusia sangat mudah terpesona. Terpesona dengan kemampuan Jim Jones menyembuhkan, terpesona dengan khutbahnya yang membakar semangat, yang tampaknya indah, yang menjanjikan surga dan kedamaian. Sehingga pengikutnya bertambah banyak dengan kadar fanatik yang sangat besar, dan dipuncak kejayaannya, pengikutnya tunduk dengan semua apa yang ia katakan dan diperintahkan. Bahkan ketika dimintanya untuk mati pada hari itu, mereka dengan sukarela meminum racun untuk mendapatkan kedamaian.

    Saudaraku, betapa menakutkannya pengaruh orang tersebut sehingga sekian banyak orang tidak mau dan tidak mampu lagi menggunakan akalnya untuk memilah mana yang benar dan mana yang batil. Sehingga benarlah apa yang difirmankan Allah dalam Qs. Al Baqarah 204, yang artinya,

    “Dan di antara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu, dan dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya, padahal ia adalah penantang yang paling keras.”

    Dan apa yang mereka lakukan, kepatuhan yang luar biasa terhadap pemimpinnya, mereka rasakan sebagai perbuatan-perbuatan yang indah seperti dalam Qs. An Naml 24,

    “Aku mendapati dia dan kaumnya menyembah matahari, selain Allah; dan setan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka lalu menghalangi mereka dari jalan (Allah), sehingga mereka tidak dapat petunjuk.”

    Memilah-Milah Informasi yang Datang (Meskipun dari Kyai, Ustad, Orang Penting)

    Sehingga menjadi sangat penting bagi kita untuk memilih dan memilah semua ajaran dan informasi dari kyai atau ustadz kita, dan berusaha selalu mengecek dengan rujukan Al-Quran dan Sunah, bagaimanapun tinggi ilmu mereka sehingga kita terkagum-kagum tetapi tetaplah mereka adalah manusia-manusia biasa yang kadang bisa terpeleset sedikit. Dan kita harus selalu berdoa untuk selalu memohon petunjuk seperti dalam surat al-Fatihah yang selalu kita baca puluhan kali dalam sehari. Dan selalu waspada siapa tahu kita masih tersesat jalannya, karena yang pasti kita belum sampai pada tujuan, jadi kemungkinan tersesat masih ada.

    Kultus Individu

    Ketika pesona dan kekaguman kita akan seseorang yang luar biasa, mungkin bagi orang Kristen yang mengagungkan mukjizat akan mengidolakan orang yang bisa menyembuhkan seperti pendeta Jim Jones dalam peristiwa Guyana, dan bagi orang-orang “pesantren tertentu” akan mengidolakan seorang kyai ternama yang dianggap punya ilmu laduni, dan bagi penggemar sepak bola akan segera mengidolakan Maradona dan sebagainya. Dan kita yang mengagungkan ilmu akan mengidolakan ustadz atau syekh dan sebagainya. Memasang gambar-gambar mereka (padahal memasang gambar makhluk hidup di dalam rumah merupakan larangan dalam Islam) dan menamakan apapun yang kita sukai dengan nama-nama mereka bahkan nama anak-anak kita dengan nama pemain sepakbola, dan berbondong mengusap-usap kuburan para kyai dan wali untuk mencari berkah mereka. Dengan tanpa sadar kita telah menjadikan mereka ilah-ilah (sesembahan) selain Allah, menjadikan mereka berhala yang apabila mereka berkata maka kita akan menerima segala perkataan mereka tanpa mengecek dan merujuk lagi ke pedoman asas kita yaitu Al-Qur’an dan hadits.

    Hubungannya dengan Pencarian Tauhid

    Tauhid dalam Islam adalah yang murni dan paling kuat dalam argumen dan dalil, orang-orang kafir pun tidak akan berani mengusik ketauhidan dalam Islam. Dan kita harus menggunakan ilmu dan akal kita untuk mendapatkan informasi yang benar mengenai mana Tuhan yang pantas kita sembah. Sehingga ketika ada orang yang mengatakan bahwa Yesus adalah tuhan atau kita perlu wasilah dalam berdoa dan beribadah maka kita bisa bereaksi dengan benar dan menolaknya karena telah sampai kepada kita ilmu yang telah disampaikan oleh Nabi kita, tidak seperti para pengikut Jim Jones yang mengiyakan semua perkataan tanpa memikirkan kebenarannya. Perlunya ilmu dan menggunakan akal dalam memahami tauhid diperintahkan Allah dalam Al Qur’an surat Huud ayat 14,

    “Jika mereka yang kamu seru itu tidak menerima seruanmu (ajakanmu) itu maka ketahuilah, sesungguhnya Al Quran itu diturunkan dengan ilmu Allah, dan bahwasanya tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Dia, maka maukah kamu berserah diri (kepada Allah)?”

    Dan juga dalam surat Thaha ayat 88-89,

    “Kemudian Samiri mengeluarkan untuk mereka (dari lubang itu) anak lembu yang bertubuh dan bersuara, maka mereka berkata: ” Inilah Tuhanmu dan Tuhan Musa, tetapi Musa telah lupa.
    Maka apakah mereka tidak memperhatikan bahwa patung anak lembu itu tidak dapat memberi jawaban kepada mereka, dan tidak dapat memberi kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan?”

    Demikianlah umat Nabi Musa yang terpesona oleh kepandaian Samiri dalam berbicara, memutar balikkan fakta sehingga menuruti semua keinginannya serta mengenyampingkan akal pikiran dan hanya menuruti hawa nafsu sehingga menuhankan patung anak lembu tanpa memikirkan bahwa patung ini tidak memberikan manfaat dan madharat (bahaya) bahkan tidak bisa menjawab ketika ditanya.

    Begitu juga dengan perdebatan yang terkenal antara Nabi Ibrahim dan Namrudz raja Babilonia yang penuh dengan pemikiran dan penggunaan akal yang berakhir dengan terdiamnya orang kafir. Atau juga peristiwa penghancuran berhala yang disertai logika yang sangat kuat sehingga kembali Nabi Ibrahim membuat para orang kafir mati kutu tidak bisa membantah lagi.

    Meskipun begitu, akal semata tidak akan pernah bisa menemukan Allah tanpa ilmu dari Al-Qur’an dan sunnah yang berasal dari wahyu Allah, karena bagaimanapun kita tetap memerlukan petunjuk dari Allah. Seperti Jahm bin Shafyan (pendiri Jahmiyah) yang ditanya kaum zindiq tentang bukti keberadaan/wujud Allah, maka setelah berpikir keras tanpa landasan wahyu tapi dengan ra’yu (pikiran) semata dan menjawab dengan menyamakan sifat Allah dengan sifat ruh sehingga tersesat jauh dan menghilangkan sifat-sifat Allah.

    Berbeda dengan Imam Abu Hanifah yang juga ditanya dengan pertanyaan yang sama oleh kaum zindiq dan dijawab dengan jawaban cerdas berdasarkan ilmu yang benar. Beliau bercerita kepada mereka, “Bagaimana menurut kalian, jika ada sebuah kapal bermuatan penuh dengan barang-barang dan beban. Kapal terse­but mengarungi samudera. Gelombangnya kecil, anginnya tenang. Akan tetapi setelah kapal sampai di tengah samudra tiba-tiba terjadi badai besar. Anehnya kapal terus berlayar dengan tenang sehingga tiba di tujuan sesuai rencana tanpa goncangan dan berbelok arah, padahal tak ada nahkoda yang mengemudikan dan mengendalikan jalannya kapal. Masuk akal­kah cerita ini?”

    Mereka berkata, “Tidak mungkin. Itu adalah sesuatu yang tidak bisa diterima oleh akal, bahkan oleh khayal sekalipun, wahai Syeikh.” Lalu Abu Hanifah berkata, “Subhanallah, kalian mengingkari adanya kapal ­yang berlayar sendiri tanpa pengemudi, namun kalian mengakui bahwa alam semesta yang terdiri dari lautan yang membentang, langit yang penuh bintang dan benda-benda langit serta burung yang beterbangan tanpa adanya Pencipta yang sempurna penciptaan-Nya dan menga­turnya dengan cermat?! Celakalah kalian, lantas apa yang membuat kalian ingkar kepada Allah?”

    Meskipun ketauhidan Islam sangat kuat tapi Nabi Muhammad shallallahu ’alaihi wa sallam masih merasa begitu khawatir umatnya akan melanggar tauhid dengan kesyirikan.

    Dari Mahmud Ibnu Labid radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya hal yang paling aku takuti menimpamu ialah syirik kecil: yaitu riya.” (Riwayat Ahmad dengan sanad hasan)

    Begitu juga dalam hadits yang sangat terkenal tapi sering kita mengabaikannya.

    Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Kesyirikan itu lebih samar dari rayapan semut.” Abu Bakar terkejut dan bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Wahai Rasulullah bukankah kesyirikan itu adalah hanya beribadah kepada selain Allah atau menyeru kepada selain Allah?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Semoga ibumu kehilangan dirimu! Sungguh kesyirikan di antara kalian lebih samar dari rayapan semut.” (HR. Abu Ya’la dan Ibnul Mundzir).

    Bahkan Nabi Ibrahim masih takut akan kegagalan dalam bertauhid dalam doanya yang sangat dikenal dalam Qs. Ibrahim: 35,

    “Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata, “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala.”

    Nabi Ibrahim yang pemahaman tauhidnya jelas sangat tinggi jauh dari kita, tapi sayangnya kita sering menganggap kemungkinan kita terjerumus dalam kesyirikan adalah hal yang mustahil.

    Sedangkan kita yang mempunyai iman sangat lemah masih bisa menyombongkan diri bahwa kita tidak akan bakal gagal dalam bertauhid, dan menganggap kita sudah sangat memahami kalimat tauhid dengan mudah. Bahkan banyak orang yang menganggap memahami tauhid tidak perlu ilmu sedikitpun, sehingga tak perlulah kita berdoa seperti Nabi Ibrahim di atas. Karena menganggap berhala hanyalah patung-patung besar tak bergerak yang hanya disembah oleh orang yang sangat bodoh yang tidak mungkin dilakukan oleh orang berpendidikan seperti kita. Padahal penyembahan itu tidak hanya dengan membungkukkan badan atau bersujud.

    Kesimpulan

    Setan adalah musuh utama manusia, seperti dalam Qs Fathir:6,

    “Sesungguhnya setan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh(mu), karena sesungguhnya setan-setan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.”

    Setan diberi izin oleh Allah untuk mengganggu manusia melalui bisikannya. Dan perlu diperhatikan bahwa bisikan setan ini tidak langsung memerintahkan kita untuk menyembah berhala, patung atau menuhankan sesuatu, tapi bisikan setan itu sedikit demi sedikit, samar-samar, lama-lama membawa kita melenceng dari jalur petunjuk Allah (seperti memasang foto dan membuat patung untuk menghormati seseorang, mengingat ilmu dan jasanya). Dan kemudian pada akhirnya benar-benar keluar dari petunjuk Allah dengan menyekutukan Allah. Oleh karena itu kita harus selalu meminta perlindungan dan petunjuk Allah dalam kehidupan kita, jangan merasa aman kita sudah pada jalan yang benar karena syaitan selalu membisikkan sesuatu kepada kita dan perjalanan kita sebelum kita sampai di tujuan.

    Semoga kita menjadi hamba yang selalu meminta petunjuk dan perlindungan hanya kepada Allah semata dari godaan syaitan yang terkutuk dan selalu mengganggapnya sebagai musuh utama kita.

    Abu Naufal dan Ummu Naufal Erlina Sih Mahanani
    Kubang Kerian, Kota Bharu, Kelantan July 2009

    Referensi:
    Al Quran dan terjemahannya, Deparemen Agama RI
    Jonestone: Paradise lost, documentary film, History Channel, 2007
    Ustadz Badrussalam, Lc, MP3 Kajian “Laa Illahaillalah”.
    Abdul Hakim Amir Abdat – MP3 Kajian “Risalah Imam Ibnu Abi Hatim”.
    Ustadz Firanda, MP3 Kajian “Tauhid 3″

    ***

    sumber:

    Artikel muslimah.or.id

  • Wasiat-wasiat Generasi Salaf

    Allah Ta`ala berfirman dalam kitab-Nya:

    “Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga, di bawahnya banyak sungai mengalir; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.” (QS. At-taubah : 100)

    Dalam ayat di atas Allah Subhanahu wa Ta`ala memberi pujian kepada para sahabat dan orang-orang yang mengikuti mereka dalam kebaikan. Merekalah generasi terbaik yang dipilih oleh Allah sebagai pendamping nabi-Nya dalam mengemban risalah ilahi.

    Pujian Allah tersebut, sudah cukup sebagai bukti keutamaan atau kelebihan mereka. Merekalah generasi salaf yang disebut sebagai generasi Rabbani yang selalu mengikuti jejak langkah Rasulullah Shallallahu `alaihi wa sallam.

    Dengan menapak tilasi jejak merekalah, generasi akhir umat ini akan bisa meraih kembali masa keemasannya. Sebagaimana dikatakan oleh Imam Malik rahimahullah, Tidak akan baik generasi akhir umat ini kecuali dengan apa yang membuat generasi awalnya menjadi baik. Sungguh sebuah ucapan yang pantas ditulis dengan tinta emas. Jikalau umat ini mengambil generasi terbaik itu sebagai teladan dalam segala aspek kehidupan niscaya kebahagiaan akan menyongsong mereka.

    Dalam kesempatan kali ini, kami akan mengupas bagaimana para salaf menyucikan jiwa mereka, yang kami nukil dari petikan kata-kata mutiara dan hikmah yang sangat berguna bagi kita.

    Salaf dan Tazkiyatun Nufus

    Salah satu sisi ajaran agama yang tidak boleh terlupakan adalah tazkiyatun nufus (penyucian jiwa). Allah selalu menyebutan tazkiyatun nufus bersama dengan ilmu. Allah berfirman:

    “Sebagaimana Kami telah mengutus kepadamu Rasul di antara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al-Kitab dan Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui.” (QS. Al-Baqarah : 151)

    Artinya, ilmu itu bisa jadi bumerang bila tidak disertai dengan tazkiyatun nufus. Oleh sebab itu dapat kita temui dalam biografi ulama salaf tentang kezuhudan, keikhlasan, ketawadhu`an dan kebersihan jiwa mereka. Begitulah, mereka selalu saling mengingatkan tentang urgensi tazkiyatun nufus ini. Dari situ kita dapati ucapan-ucapan ulama salaf sangat menghunjam ke dalam hati dan penuh dengan hikmah. Hamdun bin Ahmad pernah ditanya: “Mengapa ucapan-ucapan para salaf lebih bermanfaat daripada ucapan-ucapan kita?” beliau menjawab: “Karena mereka berbicara untuk kemuliaan Islam, keselamatan jiwa dan mencari ridha Ar-Rahman, sementara kita berbicara untuk kemuliaan diri, mengejar dunia dan mencari ridha manusia!”

    Salaf dan Kegigihan Dalam Menuntut Ilmu

    Imam Adz-Dzahabi berkata: Ya`qub bin Ishaq Al-Harawi menceritakan dari Shalih bin Muhammad Al-Hafizh, bahwa ia mendengar Hisyam bin Ammar berkata:
    Saya datang menemui Imam Malik, lalu saya katakan kepadanya: “Sampaikanlah kepadaku beberapa hadits!”
    Beliau berkata: “Bacalah!”
    “Tidak, namun tuanlah yang membacakannya kepadaku!” jawabku.
    “Bacalah!” kata Imam Malik lagi. Namun aku terus menyanggah beliau.
    Akhirnya ia berkata: “Hai pelayan, kemarilah! Bawalah orang ini dan pukul dia lima belas kali!”
    Lalu pelayan itu membawaku dan memukulku lima belas cambukan. Kemudian ia membawaku kembali kepada beliau.
    Pelayan itu berkata: “Saya telah mencambuknya!” Maka aku berkata kepada beliau: “Mengapa tuan menzhalimi diriku? tuan telah mencambukku lima belas kali tanpa ada kesalahan yang kuperbuat? Akutidak sudi memaafkan tuan!”
    “Apa tebusannya?” tanya beliau. “Tebusannya adalah tuan harus membacakan untukku sebanyak lima belas hadits!” jawabku.
    Maka beliaupun membacakan lima belas hadits untukku. Lalu kukatakan kepada beliau: “Tuan boleh memukul saya lagi, asalkan tuan menambah hadits untukku!”
    Imam Malik hanya tertawa dan berkata: “Pergilah!”

    Salaf dan Keikhlasan

    Generasi salaf adalah generasi yang sangat menjaga aktifitas hati. Seorang lelaki pernah bertanya kepada Tamim Ad-Daari tentang shalat malam beliau. Dengan marah ia berkata: “Demi Allah satu rakaat yang kukerjakan di tengah malam secara tersembunyi, lebih kusukai daripada shalat semalam suntuk kemudian pagi harinya kuceritakan kepada orang-orang!”

    Ar-Rabi` bin Khaitsam berkata: “Seluruh perbuatan yang tidak diniatkan mencari ridha Allah, maka perbuatan itu akan rusak!”

    Mereka tahu bahwa hanya dengan keikhlasan, manusia akan mengikuti, mendengarkan dan mencintai mereka. Imam Mujahid pernah berkata: “Apabila seorang hamba menghadapkan hatinya kepada Allah, maka Allah akan menghadapkan hati manusia kepadanya.”

    Memang diakui, menjaga amalan hati sangat berat karena diri seakan-akan tidak mendapat bagian apapun darinya. Sahal bin Abdullah berkata: “Tidak ada satu
    perkara yang lebih berat atas jiwa daripada niat ikhlas, karena ia (seakan-akan -red.) tidak mendapat bagian apapun darinya.”

    Sehingga Abu Sulaiman Ad-darani berkata: “Beruntunglah bagi orang yang mengayunkan kaki selangkah, dia tidak mengharapkan kecuali mengharap ridha Allah!”

    Mereka juga sangat menjauhkan diri dari sifat-sifat yang dapat merusak keikhlasan, seperti gila popularitas, gila kedudukan, suka dipuji dan diangkat-angkat.

    Ayyub As-Sikhtiyaani berkata: “Seorang hamba tidak dikatakan berlaku jujur jika ia masih suka popularitas. Yahya bin Muadz berkata: Tidak akan beruntung orang yang memiliki sifat gila kedudukan.” Abu Utsman Sa`id bin Al-Haddad berkata: “Tidak ada perkara yang memalingkan seseorang dari Allah melebihi gila pujian dan gila sanjungan.”

    Oleh karena itulah ulama salaf sangat mewasiatkan keikhlasan niat kepada murid-muridnya. Ar-Rabi` bin Shabih menuturkan: “Suatu ketika, kami hadir dalam majelis Al-Hasan Al-Bashri, kala itu beliau tengah memberi wejangan. Tiba-tiba salah seorang hadirin menangis tersedu-sedu. Al-Hasan berkata kepadanya: “Demi Allah, pada Hari Kiamat Allah akan menanyakan apa tujuan anda menangis pada saat ini!””.

    Salaf dan Taubat

    Setiap Bani Adam pasti bersalah, dan sebaik-baik orang yang bersalah adalah yang segera bertaubat kepada Allah. Demikianlah yang disebutkan Rasulullah shalallahu’alaihi wassallam dalam sebuah hadits shahih. Generasi salaf adalah orang yang terdepan dalam masalah ini!

    `Aisyah berkata: “Beruntunglah bagi orang yang buku catatan amalnya banyak diisi dengan istighfar.”

    Al-Hasan Al-Bashri pernah berpesan: “Perbanyaklah istighfar di rumah kalian, di depan hidangan kalian, di jalan, di pasar dan dalam majelis-majelis kalian dan dimana saja kalian berada! Karena kalian tidak tahu kapan turunnya ampunan!”

    Tangis Generasi Salaf

    Generasi salaf adalah generasi yang memiliki hati yang amat lembut. Sehingga hati mereka mudah tergugah dan menangis karena takut kepada Allah Subhanahu wa Ta`ala. Terlebih tatkala membaca ayat-ayat suci Al-Qur`an.

    Ketika membaca firman Allah: “Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu” (QS. Al-Ahzab : 33) `Aisyah menangis tersedu-sedu hingga basahlah pakaiannya.

    Demikian pula Ibnu Umar , ketika membaca ayat yang artinya: “Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka).” (QS. Al-Hadid :16) Beliau menangis hingga tiada kuasa menahan tangisnya.

    Ketika beliau membaca surat Al-Muthaffifin setelah sampai pada ayat yang artinya: “Pada suatu hari yang besar, (yaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadap Rabb semesta alam.” (QS. Al-Muthaffifiin : 5-6) Beliau menangis dan bertambah keras tangis beliau sehingga tidak mampu meneruskan bacaannya.

    Salaf dan Tawadhu`

    Pernah disebut-sebut tentang tawadhu` di hadapan Al-Hasan Al-Bashri, namun beliau diam saja. Ketika orang-orang mendesaknya berbicara ia berkata kepada mereka: “Saya lihat kalian banyak bercerita tentang tawadhu`!” Mereka berkata: “Apa itu tawadhu` wahai Abu Sa`id?” Beliau menjawab: “Yaitu setiap kali ia keluar rumah dan bertemu seorang muslim ia selalu menyangka bahwa orang itu lebih baik daripada dirinya.”

    Ibnul Mubarak pernah ditanya tentang sebuah masalah di hadapan Sufyan bin Uyainah, ia berkata: “Kami dilarang berbicara di hadapan orang-orang yang lebih senior dari kami.”

    Al-Fudhail bin Iyadh pernah ditanya: “Apa itu tawadhu`?” Ia menjawab: “Yaitu engkau tunduk kepada kebenaran!”

    Mutharrif bin Abdillah berkata: “Tidak ada seorangpun yang memujiku kecuali diriku merasa semakin kecil.”

    Salaf dan Sifat Santun

    Pada suatu malam yang gelap Umar bin Abdul Aziz memasuki masjid. Ia melewati seorang lelaki yang tengah tidur nyenyak. Lelaki itu terbangun dan berkata: “Apakah engkau gila!” Umar menjawab: “Tidak”, Namun para pengawal berusaha meringkus lelaki itu. Namun Umar bin Abdul Aziz mencegah mereka seraya berkata: “Dia hanya bertanya: Apakah engkau gila! dan saya jawab: Tidak.”

    Seorang lelaki melapor kepada Wahab bin Munabbih: “Sesungguhnya Fulan telah mencaci engkau!” Ia menjawab: “Kelihatannya setan tidak menemukan kurir selain engkau!”

    Salaf dan Sifat Zuhud

    Yusuf bin Asbath pernah mendengar Sufyan Ats-Tsauri berkata: “Aku tidak pernah melihat kezuhudan yang lebih sulit daripada kezuhudan terhadap kekuasaan. Kita banyak menemui orang-orang yang zuhud dalam masalah makanan, minuman, harta dan pakaian. Namun ketika diberikan kekuasaan kepadanya maka iapun akan mempertahankan dan berani bermusuhan demi membelanya.”

    Imam Ahmad pernah ditanya tentang seorang lelaki yang memiliki seribu dinar apakah termasuk zuhud? Beliau menjawab: “Bisa saja, asalkan ia tidak terlalu gembira bila bertambah dan tidak terlalu bersedih jika berkurang.”

    Demikianlah beberapa petikan mutiara salaf yang insya Allah berguna bagi kita dalam menuju proses penyucian jiwa. Semoga Allah senantiasa memberi kita kekuatan dalam meniti jejak generasi salaf dalam setiap aspek kehidupan.

    ____
    (oleh Ust. Abu Ihsan Al Atsari, ditulis ulang dari Majalah As Sunnah Edisi 04/VI/1423H)

    sumber: http://www.facebook.com/#!/notes/biografi-ulama/wasiat-wasiat-generasi-salaf/10150092391715602

  • Status facebook kamu, harga diri kamu

    fb
    Ketika perpecahan keluarga menjadi tontonan yang ditunggu dalam sebuah episode infotainment setiap hari.

    Ketika aib seseorang ditunggu-tunggu ribuan mata bahkan jutaan dalam berita-berita media massa.

    Ketika seorang celebritis dengan bangga menjadikan kehamilannya di luar pernikahan yang sah sebagai ajang sensasei yang ditunggu-tunggu …’siapa calon bapak si jabang bayi?’

    Ada khabar yang lebih menghebohkan, lagi-lagi seorang celebrities yang belum resmi berpisah dengan suaminya, tanpa rasa malu berlibur, berjalan bersama pria lain, dan dengan mudahnya mengolok-olok suaminya.

    Wuiih……mungkin kita bisa berkata ya wajarlah artis, kehidupannya ya seperti itu, penuh sensasi.Kalau perlu dari mulai bangun tidur sampai tidur lagi, aktivitasnya diberitakan dan dinikmati oleh publik.

    Wuiiih……ternyata sekarang bukan hanya artis yang bisa seperti itu, sadar atau tidak, ribuan orang sekarang sedang menikmati aktivitasnya apapun diketahui orang, dikomentarin orang bahkan mohon maaf ….’dilecehkan’ orang, dan herannya perasaan yang didapat adalah kesenangan.

    Fenomena itu bernama facebook, setiap saat para facebooker meng update statusnya agar bisa dinikmati dan dikomentarin lainnya. Lupa atau sengaja hal-hal yang semestinya menjadi konsumsi internal keluarga, menjadi kebanggaan di statusnya. Lihat saja beberapa status facebook :

    Seorang wanita menuliskan “Hujan-hujan malam-malam sendirian, enaknya ngapain ya…..?”——kemudian puluhan komen bermunculan dari lelaki dan perempuan, bahkan seorang lelaki temannya menuliskan “mau ditemanin? Dijamin puas deh…”

    Seorang wanita lainnya menuliskan “ Bangun tidur, badan sakit semua, biasa….habis malam jumat ya begini…:” kemudian komen2 nakal bermunculan…

    Ada yang menulis “ bete nih di rumah terus, mana misua jauh lagi….”, —-kemudian komen2 pelecehan bermunculan.

    Ada pula yang komen di wall temannya “ eeeh ini si anu ya …., yang dulu dekat dengan si itu khan? Aduuh dicariin tuh sama si itu….” —-lupa klu si anu sudah punya suami dan anak-anak yang manis.

    Yang laki-laki tidak kalah hebat menulis statusnya “habis minum jamu nih…., ada yang mau menerima tantangan ?’—-langsung berpuluh2 komen datang.

    Ada yang hanya menuliskan, “lagi bokek, kagak punya duit…”

    Ada juga yang nulis “ mau tidur nih, panas banget…bakal tidur pake dalaman lagi nih” .

    Dan ribuan status-status yang numpang beken dan pengin ada komen-komen dari lainnya.

    Dan itu sadar atau tidak sadar dinikmati oleh indera kita, mata kita, telinga kita, bahkan pikiran kita.

    Ada yang lebih kejam dari sekedar status facebook, dan herannya seakan hilang rasa empati dan sensitifitas dari tiap diri terhadap hal-hal yang semestinya di tutup dan tidak perlu di tampilkan.

    Seorang wanita dengan nada guyon mengomentarin foto yang baru sj di upload di albumnya, foto-foto saat SMA dulu setelah berolah raga memakai kaos dan celana pendek…..padahal sebagian besar yg didalam foto tersebut sudah berjilbab

    Ada seorang karyawati mengupload foto temannya yang sekarang sudah berubah dari kehidupan jahiliyah menjadi kehidupan islami, foto saat dulu jahiliyah bersama teman2 prianya bergandengan dengan ceria….

    Ada pula seorang pria meng upload foto seorang wanita mantan kekasihnya dulu yang sedang dalam kondisi sangat seronok padahal kini sang wanita telah berkeluarga dan hidup dengan tenang.

    Rasanya hilang apa yang diajarkan seseorang yang sangat dicintai Allah…., yaitu Muhammad shalallahu alaihi wa sallam, Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam kepada umatnya. Seseorang yang sangat menjaga kemuliaan dirinya dan keluarganya. Ingatkah ketika Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam bertanya pada Aisyah radhiallahu ‘anha

    “ Wahai Aisyah apa yang dapat saya makan pagi ini?” maka Istri tercinta, sang humairah, sang pipi merah Aisyah radhiallahu ‘anha menjawab “ Rasul, kekasih hatiku, sesungguhnya tidak ada yang dapat kita makan pagi ini”. Rasul shalallahu alaihi wa sallam dengan senyum teduhnya berkata “baiklah Aisyah, aku berpuasa hari ini”. Tidak perlu orang tahu bahwa tidak ada makanan di rumah rasulullah….

    Ingatlah Abdurahman bin Auf radhiallahu ‘anhu mengikuti Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam berhijrah dari mekah ke madinah, ketika saudaranya menawarkannya sebagian hartanya, dan sebagian rumahnya,

    maka abdurahman bin auf radhiallahu ‘anhu mengatakan, tunjukan saja saya pasar. Kekurangannya tidak membuat beliau kehilangan kemuliaan hidupnya. Bahwasanya kehormatan menjadi salah satu indikator keimanan seseorang, sebagaimana Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam, bersabda, “Malu itu sebahagian dari iman”. (Bukhari dan Muslim).

    Dan fenomena di atas menjadi Tanda Besar buat kita umat Islam, hegemoni ‘kesenangan semu’ dan dibungkus dengan ‘persahabatan fatamorgana’ ditampilkan dengan mudahnya celoteh dan status dalam facebook yang melindas semua tata krama tentang Malu, tentang menjaga Kehormatan Diri dan keluarga.

    Dan Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam menegaskan dengan sindiran keras kepada kita

    “Apabila kamu tidak malu maka perbuatlah apa yang kamu mau.” (Bukhari).

    Arogansi kesenangan semakin menjadi-jadi dengan tanpa merasa bersalah mengungkit kembali aib-aib masa lalu melalui foto-foto yang tidak bermartabat yang semestinya dibuang saja atau disimpan rapat.

    Bagi mereka para wanita yang menemukan jati dirinya, dibukakan cahayanya oleh Allah sehingga saat di masa lalu jauh dari Allah kemudian ter inqilabiyah – tershibghoh, tercelup dan terwarnai cahaya ilahiyah, hatinya teriris melihat masa lalunya dibuka dengan penuh senyuman, oleh orang yang mengaku sebagai teman, sebagai sahabat.

    Maka jagalah kehormatan diri, jangan tampakkan lagi aib-aib masa lalu, mudah-mudahan Allah menjaga aib-aib kita.

    Maka jagalah kehormatan diri kita, simpan rapat keluh kesah kita, simpan rapat aib-aib diri, jangan bebaskan ‘kesenangan’, ‘gurauan’ membuat Iffah kita luntur tak berbekas.

    catatan
    ***”Iffah (bisa berarti martabat/kehormatan) adalah bahasa yang lebih akrab untuk menyatakan upaya penjagaan diri ini. Iffah sendiri memiliki makna usaha memelihara dan menjauhkan diri dari hal-hal yang tidak halal, makruh dan tercela.”

    Sumber : FTJAI

    Judul Asli : Ketika Iffah mulai luntur (dibalik fenomena facebook)
    ————————–

    ——————————————————————-

    Beberapa orang sering dgn mudahnya meng-up date status mereka dgn kata-kata yg tidak jelas” entah apa tujuannya selain untuk numpang beken, cari perhatian dan pengin ada komen-komen dari lainnya”.
    > Dingin . . .
    > B.E.T.E. . . .
    > Capek
    > Puanass buaget neh !
    > Arghhh .. . !!!!
    > Gile tuh org !
    > . . .
    > Aku masih menanti . . .
    etc….

    ***************************************************************
    Mohon kiranya untuk men-tag ataupun men-sharing artikel ini dengan orang yang Anda kasihi demi kebaikan kita bersama.
    Jazakallah khair

    PS: Ikuti Quis Seputar Islam di FB

  • Kenikmatan memandang Wajah-Nya di Syurga

    Dari Shuhaib radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila penduduk surga telah masuk surga.” Nabi berkata, “Maka Allah tabaraka wa ta’ala berfirman, ‘Apakah kalian menginginkan sesuatu tambahan dari-Ku?’. Mereka menjawab, ‘Bukankah Engkau telah memutihkan wajah-wajah kami? Bukankah Engkau telah memasukkan kami ke dalam surga dan menyelamatkan kami dari neraka?’.” Nabi berkata, “Maka Allah pun menyingkapkan hijab -yang menutupi wajah-Nya-. Dan tidaklah ada kenikmatan yang diberikan kepada mereka yang lebih mereka sukai daripada memandang Rabb mereka ‘azza wa jalla.” (HR. Muslim, lihat Syarh Muslim [2/297])

    Hadits yang mulia ini memberikan pelajaran, di antaranya:

    1. Wajib mengimani adanya surga dan kenikmatan yang ada di dalamnya serta mengimani adanya neraka dan kesengsaraan yang ada di dalamnya

    2. Surga adalah negeri yang penuh dengan kenikmatan, sedangkan Neraka adalah negeri yang penuh kesengsaraan

    3. Penetapan bahwa Allah berkata-kata

    4. Kenikmatan paling agung adalah memandang wajah Allah ta’ala. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Ketika hari itu wajah-wajah berseri, mereka memandang kepada Rabb mereka.” (QS. al-Qiyamah: 22-23). Abu Shalih meriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiyallahu’anhuma, beliau menafsirkan ayat ini, “Yaitu melihat wajah Rabb mereka ‘azza wa jalla.” (lihat Syarh Aqidah ath-Thahawiyah, hal. 190). Allah ta’ala juga berfirman (yang artinya), “Bagi mereka -penduduk surga- apa saja yang mereka inginkan di dalamnya -di surga- dan di sisi Kami masih ada tambahan -nikmat-.” (QS. Qaaf: 35). ath-Thabari meriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib dan Anas bin Malik radhiyallahu’anhuma, mereka mengatakan, “Maksudnya -tambahan nikmat- adalah memandang wajah Allah ‘azza wa jalla.” (lihat Syarh Aqidah ath-Thahawiyah, hal. 190). Inilah yang dipahami oleh para sahabat, di antaranya: Abu Bakar, Hudzaifah, dan Abu Musa al-Asy’ari radhiyallahu’anhum, sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Ibnu Jarir ath-Thabari rahimahullah (lihat Syarh Aqidah ath-Thahawiyah, hal. 191). Maka senikmat-nikmat apapun pemandangan di dunia, maka melihat wajah Allah di akherat kelak jauh lebih nikmat di atas segala-galanya, semoga Allah menganugerahkan nikmat itu kepada kita…

    5. Orang-orang beriman akan merasakan kenikmatan memandang wajah Allah di akherat kelak. Hadits-hadits yang menunjukkan bahwa orang-orang beriman akan melihat Allah di akherat adalah hadits-hadits yang mutawatir. Ada sekitar tiga puluh orang sahabat yang meriwayatkan hal ini (lihat Syarh Aqidah ath-Thahawiyah, hal. 193-194).

    6. Mengimani adanya hari kebangkitan setelah kematian

    7. Mengimani perkara gaib sebagaimana yang diberitakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam

    8. Mengimani adanya pembalasan amal

    9. Targhib (motivasi) agar orang taat kepada Allah dan Rasul-Nya serta tarhib (ancaman) agar orang-orang tidak durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya. Karena orang yang taat akan masuk surga, sedangkan orang yang durhaka akan masuk neraka.

    10. Di surga manusia memiliki rasa cinta (mahabbah)

    11. Kenikmatan di surga itu bertingkat-tingkat

    12. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyampaikan wahyu dari Allah, maka kita wajib membenarkannya dan tidak boleh mendustakan atau meragukannya

    13. Semestinya manusia itu berpikir ke depan, bagaimanakah nasibnya kelak di akherat. Apakah dia ingin termasuk penghuni neraka atau penduduk surga? Sehingga dia akan memanfaatkan waktunya di dunia ini sebaik-baiknya demi menggapai kebahagiaan yang sebenarnya

    14. Kenikmatan dunia ini tidak ada apa-apanya apabila dibandingkan dengan akherat

    15. Bodoh sekali orang yang menjual agamanya demi mendapatkan kesenangan dunia yang fana

    oleh Ust. Abu Mushlih Ari Wahyudi

  • 6 Kerusakan Hari Valentine

    valentine

    Alhamdulillahilladzi hamdan katsiron thoyyiban mubarokan fih kama yuhibbu robbuna wa yardho. Allahumma sholli ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shohbihi wa sallam.

    Banyak kalangan pasti sudah mengenal hari valentine (bahasa Inggris: Valentine’s Day). Hari tersebut dirayakan sebagai suatu perwujudan cinta kasih seseorang. Perwujudan yang bukan hanya untuk sepasang muda-mudi yang sedang jatuh cinta. Namun, hari tersebut memiliki makna yang lebih luas lagi. Di antaranya kasih sayang antara sesama, pasangan suami-istri, orang tua-anak, kakak-adik dan lainnya. Sehingga valentine’s day biasa disebut pula dengan hari kasih sayang.
    Cikal Bakal Hari Valentine

    Sebenarnya ada banyak versi yang tersebar berkenaan dengan asal-usul Valentine’s Day. Namun, pada umumnya kebanyakan orang mengetahui tentang peristiwa sejarah yang dimulai ketika dahulu kala bangsa Romawi memperingati suatu hari besar setiap tanggal 15 Februari yang dinamakan Lupercalia. Perayaan Lupercalia adalah rangkaian upacara pensucian di masa Romawi Kuno (13-18 Februari). Dua hari pertama, dipersembahkan untuk dewi cinta (queen of feverish love) Juno Februata. Pada hari ini, para pemuda mengundi nama–nama gadis di dalam kotak. Lalu setiap pemuda mengambil nama secara acak dan gadis yang namanya keluar harus menjadi pasangannya selama setahun untuk senang-senang dan dijadikan obyek hiburan. Pada 15 Februari, mereka meminta perlindungan dewa Lupercalia dari gangguan srigala. Selama upacara ini, kaum muda melecut orang dengan kulit binatang dan wanita berebut untuk dilecut karena anggapan lecutan itu akan membuat mereka menjadi lebih subur.

    Ketika agama Kristen Katolik menjadi agama negara di Roma, penguasa Romawi dan para tokoh agama katolik Roma mengadopsi upacara ini dan mewarnainya dengan nuansa Kristiani, antara lain mengganti nama-nama gadis dengan nama-nama Paus atau Pastor. Di antara pendukungnya adalah Kaisar Konstantine dan Paus Gregory I (The Encyclopedia Britannica, sub judul: Christianity). Agar lebih mendekatkan lagi pada ajaran Kristen, pada 496 M Paus Gelasius I menjadikan upacara Romawi Kuno ini menjadi Hari Perayaan Gereja dengan nama Saint Valentine’s Day untuk menghormati St. Valentine yang kebetulan mati pada 14 Februari (The World Book Encyclopedia 1998).

    Kaitan Hari Kasih Sayang dengan Valentine

    The Catholic Encyclopedia Vol. XV sub judul St. Valentine menuliskan ada 3 nama Valentine yang mati pada 14 Februari, seorang di antaranya dilukiskan sebagai yang mati pada masa Romawi. Namun demikian tidak pernah ada penjelasan siapa “St. Valentine” yang dimaksud, juga dengan kisahnya yang tidak pernah diketahui ujung-pangkalnya karena tiap sumber mengisahkan cerita yang berbeda.

    Menurut versi pertama, Kaisar Claudius II memerintahkan menangkap dan memenjarakan St. Valentine karena menyatakan Tuhannya adalah Isa Al-Masih dan menolak menyembah tuhan-tuhan orang Romawi. Orang-orang yang mendambakan doa St.Valentine lalu menulis surat dan menaruhnya di terali penjaranya.

    Versi kedua menceritakan bahwa Kaisar Claudius II menganggap tentara muda bujangan lebih tabah dan kuat dalam medan peperangan daripada orang yang menikah. Kaisar lalu melarang para pemuda untuk menikah, namun St.Valentine melanggarnya dan diam-diam menikahkan banyak pemuda sehingga iapun ditangkap dan dihukum gantung pada 14 Februari 269 M (The World Book Encyclopedia, 1998).

    Versi lainnya menceritakan bahwa sore hari sebelum Santo Valentinus akan gugur sebagai martir (mati sebagai pahlawan karena memperjuangkan kepercayaan), ia menulis sebuah pernyataan cinta kecil yang diberikannya kepada sipir penjaranya yang tertulis “Dari Valentinusmu”. (Sumber pembahasan di atas: http://id.wikipedia.org/ dan lain-lain)

    Dari penjelasan di atas dapat kita tarik kesimpulan:

    1. Valentine’s Day berasal dari upacara keagamaan Romawi Kuno yang penuh dengan paganisme dan kesyirikan.
    2. Upacara Romawi Kuno di atas akhirnya dirubah menjadi hari perayaan gereja dengan nama Saint Valentine’s Day atas inisiatif Paus Gelasius I. Jadi acara valentine menjadi ritual agama Nashrani yang dirubah peringatannya menjadi tanggal 14 Februari, bertepatan dengan matinya St. Valentine.
    3. Hari valentine juga adalah hari penghormatan kepada tokoh nashrani yang dianggap sebagai pejuang dan pembela cinta.
    4. Pada perkembangannya di zaman modern saat ini, perayaan valentine disamarkan dengan dihiasi nama “hari kasih sayang”.

    Sungguh ironis memang kondisi umat Islam saat ini. Sebagian orang mungkin sudah mengetahui kenyataan sejarah di atas. Seolah-olah mereka menutup mata dan menyatakan boleh-boleh saja merayakan hari valentine yang cikal bakal sebenarnya adalah ritual paganisme. Sudah sepatutnya kaum muslimin berpikir, tidak sepantasnya mereka merayakan hari tersebut setelah jelas-jelas nyata bahwa ritual valentine adalah ritual non muslim bahkan bermula dari ritual paganisme.

    Selanjutnya kita akan melihat berbagai kerusakan yang ada di hari Valentine.

    Kerusakan Pertama: Merayakan Valentine Berarti Meniru-niru Orang Kafir

    Agama Islam telah melarang kita meniru-niru orang kafir (baca: tasyabbuh). Larangan ini terdapat dalam berbagai ayat, juga dapat ditemukan dalam beberapa sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan hal ini juga merupakan kesepakatan para ulama (baca: ijma’). Inilah yang disebutkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam kitab beliau Iqtidho’ Ash Shiroth Al Mustaqim (Ta’liq: Dr. Nashir bin ‘Abdil Karim Al ‘Aql, terbitan Wizarotusy Syu’un Al Islamiyah).

    Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan agar kita menyelisihi orang Yahudi dan Nashrani. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

    إِنَّ الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى لاَ يَصْبُغُونَ ، فَخَالِفُوهُمْ

    “Sesungguhnya orang Yahudi dan Nashrani tidak mau merubah uban, maka selisihlah mereka.” (HR. Bukhari no. 3462 dan Muslim no. 2103) Hadits ini menunjukkan kepada kita agar menyelisihi orang Yahudi dan Nashrani secara umum dan di antara bentuk menyelisihi mereka adalah dalam masalah uban. (Iqtidho’, 1/185)

    Dalam hadits lain, Rasulullah menjelaskan secara umum supaya kita tidak meniru-niru orang kafir. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

    مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ

    “Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud. Syaikhul Islam dalam Iqtidho’ [hal. 1/269] mengatakan bahwa sanad hadits ini jayid/bagus. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shohih sebagaiman dalam Irwa’ul Gholil no. 1269). Telah jelas di muka bahwa hari Valentine adalah perayaan paganisme, lalu diadopsi menjadi ritual agama Nashrani. Merayakannya berarti telah meniru-niru mereka.

    Kerusakan Kedua: Menghadiri Perayaan Orang Kafir Bukan Ciri Orang Beriman

    Allah Ta’ala sendiri telah mencirikan sifat orang-orang beriman. Mereka adalah orang-orang yang tidak menghadiri ritual atau perayaan orang-orang musyrik dan ini berarti tidak boleh umat Islam merayakan perayaan agama lain semacam valentine. Semoga ayat berikut bisa menjadi renungan bagi kita semua.

    Allah Ta’ala berfirman,

    وَالَّذِينَ لَا يَشْهَدُونَ الزُّورَ وَإِذَا مَرُّوا بِاللَّغْوِ مَرُّوا كِرَامًا

    “Dan orang-orang yang tidak menyaksikan perbuatan zur, dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya.” (QS. Al Furqon [25]: 72)

    Ibnul Jauziy dalam Zaadul Masir mengatakan bahwa ada 8 pendapat mengenai makna kalimat “tidak menyaksikan perbuatan zur”, pendapat yang ada ini tidaklah saling bertentangan karena pendapat-pendapat tersebut hanya menyampaikan macam-macam perbuatan zur. Di antara pendapat yang ada mengatakan bahwa “tidak menyaksikan perbuatan zur” adalah tidak menghadiri perayaan orang musyrik. Inilah yang dikatakan oleh Ar Robi’ bin Anas.

    Jadi, ayat di atas adalah pujian untuk orang yang tidak menghadiri perayaan orang musyrik. Jika tidak menghadiri perayaan tersebut adalah suatu hal yang terpuji, maka ini berarti melakukan perayaan tersebut adalah perbuatan yang sangat tercela dan termasuk ‘aib (Lihat Iqtidho’, 1/483). Jadi, merayakan Valentine’s Day bukanlah ciri orang beriman karena jelas-jelas hari tersebut bukanlah hari raya umat Islam.

    Kerusakan Ketiga: Mengagungkan Sang Pejuang Cinta Akan Berkumpul Bersamanya di Hari Kiamat Nanti

    Jika orang mencintai Allah dan Rasul-Nya, maka dia akan mendapatkan keutamaan berikut ini.

    Dari Anas bin Malik, beliau mengatakan bahwa seseorang bertanya pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

    مَتَّى السَّاعَةُ يَا رَسُولَ اللَّهِ

    “Kapan terjadi hari kiamat, wahai Rasulullah?”

    Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata,

    مَا أَعْدَدْتَ لَهَا

    “Apa yang telah engkau persiapkan untuk menghadapinya?”

    Orang tersebut menjawab,

    مَا أَعْدَدْتُ لَهَا مِنْ كَثِيرِ صَلاَةٍ وَلاَ صَوْمٍ وَلاَ صَدَقَةٍ ، وَلَكِنِّى أُحِبُّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ

    “Aku tidaklah mempersiapkan untuk menghadapi hari tersebut dengan banyak shalat, banyak puasa dan banyak sedekah. Tetapi yang aku persiapkan adalah cinta Allah dan Rasul-Nya.”

    Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata,

    أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ

    “(Kalau begitu) engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai.” (HR. Bukhari dan Muslim)

    Dalam riwayat lain di Shohih Bukhari, Anas mengatakan,

    فَمَا فَرِحْنَا بِشَىْءٍ فَرَحَنَا بِقَوْلِ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – « أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ » . قَالَ أَنَسٌ فَأَنَا أُحِبُّ النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – وَأَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ ، وَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ مَعَهُمْ بِحُبِّى إِيَّاهُمْ ، وَإِنْ لَمْ أَعْمَلْ بِمِثْلِ أَعْمَالِهِمْ

    “Kami tidaklah pernah merasa gembira sebagaimana rasa gembira kami ketika mendengar sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: Anta ma’a man ahbabta (Engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai).”

    Anas pun mengatakan,

    فَأَنَا أُحِبُّ النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – وَأَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ ، وَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ مَعَهُمْ بِحُبِّى إِيَّاهُمْ ، وَإِنْ لَمْ أَعْمَلْ بِمِثْلِ أَعْمَالِهِمْ

    “Kalau begitu aku mencintai Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu Bakar, dan ‘Umar. Aku berharap bisa bersama dengan mereka karena kecintaanku pada mereka, walaupun aku tidak bisa beramal seperti amalan mereka.”

    Bandingkan, bagaimana jika yang dicintai dan diagungkan adalah seorang tokoh Nashrani yang dianggap sebagai pembela dan pejuang cinta di saat raja melarang menikahkan para pemuda. Valentine-lah sebagai pahlawan dan pejuang ketika itu. Lihatlah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas: “Kalau begitu engkau bersama dengan orang yang engkau cintai”. Jika Anda seorang muslim, manakah yang Anda pilih, dikumpulkan bersama orang-orang sholeh ataukah bersama tokoh Nashrani yang jelas-jelas kafir?

    Siapa yang mau dikumpulkan di hari kiamat bersama dengan orang-orang kafir[?] Semoga menjadi bahan renungan bagi Anda, wahai para pengagum Valentine!

    Kerusakan Keempat: Ucapan Selamat Berakibat Terjerumus Dalam Kesyirikan dan Maksiat

    “Valentine” sebenarnya berasal dari bahasa Latin yang berarti: “Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuat dan Yang Maha Kuasa”. Kata ini ditujukan kepada Nimrod dan Lupercus, tuhan orang Romawi. (Dari berbagai sumber)

    Oleh karena itu disadari atau tidak, jika kita meminta orang menjadi “To be my valentine (Jadilah valentineku)”, berarti sama dengan kita meminta orang menjadi “Sang Maha Kuasa”. Jelas perbuatan ini merupakan kesyirikan yang besar, menyamakan makhluk dengan Sang Khalik, menghidupkan budaya pemujaan kepada berhala.

    Kami pun telah kemukakan di awal bahwa hari valentine jelas-jelas adalah perayaan nashrani, bahkan semula adalah ritual paganisme. Oleh karena itu, mengucapkan selamat hari kasih sayang atau ucapan selamat dalam hari raya orang kafir lainnya adalah sesuatu yang diharamkan berdasarkan kesepakatan para ulama (baca: ijma’ kaum muslimin), sebagaimana hal ini dikemukakan oleh Ibnul Qoyyim rahimahullah dalam kitabnya Ahkamu Ahlidz Dzimmah (1/441, Asy Syamilah). Beliau rahimahullah mengatakan, “Adapun memberi ucapan selamat pada syi’ar-syi’ar kekufuran yang khusus bagi orang-orang kafir (seperti mengucapkan selamat natal atau selamat hari valentine, pen) adalah sesuatu yang diharamkan berdasarkan ijma’ (kesepakatan) kaum muslimin. Contohnya adalah memberi ucapan selamat pada hari raya dan puasa mereka seperti mengatakan, ‘Semoga hari ini adalah hari yang berkah bagimu’, atau dengan ucapan selamat pada hari besar mereka dan semacamnya. Kalau memang orang yang mengucapkan hal ini bisa selamat dari kekafiran, namun dia tidak akan lolos dari perkara yang diharamkan. Ucapan selamat hari raya seperti ini pada mereka sama saja dengan kita mengucapkan selamat atas sujud yang mereka lakukan pada salib, bahkan perbuatan seperti ini lebih besar dosanya di sisi Allah. Ucapan selamat semacam ini lebih dibenci oleh Allah dibanding seseorang memberi ucapan selamat pada orang yang minum minuman keras, membunuh jiwa, berzina, atau ucapan selamat pada maksiat lainnya.”

    Kerusakan Kelima: Hari Kasih Sayang Menjadi Hari Semangat Berzina

    Perayaan Valentine’s Day di masa sekarang ini mengalami pergeseran. Kalau di masa Romawi, sangat terkait erat dengan dunia para dewa dan mitologi sesat, kemudian di masa Kristen dijadikan bagian dari simbol perayaan hari agama, maka di masa sekarang ini identik dengan pergaulan bebas muda-mudi. Mulai dari yang paling sederhana seperti pesta, kencan, bertukar hadiah hingga penghalalan praktek zina secara legal. Semua dengan mengatasnamakan semangat cinta kasih.

    Dalam semangat hari Valentine itu, ada semacam kepercayaan bahwa melakukan maksiat dan larangan-larangan agama seperti berpacaran, bergandeng tangan, berpelukan, berciuman, bahkan hubungan seksual di luar nikah di kalangan sesama remaja itu menjadi boleh. Alasannya, semua itu adalah ungkapan rasa kasih sayang. Na’udzu billah min dzalik.

    Padahal mendekati zina saja haram, apalagi melakukannya. Allah Ta’ala berfirman,

    وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا

    “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al Isro’ [17]: 32)

    Dalam Tafsir Jalalain dikatakan bahwa larangan dalam ayat ini lebih keras daripada perkataan ‘Janganlah melakukannya’. Artinya bahwa jika kita mendekati zina saja tidak boleh, apalagi sampai melakukan zina, jelas-jelas lebih terlarang.

    Kerusakan Keenam: Meniru Perbuatan Setan

    Menjelang hari Valentine-lah berbagai ragam coklat, bunga, hadiah, kado dan souvenir laku keras. Berapa banyak duit yang dihambur-hamburkan ketika itu. Padahal sebenarnya harta tersebut masih bisa dibelanjakan untuk keperluan lain yang lebih bermanfaat atau malah bisa disedekahkan pada orang yang membutuhkan agar berbuah pahala. Namun, hawa nafsu berkehendak lain. Perbuatan setan lebih senang untuk diikuti daripada hal lainnya. Itulah pemborosan yang dilakukan ketika itu mungkin bisa bermilyar-milyar rupiah dihabiskan ketika itu oleh seluruh penduduk Indonesia, hanya demi merayakan hari Valentine. Tidakkah mereka memperhatikan firman Allah,

    وَلا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ

    “Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan.” (QS. Al Isro’ [17]: 26-27). Maksudnya adalah mereka menyerupai setan dalam hal ini. Ibnu Mas’ud dan Ibnu ‘Abbas mengatakan, “Tabdzir (pemborosan) adalah menginfakkan sesuatu pada jalan yang keliru.” (Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim)

    Penutup

    Itulah sebagian kerusakan yang ada di hari valentine, mulai dari paganisme, kesyirikan, ritual Nashrani, perzinaan dan pemborosan. Sebenarnya, cinta dan kasih sayang yang diagung-agungkan di hari tersebut adalah sesuatu yang semu yang akan merusak akhlak dan norma-norma agama. Perlu diketahui pula bahwa Valentine’s Day bukan hanya diingkari oleh pemuka Islam melainkan juga oleh agama lainnya. Sebagaimana berita yang kami peroleh dari internet bahwa hari Valentine juga diingkari di India yang mayoritas penduduknya beragama Hindu. Alasannya, karena hari valentine dapat merusak tatanan nilai dan norma kehidupan bermasyarakat. Kami katakan: “Hanya orang yang tertutup hatinya dan mempertuhankan hawa nafsu saja yang enggan menerima kebenaran.”

    Oleh karena itu, kami ingatkan agar kaum muslimin tidak ikut-ikutan merayakan hari Valentine, tidak boleh mengucapkan selamat hari Valentine, juga tidak boleh membantu menyemarakkan acara ini dengan jual beli, mengirim kartu, mencetak, dan mensponsori acara tersebut karena ini termasuk tolong menolong dalam dosa dan kemaksiatan. Ingatlah, Setiap orang haruslah takut pada kemurkaan Allah Ta’ala. Semoga tulisan ini dapat tersebar pada kaum muslimin yang lainnya yang belum mengetahui. Semoga Allah memberi taufik dan hidayah kepada kita semua.

    Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat. Wa shollallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shohbihi wa sallam.

    Panggang, Gunung Kidul, 12 Shofar 1430 H
    Yang selalu mengharapkan ampunan dan rahmat Rabbnya

    Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
    Artikel www.muslim.or.id, dipublikasikan ulang oleh Rumaysho.com

  • Say No to Valentine

    Orang Nashrani saja menyebut VALENTINE DAY = TIDAK ALKITABIYAH (alias Bid’ah), nah Muslim kuq ikut-ikutan c? Bid’ah Kuadrat

    Assalamualaykum Warahmatullah Wabarakatuh

    Ikhwah yang disayangi Allah, sebentar lagi, bertepatan tanggal 14 Februari, dunia remaja baik di belahan Barat maupun Timur, akan disemarakkan dengan “ritual tahunan” bernama hari kasih sayang. Beragam cara perayaan hari kasih sayang inipun dilakoni mereka, mulai dari ritual sepele seperti saling menghadiahkan coklat hingga ritual kencan “lepas bujang” “lepas gadis” di malam valentine day. Naudzubillah mindzalik….

    Sejurus dengan perkembangan zaman dan adanya kolonialisme dunia timur oleh barat, kebudayaan barat yang satu ini pun telah diikuti oleh pemuda pemudi timur. Pengekoran tradisi ini yang semakin besar, menjadi peluang bisnis bagi para pengusaha untuk memanfaatkan untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya. Mereka ini pun menjadi aktor utama dalam menyebarkan budaya ini dari daerah satu hingga yang lain, dari generasi satu ke generasi lainnya. Tak hanya para pengusaha pernak-pernik Valentine Day, tetapi juga Media turut andil dalam ikut serta mempropagandakan budaya ini.

    Saking populernya “perhelatan akbar” ini di kalangan remaja, pada pemilu 2004 kemarin, sampai-sampai ada Partai Islam yang berencana mengekor memanfaatkan hari ini untuk mengenalkan partainya ke kalangan muda dengan cara membagi-bagikan ncokelat pada tanggal 14 Februari 2009. Untung saja rencana “bodoh” inipun tidak jadi, karena mendapat kritikan dari umat Islam dan akhirnya dilarang oleh pengurus pusat paartai islam tersebut.

    Sejarah Valentine Day pun telah tersebar luas dari buku-buku hingga dunia maya. Mulai versi yang mengatakan Valentine day berasal dari ajaran Pagan, hingga berasal dari ajaran Kristen. Sejarah ini berkembang di masyarakat tentu sebagai sebuah “dakwah” agar umat islam mengetahui asal muasal valentine day.
    Gelombang penolakan dari dunia timur akan budaya ini pun semakin besar dari tahun ke tahun. Di India, para pemuka hindu melarang remaja Hindi merayakan Valentine day, di Arab Saudi para ulama mengharamkan pemuda Islam merayakannya. Begitupun di dunia Islam lainnya.
    Namun, yang perlu kita cermati, bahwa Valentine day sendiri merupakan BUKAN ajaran agama Kristen yang asli, beberapa kalangan Kristen menyebutnya “Tidak Alkitabiah” atau Tidak pernah dicontohkan dalam bible atau al kitab mereka.

    Penulis sendiri pernah beberapa tahun lalu mendengarkan dari radio pelita kasih (RPK fm) yang membicarakan tentang Valentine Day dan kesimpulannya adalah bahwa valentine day adalah Bid’ah alis Tidak Alkitabiyyah

    Lalu jika orang Kristen saja yang masyarakatnya menjadi sumber ritual ini berasal, mengatakan perayaan ini merupakan Bid’ah. Kita sebagai Muslim, yang notaabenenya bukan Kristen, apakah masih mau merayakan meskipun hanya sekadar mengucapkan, “Selamat Hari Valentine” atau ritual saling memberikan coklat??? Apakah kita mau merayakan Ritual Bid’ah Kuadrat???

    Berikut saya lampirkan Tulisan beberapa blogger Kristen yang “prihatin” akan ritual Valentine day yang bukan merupakan ajaran Kristen asli :

    Being Beauty, Loveable, and Precious
    dari http://cityofenjie.multiply.com/journal/item/419

    Tanggal 14 Februari yang diagung-agungkan dunia sebagai hari kasih sayang atau lebih keren disebut valentine day, tahun ini menyisakan sebuah cerita tersendiri bagi saya. Bukannya sebuah cerita karena saya juga larut dalam kehebohan orang-orang yang turut merayakan hari ‘special’ ini – sejak dulu saya tidak pernah ikut arus dunia merayakan hari valentine karena menurut saya hari valentine memang tidak sesuai dengan adat ketimuran Indonesia, valentine day hanya adopsi dari kebudayaan barat, dan yang lebih menguatkan lagi, sekarang saya sudah menemukan bukti-bukti konkret bahwa valentine day tidaklah Alkitabiah.

    Diseputar valentine day tahun ini, ada goresan prihatin saya yang tertera disana. Sebuah hari yang bahkan anak-anak SMP pun sudah ingin beramai-ramai merayakannya, yang dikatakan hari untuk mengungkapkan kasih sayang ke semua orang tanpa terkecuali, hari yang penuh kedamaaian dengan cinta, … namun sekaligus sebagai hari ‘depresi’ bagi kebanyakan manusia juga. Depresi ? Ya, itulah kenyataan yang sering saya temukan.

    Saya menghabiskan malam valentine day kemarin bersama segelas teh hangat, sepiring makan malam dengan sayur lodeh yang yummy buatan Mami saya, dan alunan lembut Padi dengan Harmony-nya dari speaker komputer saya di netcafe – saya terbiasa makan malam sambil browsing di internet dan mendengarkan musik. Udara malam itu terasa sedikit dingin menusuk kulit, karena sejak pukul enam sore hujan sudah turun mengguyur kota saya. Dari tempat duduk saya yang persis didepan komputer server LAN netcafe, samar-samar saya bisa mendengarkan pembicaraan dua orang user yang menggunakan rent computer tak jauh dari tempat saya duduk sambil menikmati makan malam dan acara browsing. Salah seorang dari dua anak remaja usia SMP itu mengeluh, “Nggak enak ni valentine day sepi-sepi aja nggak ada acara. Enak ya yang punya pacar bisa keluar berdua …”

    Spontan saya tersenyum geli sambil buru-buru menyembunyikan raut muka saya dibalik monitor komputer ketika mendengar pernyataan polos dari seorang anak remaja SMP itu. Rupanya wabah demam valentine day nan romantis sudah melekat dibenak mereka dan menebarkan penyakit ‘depresi’ karena mereka termasuk bagian dari anak-anak perempuan yang tidak mempunyai pacar – tidak dilirik kaum Adam – saat malam valentine day tiba.

    Seminggu setelah berlalunya malam valentine day saya yang mengundang decak pribatin dengan pernyataan polos dua orang anak remaja usia SMP yang kesepian melewati malam valentine day mereka tanpa hadirnya pacar, kembali saya dibuat geleng-geleng kepala oleh ulah anak-anak remaja dari youth gereja yang meminta dibuatkan acara khusus valentine day.

    Ketika saya diminta pihak gereja untuk membuat publikasi valentine day youth, akhirnya saya berkesempatan juga share seputar valentine day dengan seorang anak remaja SMU yang mengantarkan konsep undangan valentine day dari gereja ke meja kerja saya. Saya bertanya kepadanya kenapa anak-anak youth begitu antusias dengan perayaan valentine day, padahal ia dan yang lainnya sudah tahu kebenaran Tuhan bahwa valentine day tidak ada didalam Bible.

    Pada mulanya anak gadis remaja tersebut memberikan jawaban klise yang sudah biasa saya dengar seperti, “Lha, semua temen-temen sekolahku ikut ngrayain valentine day lho kak.” Tetapi setelah saya ajak sedikit bercanda sambil menggali ide bersama-sama untuk publikasi valentine day youth gereja, akhirnya keluar juga alasan sebenarnya kenapa ia dan anak-anak youth lainnya begitu getol minta ada perayaan valentine day khusus dari gereja.

    “Kak, sebenere aku malu kalo pas malam valentine day tiba trus aku tetep aja dirumah tanpa ikut ngrayain rame-rame sama temen-temen sekolah. Tapi aku juga ga mau ikut sama mereka soalnya pada bawa pasangan masing-masing gitu deh. Padahal kan kakak tau kalo aku masih belum punya pacar.”

    OMG … saya menghela nafas panjang mendengar pengakuan dari anak gadis remaja ini. Baik yang sudah mengenal Kristus maupun yang belum, ternyata problem demam merayakan valentine day hanya terletak pada ketakutan karena kesepian, takut dipandang kurang pergaulan, takut dipandang tidak laku dimata kaum Adam (bagi perempuan), dan alasan-alasan yang pastinya juga akan membuat Tuhan Yesus kita bersedih – jika sudah seperti ini pantaskah valentine day disebut sebagai hari kasih sayang dunia atau lebih pantas jika disebut sebagai hari ‘depresi’ bagi umat manusia yang merasa mempunyai kekurangan fisik dan penampilan ?

    Kemudian anak remaja ini mulai sharing lebih lanjut kepada saya mengenai dirinya, penampilannya, dan tentang status kesendiriannya. Anak ini bukanlah anak yang kurang cantik dalam pandangan saya. Meskipun penampilannya agak tomboy, tetapi secara keseluruhan ia adalah seorang gadis yang menyenangkan. Yang dijadikannya ‘kambing hitam’ dari status kesendiriannya sampai saat ini adalah perasaannya mengenai dirinya yang selalu terlihat ugly dalam setiap kesempatan.

    Kasih Valentine vs Kasih Tuhan
    http://jil.18.forumer.com/a/valentines-day-versus-hukum-kasih_post42.html
    14 02 2009

    Menjelang Hari Valentine, banyak diantara kita -terutama kaum muda- telah menyiapkan kartu-kartu ucapan dan hadiah-hadiah bagi yang terkasih. Hal ini baik tentunya, mengingat Tuhan menganjurkan kita untuk saling mengasihi (1 Yohanes 4:7). Akan tetapi, sementara kita merayakan Valentine, mari kita mengingat juga akan kasih yang terbesar, yaitu kasih Tuhan kita Yesus Kristus.

    Berikut ini beberapa hal yang membedakan kasih Valentine dan kasih Tuhan:

    1. Kasih Valentine dapat hancur – artinya Anda bisa menerima Valentine dari seseorang tahun ini, yang mungkin tidak akan menyapa Anda lagi tahun depan, jika muncul problem dalam hubungan Anda. Sementara kasih Tuhan tidak berkesudahan dan tidak dapat dipisahkan dari apapun (Roma 8:38-39).

    2. Kasih Valentine berkaitan dengan masa lalu – artinya jika Anda telah membuat orang lain tersinggung (walau tidak sengaja), jangan harap mendapat kasih Valentine darinya. Sebaliknya, kemungkinan besar Anda juga tidak akan mengirim Valentine ke orang yang pernah menyinggung Anda. Tapi kasih Tuhan tidak mengingat hal-hal di masa lampau (Yesaya 43:18).

    3. Kasih Valentine berusaha menyenangkan orang lain dengan tujuan agar orang tersebut membalas kasih kita, tapi kasih Tuhan tanpa syarat (Efesus 2:8).

    4. Kasih Valentine diperlihatkan dengan pemberian hadiah-hadiah fana misalnya: kartu, coklat, atau makan bersama. Kasih Tuhan diperlihatkan dengan pengorbanan jiwa, dengan kematian putra satu-satunya (Yohanes 3:16).

    5. Kasih Valentine sangat pemilih – ditujukan pada orang tertentu saja, tapi Tuhan tidak pilih kasih. Ia mengenal semua manusia dengan terperinci, Ia mengetahui segala perbuatan, pikiran atau kata-kata kita, bahkan sebelum kita lakukan, dan mencintai kita apa adanya (Mazmur 139: 1-5).

    Jadi saat kita merayakan kasih kita kepada sesama, ingatlah juga untuk mengasihi Dia yang lebih dulu mengasihi kita dan yang terus mengasihi kita, yaitu Tuhan kita, Yesus Kristus.

    [sumber: http://www.relijournal.com/Christianity/Valentines-Love-Versus-Gods-Love.468629]

    Valentine Day VS HUKUM KASIH

    http://jil.18.forumer.com/a/valentines-day-versus-hukum-kasih_post42.html

    Kiita semua sudah tahu bahwa seluruh dunia, bahkan di negara kita ini, sudah dirasuki demam dan gonjang-ganjing ”HARI KASIH SAYANG”, yang dibom acara tanggal 14 Februari ini di tempat-tempat ekslusif, baik di mal, hotel, cafe bahkan sampai ke sekolah-sekolah.

    Asal muasalnya yang gelap, dipercaya sebagai sebuah hari raya Katolik Roma berhubungan dengan Santo Valentinus.

    Buat kita, anak-anak Tuhan, Hari Kasih Sayang ini bukanlah sesuatu yang luar biasa, sebab Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan junjungan telah mengajarkan dan memerintahkan (Matius 22:37-40) kepada kita, bahkan sebelum ada hari Valentine, agar:
    • Mengasihi setiap waktu, tidak dibatasi hanya pada tanggal 14 Februari saja dan Tuhan lebih tahu, bijak dan mengerti setiap manusia ingin setiap saat ada yang mengasihi.
    • Mengasihi seluruh sesama, bukan hanya untuk yayang-yayang pribadi doang. Karena Tuhan mengajarkan agar kita jangan egois, memikirkan diri/keluarga/kelompoknya sendiri dan diskriminasi.
    • Mengasihi dengan segala macam, bentuk dan cara. Baik itu mendoakan, sapaan, perhatian, dukungan, lawatan, bantuan dll. Juga enggak salah dan tidak dilarang mengirimkan SMS, kartu ucapan, bunga maupun coklat atau makanan.
    • Mengasihi sepenuh hati, total 100% dan tidak pura-pura. Era kini banyak pasangan-pasangan tua, muda, lama maupun baru… Sedikit-sedikit putus/cerai, kok putus sedikit – sedikit, jadi hati-hati kasih sayangnya hanya paling-paling 10-20%, ini bukti lho bukan sembarang cuap semata.

    Celakanya banyak para tokoh, pemuka agama, pejabat, pendidik yang justru memberi teladan buruk dan bias atas kasih sayang ini, sehingga masyarakat diajarkan ”Oh begitu… dia boleh, saya juga boleh”. Makanya moral di negara ini sudah keliwatan bejatnya. Dampaknya banyak kaum wanita disakiti pria, karena hanya menerima sekian persen sisa kasih sayang yang dibutuhkan, dengan argumentasi inilah – itulah, hasil semau de’we’ kaum buaya darat.

    Waspadalah dan hati-hati, karena di masa akhir zaman ini telah dinubuatkan banyak manusia-manusia berbuat jahat & tidak takut akan Tuhan, makanya mudah menipu, dengan mudahnya ngomong gombal, sering nge-buaya-in, jago lip service dan berucap platonik yang tidak dapat dipegang janji dan mulut manisnya(munafik).

    Lain dengan ”Kekasih Kita”, TUHAN YESUS KRISTUS, hanya Dia satu-satunya KEKASIH NAN LUAR BIASA, karena kasih sayangnya kepada kita-kita ini begitu tulus, murni, luhur, awet, setia dan abadi, tidak akan luntur dan berubah dari dahulu sampai kapanpun. (Mazmur 36:6). Walaupun kita ini sebagai kekasihNya sering menyakitkan, mendukakan, mencaci maki, memutuskan bahkan meninggalkanNya, tetapi Dia tidak membenci dan tidak mendendam. Justru Dia siap dan rela mengampuni bahkan menerima kembali kita yang kurang ajar serta kurang terima kasihnya ini.

    Inilah ”KASIH AGAPE” yang O.K. punya, tetapi alangkah baik dan bijaknya, agar kita jangan bermain api untuk punya TTM lagi selain TUHAN YESUS KRISTUS. Karena Tuhan juga bisa memberi pelajaran dan teguran keras kepada yang berselingkuh, apalagi kedatanganNya telah mendekat… Waspadalah, tetap setia kepada kekasih kita yakni Tuhan Yesus walau dalam keadaan dan kondisi bagaimanapun, karena kita akan disambut dan dirayakan meriah bahkan diberikan bonus mahkota, karena kesetiaan kita… Mau’ kan?!!!

    SUMBER – WARTA KTB DEWASA GKK FEBRUARI 2007

    Artikel di atas sama sekali untuk pembenaran akan ajaran Nasrani, hanya untuk membuktikan, di kalangan Nasrani saja timbul kekhawatiran. Apalagi kita orang Islam yang sama sekali TIDAK ADA hubungan dengan St Valentino.

    Ayo kawan balik ke Islam ^^

    SAY NO TO VALENTINE DAY

    Wallahu a’lam

    sumber: http://www.facebook.com/note.php?note_id=278348656005&id=100000206071681&ref=nf

  • Beberapa Pelajaran dan Nasehat dari Syaikh Abdurrozzaq bin Abdul Muhsin Al Badr Hafizhohulloh


    TABLIGH AKBAR di MASJID ISTIQLAL
    pada 2 Shafar 1431 H atau bertepatan dengan tanggal 17 Januari 2010

    Tema : SEBAB – SEBAB DATANGNYA KEBAHAGIAAN

    penterjemah: Ustadz Firanda Hafizhohulloh

    1. Perkataan yang ringkas namun syaikh menganjurkan agar dihafalkan diajarkan ke orang-orang, dan keluarga,
    ‘ أن الهداية بيد الله و أنها لا تنال إلا بطاعة الله ”
    أن السعا دة بيد الله و لا تنال إلا بطاعة الله

    “Bahwasanya hidayah itu di Tangan Allah dan bahwasanya hidayah itu tidak akan didapatkan kecuali dengan keta’atan kepada Alloh dan bahwasanya kebahagiaan itu di Tangan Allah dan tidak akan didapatkan kecuali dengan keta’atan kepada Allah.”

    2. Segala perkara di Tangan Allah,

    “Perkara apa saja yang dikehendaki oleh Alloh, pasti terjadi, dan perkara apa saja yang tidak dikehendaki oleh Alloh tidak akan terjadi, dan tidak ada yang mampu menolak”

    Syair dari Imam Asy Syafi’i, ” Ya Alloh apa saja yang Engkau kehendaki pasti terjadi walau tidak aku inginkan dan apa saja yang ku inginkan jika tidak Engkau kehendaki maka tidak akan terjadi.”

    3. Firman Alloh dalam Qur’an Surat Thaha 123-124 :
    “Maka jika datang kepadamu petunjuk daripada-Ku, lalu barangsiapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka. Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta. ”

    4. Ahlul quran adalah mereka ahlul musa’adah (orang-orang yang berbahagia)
    yang dimaksud dengan ahlul quran adalah sebagaimana firman Alloh dalam surat Al Baqoroh, 121:

    ” Orang-orang yang telah Kami berikan Al Kitab kepadanya, mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya, mereka itu beriman kepadanya. ”

    tidak harus dengan menjadi penghafal alquran, akan tetapi yang dimaksud adalah keterikatan dirinya dengan alquran dalam kehidupan, berusaha untuk memahami dan mengamalkan alquran

    Bukan berarti mau bahagia harus hafal Qur’an 30 juzz. Tapi jadilah ahlul Qur’an yaitu org yg terikat dgn Al-Qur’an dalam kehidupannya sehari-hari dan menjadikan ajaran Qur’an sebagai referensi utama kehidupannya. Karena tidak semua orang memiliki kemampuan untuk menghafal 30 juz.

    5.Sesungguhnya kebahagiaan hanya di dapat dengan IMAN dan AMAL SHOLEH. Bukan krn banyaknya HARTA atau yang paling sehat, karena bisa saja badannya sehat tapi hatinya sakit.
    (Ada seorang pemuda berusia 27 tahun yg kena kecelakaan mobil. Tidak ada yg bisa di gerakkan kecuali kepalanya saja. Tapi dia berkata: saya bahagia..pemuda ini mengatakan justru setelah ia mendapat musibah tersebut barulah ia merasakan kebahagiaan, krn IMAN yg ada didadanya, meski badannya lumpuh tapi hatinya sehat)

    Firman Alloh ‘azza wa jalla :
    “Barangsiapa yang mengerjakan amal shaleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” Surat An Nahl : 97

    kebahagiaan tidaklah diukur dari fisik, atau harta yang melimpah, akan tetapi kebahagiaan didapatkan ketika melakukan keta’atan dan amalan yang mendekatkan diri kepada Alloh

    6. Sungguh mengherankan perkara mu’min dan segalanya baik, bersabar ketika ditimpa mushibah dan bersyukur ketika diberikan keni’matan

    dan ditanyakan kepada Syaikh Al-islam ibn Taimiyyah, tentang mana yang lebih utama antara orang miskin yang bersabar atau kaya yang bersyukur, dan yang lebih utama adalah yang lebih bertaqwa kepada Alloh, jika sama dalam hal ketaqwaan, maka sama2 kemuliaanya di sisi Alloh.

    7. Berkata Ibnul Qoyyim tentang tanda-tanda kebahagiaan, sabar, syukur, dan istighfar
    sabar ketika ditimpa kekurangan, syukur ketika diberikan kelebihan, dan istighfar ketika berbuat dosa

    Ada tiga perkara yg harus di lakukan untuk bahagia:
    – Ketika di berikan limpahan kenikmatan, ia bersyukur dgn beramal sholeh
    – Ketika di uji dengan kesulitan, maka ia bersabar
    – Ketika sedang lupa terdorong oleh hawa nafsu, maka ia segera sadar dgn beristighfar, kembali bertaubat kepada Allah.

    8. Setiap anak adam berbuat salah, dan sebaik-baik orang yang bersalah adalah yang bertaubat

    9. Firman Alloh dalam surat At Taghobun:11

    “Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. ”

    dan berkata sebagian salaf, jika seorang mu’min ditimpa mushibah maka dia mengetahui bahwasanya itu dari Alloh, sabar dan ridlo kemudian berlaku taslim (tunduk), hendaklah kembali kepada keimanan dalam segala kondisi atau keadaan baik ditimpa musibah ataupun diberikan kenikmatan

    Firman Alloh ‘azza wajalla dalam surat Ar Ro’d : 28
    “Yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.”

    10. Kebahagiaan tersusun atas iman dan amal shalih,

    11. Menjadi ta’at bukan karena kepintaran, kecerdasan, dan kehebatan diri manusia akan tetapi hendaklah menanyakan kepada keimanan, dan keimanan akan mengatakan hal itu semata-mata karena karunia dan keutamaan dari Alloh.

    Firman Alloh dalam Surat An Nur : 21

    “Sekiranya tidaklah karena kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorangpun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

    Firman Allah dalam Surat Al Hujurat ayat 7 dan 17,

    “Tetapi Allah menjadikan kamu ‘cinta’ kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus. ”

    “Mereka merasa telah memberi nikmat kepadamu dengan keislaman mereka. Katakanlah: “Janganlah kamu merasa telah memberi nikmat kepadaku dengan keislamanmu, sebenarnya Allah, Dialah yang melimpahkan nikmat kepadamu dengan menunjuki kamu kepada keimanan jika kamu adalah orang-orang yang benar.”

    semua kenikmatan adalah karena taufik dariNya sehingga manusia bisa mengerjakan kebaikan, mendapatkan kebaikan, atau menghindari keburukan

    12.Firman Alloh dalam Surat Ibrahim :7

    “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.”

    13. Firman Alloh ‘azza wajalla dalam Al Baqoroh : 155

    “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar ”

    14. Betapa banyak dosa yang menyebabkan pelakunya masuk surga dan betapa banyak keta’atan yang menyebabkan pelakunya masuk neraka

    syaikh menyebutkan hadits yang menceritakan tiga golongan orang yang dinyalakan api neraka pertama kali adalah :
    pembaca alquran yang ingin dikatakan qori, orang yang berjihad yang ingin dikatakan mujahid, dan orang yang berinfaq ingin dikatakan munfiq,

    apabila niat yang berubah dan tergantikan sifat riya’, sum’ah dan ujub yang akan membinasakan amalan

    15. Ibnul Qoyyim menyebutkan
    tanda2 kebahagian yaitu kalau seseorang menjadikan kebaikan di belakang punggungnya (tidak pernah ditengok2) dan menjadikan maksiat di hadapan matanya (selalu kelihatan di hadapannya).

    dan alamat kebinasaaan/kecelakaan yaitu menjadikan kejelekan di belakangnya dan menjadikan kebaikan selalu ada dihadapan matanya, dan ini adalah musibah, ketika seseorang mengungkit2 dan mengingat2 kebaikan2 yang pernah dikerjakan, dan melupakan dosa, tertimpa padanya penyakit ujub, dan sia-sia di sisi Alloh ‘azza wajalla

    16. Dan hendaklah senantiasa beristighfar dan menjadikan segala keburukan di depannya agar terhindar dari sifat ujub dan kejelekan2 yang dilakukan

    17. Diantara memperoleh kebahagiaan adalah memperhatikan adab dan akhlaq sebagaimana sabda Rosululloh sholallahu ‘alaihi wa sallam, “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq2 yang mulia.”

    ketika Rasululloh Shallalahu ‘alaihi wasallam ditanya apakah amalan yang paling berat timbangannya, maka Nabi menjawab, takwa kepada Alloh dan baiknya Akhlaq

    berusaha menjauhkan lisan dan sikap dari menyakiti orang lain, sombong, tidak peduli orang lain, sering melaknat dan menyakiti orang lain, hilang akhlaq darinya, maka orang-orang demikian menjadi sengsara, bahkan akan membuat orang di sekitarnya sengsara.

    maka hendaknya berhias dengan akhlaq nabi dan ketika berakhlaq mulia itu dilakukan karena ikhlas bukan karena ingin mengharapkan pujian,

    sabda Rasululloh Shalallahu ‘alaihi wasallam : “Bukanlah sifat orang mu’min yang banyak mencela, melaknat, berkata2 keji dan buruk.”

    Firman Alloh dalam Surat Ad Dahr ayat 9:

    “Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan Wajah Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih.”

    dan dalam segala niat ingin berbuat keburukan hendaklah senantiasa takut kepada Alloh bukan karena takut kepada manusia

    18. Syaikh menyebutkan kitab dan menyarankan agar mempelajari kitab zadul ma’ad lil imam ibnul qoyyim,

    syaikh menyebutkan di antara perkara-perkara yang merupakan sebab-sebab mendapatkan kebahagiaan.

    1) Tauhid
    2) Ilmu
    3) Inabah ilalloh, kembali kepada Alloh
    4) Dawamu dzikri, senantiasa berdzikir
    5) Ihsan kepada Alloh
    6) Asysyaja’ah (berani)
    7) Mengeluarkan sifat-sifat tercela dari dalam hati
    8) Menghindari diri dari perkara berlebihan dalam beberapa perkara, seperti tidur, makan, ngobrol dan lain sebagainya

    19. Do’a qunut yang biasa di baca nabi :

    اَللَّهُمَّ نَحْنُ عَبِيْدُكَ بَنُوْ عَبِيْدِكَ بَنُوْ إِمَائِكَ نَوَاصِيْنَا بِيَدِكَ مَاضٍ فِيْنَا حُكْمُكَ عَدْلٌ فِيْنَا قَضَاؤُكَ نَسْأَلُكَ اَللَّهُمَّ بِكُلِّ اسْمٍ هُوَ لَكَ سَمَّيْتَ بِهِ نَفْسَكَ أَوْ أَنْزَلْتَهُ فِيْ كِتَابِكَ أَوْ عَلَّمْتَهُ أَحَدًا مِنْ خَلْقِكَ أَوِ اسْتَأْثَرْتَ بِهِ فِيْ عِلْمِ الغَيْبِ عِنْدَكَ أَنْ تَجْعَلَ الْقُرْآنَ الْعَظِيْمَ رَبِيْعَ قُلُوْبِنَا وَنُوْرَ صُدُوْرِنَا وَجَلاَءَ أَحْزَانِنَا وَذَهَابَ هُمُوْمِنِا وَغُمُوْمِنَا وَسَائِقَنَا وَقَائِدَنَا إِلَى جَنَّاتِكَ جَنَّاتِ النَّعِيْمِ

    “Ya Allah, kami adalah hamba-hamba-Mu, anak dari hamba-hamba-Mu laki-laki dan perempuan, ubun-ubun kami berada dalam tangan-Mu, telah berlaku atas kami hukum-Mu, adil pasti atas kami keputusan-Mu, kami memohon kepada-Mu dengan menggunakan semua nama yang menjadi milik-Mu dan Engkau namakan diri-Mu dengannya, atau nama yang Engkau turunkan dalam kitab suci-Mu, atau yang Engkau ajarkan kepada salah satu di antara hamba-Mu, atau dengan nama yang Engkau simpan dalam rahasia ghaib di sisi-Mu, jadikanlah Al-Qur’an yang agung ini taman bunga sepanjang musim di hati kami, jadikan ia cahaya di dada-dada kami, pelipur lara dan penghapus gulana, jadikan pula ia pembimbing kami menuju surga-Mu yang penuh kenikmatan.”

    Terkandung padanya 4 qoidah penting

    1) Tauhid Ubudiyyah
    “Ya Allah, kami adalah hamba-hamba-Mu, anak dari hamba-hamba-Mu laki-laki dan perempuan, ubun-ubun kami berada dalam tangan-Mu”
    2) Iman Qodlo Qodor
    “Telah berlaku atas kami hukum-Mu, adil pasti atas kami keputusan-Mu.”
    3) Tawasul dengan asma wa sifat
    “Kami memohon kepada-Mu dengan menggunakan semua nama yang menjadi milik-Mu.”
    4)Inayah Bil Qur’an
    Memohon pertolongan Alloh dengan sebab Alquran “Jadikanlah Al-Qur’an yang agung ini taman bunga sepanjang musim di hati kami.”

    20. Dan syaikh menutup dengan ucapan dan akhir dakwah kami bahwa Pujian bagi Alloh tuhan semesta alam dan pada nabi muhammad dan para pengikutnya sekalian.

    Segala puji bagi Alloh, selesai sudah di antara beberapa hal yang disampaikan oleh Syaikh Abdurrozzaq albadr di Masjid Istiqlal 2 Shafar 1431 hijriah, 17 Januari 2010, 09.00 – 11.30 WIB, dan setelah itu dilanjutkan dengan tanya jawab, dan saya tidak menyebutkan di sini

    Apa-apa yang benar datangnya dari Allah dan apa-apa yang salah datangnya dari saya pribadi dan syaithon, mohon koreksinya kalau ada yang tidak sesuai dengan apa yang syaikh sampaikan.

    saya banyak mengambil faedah dari rekaman yang diupload di :

    http://www.mudha.web.id/download-audio-tabligh-akbar-syaikh-prof-dr-abdur-rozzaq-bin-abdul-muhsin-al-badr-hafizhahullah-di-masjid-istiqlal/

    http://www.archive.org/details/TablighAkbarSyaikhProf.Dr.AbdurRozzaqBinAbdulMuhsinAl-badr

    http://www.facebook.com/alfaishol?ref=nf#/notes.php?id=1146610313

    sumber:  http://www.facebook.com/note.php?note_id=254266121794&id=1811135565&ref=nf

    http://www.facebook.com/note.php?note_id=254266121794&id=1811135565&ref=nf
  • Kisah istri kecanduan chatting


    Kadang jika kita hanya sekedar menyampaikan untaian nasehat, mungkin sebagian orang belum tersentuh. Namun tatkala dikemukakan sebuah kisah, barulah hati kita mulai tersentuh dan baru bisa menarik pelajaran. Semoga kisah berikut bisa menjadi pelajaran bagi kita semua.

    Kisah Bincang-bincang Seorang Istri di Dunia Maya

    Kisah ini terjadi di Lebanon berdasarkan apa yang saya dengar lewat kajian bersama ustadz di majelis ilmu syar’i … Ustadz menguraikan kisah ini agar bisa menjadi perhatian bagi muslimah di sini (Sydney) agar mereka berhati-hati terhadap chatting ini dan tidak melayani sapaan dari laki-laki yang suka iseng menggoda lewat chatting ini…

    Beliau adalah seorang wanita muslimah yang alhamdulillah Allah karuniakan kepadanya seorang suami yang baik akhlak dan budi pekertinya. Di rumah ia pun memilki komputer sebagaimana keluarga muslim lainnya di mana komputer bukan lagi merupakan barang mewah di Lebanon. Sang suami pun mengajari bagaimana menggunakan fasilitas ini yang akhirnya ia pun mahir bermain internet. Yang akhirnya ia pun mahir pula chatting dengan kawan-kawanya sesama muslimah.

    Awalnya ia hanya chatting dengan rekannya sesama muslimah, … hingga pada suatu hari ia disapa oleh seorang laki-laki yang mengaku sama-sama tinggal dikota beliau.Terkesan dengan gaya tulisannya yang enak dibaca dan terkesan ramah. Sang muslimah yang telah bersuami ini akhirnya tergoda pada lelaki tersebut.

    Bila sang suami sibuk bekerja untuk mengisi kekosongan waktunya, ia akhirnya menghabiskan waktu bersama dengan lelaki itu lewat chatting, … sampai sang suami menegurnya setiba dari kerja mengapa ia tetap sibuk di internet. Sang istri pun membalas bahwa ia merasa bosan karena suaminya selalu sibuk bekerja dan ia merasa kesepian, … ia merahasiakan dengan siapa ia chatting .. khawatir bila suaminya tahu maka ia akan dilarang main internet lagi…. Sungguh ia telah kecanduan berchatting ria dengan lelaki tersebut.

    Fitnah pun semakin terjadi di dalam hatinya, .. ia melihat sosok suaminya sungguh jauh berbeda dengan lelaki tersebut, enak diajak berkomunikasi, senang bercanda dan sejuta keindahan lainnya di mana setan telah mengukir begitu indah di dalam lubuk hatinya.

    Duhai fitnah asmara semakin membara, … ketika ia chatting lagi sang laki-laki itu pun tambah menggodanya, .. ia pun ingin bertemu empat mata dengannya. Gembiralah hatinya, .. ia pun memenuhi keinginan lelaki tersebut untuk berjumpa. Jadilah mereka berjumpa dalam sebuah restoran, lewat pembiacaran via darat mereka jadi lebih akrab. Dari pertemuan itu akhirnya dilanjutkan dengan pertemuan berikutnya.

    Hingga akhirnya si lelaki tersebut telah berhasil menawan hatinya. Sang suami yang menasehati agar ia tidak lama-lama main internet tidak digubrisnya. Akhirnya suami wanita ini menjual komputer tersebut karena kesal nasehatnya tidak di dengar, lalu apa yang terjadi ?? Langkah itu (menjual komputer) membuat marah sang istri yang akhirnya ia pun meminta cerai dari suaminya. Sungguh ia masih teringat percakapan manis dengan laki-laki tersebut yang menyatakan bahwa ia sangatlah mencintai dirinya, dan ia berjanji akan menikahinya apabila ia bercerai dari suaminya.

    Sang suami yang sangat mencintai istrinya tersebut tentu saja menolak keputusan cerai itu. Karena terus didesak sang istri akhirnya ia pun dengan berat hati menceraikan istrinya. Sungguh betapa hebatnya fitnah lelaki itu. Singkatnya setelah ia selesai cerai dengan suaminya ia pun menemui lelaki tersebut dan memberitahukan kabar gembira tentang statusnya sekarang yang telah menjadi janda. Lalu apakah si lelaki itu mau menikahinya sebagaimana janjinya???

    Ya ukhti muslimah dengarlah penuturan kisah tragis ini, … dengan tegasnya si lelaki itu berkata, “Tidak!! Aku tidak mau menikahimu! Aku hanya mengujimu sejauh mana engkau mencintai suamimu,ternyata engkau hanyalah seorang wanita yang tidak setia kepada suami. Dan, aku takut bila aku menikahimu nantinya engkau tidak akan setia kepadaku! Bukan ,..bukan..wanita sepertimu yang aku cari, aku mendambakan seorang istri yang setia dan taat kepada suaminya..!”

    Lalu ia pun berdiri meninggalkan wanita ini, .. sang wanita dengan isak tangis yang tidak tertahan inipun akhirnya menemui ustadz tadi dan menceritakan Kisahnya…. Ia pun merasa malu untuk meminta rujuk kembali dengan suaminya yang dulu … mengingat betapa buruknya dia melayani suaminya dan telah menjadi istri yang tidak setia.

    [Sumber : http://jilbab.or.id/archives/403-bercerai-dari-suami-akibat-kecanduan-chatting/ ]

    Jika seseorang betul-betul merenungkan kisah di atas, tentu saja dia akan menggali beberapa pelajaran berharga. Itulah di antara bahaya chatting dengan lawan jenis yang tidak mengenal adab dalam bergaul. Lihatlah akibat chatting dengan lawan jenis, di sana bisa terjadi perceraian antara kedua pasangan tersebut disebabkan si istri memiliki hubungan dengan pria kenalannya di dunia maya.

    Di pelajaran lainnya adalah hendaknya selalu ada pengawasan dari kepala keluarga terhadap anggota keluarganya. Kepala keluarga seharusnya dapat memberikan batasan terhadap pergaulan anggota keluarganya termasuk istrinya, apalagi dalam masalah penggunaan internet. Inilah pelajaran yang mesti diperhatikan oleh seorang suami sebagai kepala keluarga.

    Adapun untuk anggota keluarga yaitu istri dan anak, hendaklah mereka selalu merasa mendapatkan pengawasan dari Allah subahanahu wa ta’ala. Hendaklah mereka meyakini bahwa Allah Ta’ala mengetahui segala yang nampak maupun yang tersembunyi. Sehingga Allah mengetahui segala apa yang mereka lakukan. Karena Allah-lah Maha Mengetahui dan Maha Melihat dengan sifat kesempurnaan. Tentu saja sikap selalu merasa penjagaan dari Allah ini bisa muncul jika seseorang telah dibekali dengan aqidah dan tauhid yang benar. Itulah pentingnya pendidikan aqidah pada keluarga.

    Selain itu pula, istri mesti diluruskan tatkala dia berada dalam kekeliruan. Istri mesti diluruskan dengan lemah lembut dan harus berhati-hati dalam menasehatinya. Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,

    وَاسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ خَيْرًا ، فَإِنَّهُنَّ خُلِقْنَ مِنْ ضِلَعٍ ، وَإِنَّ أَعْوَجَ شَىْءٍ فِى الضِّلَعِ أَعْلاَهُ ، فَإِنْ ذَهَبْتَ تُقِيمُهُ كَسَرْتَهُ ، وَإِنْ تَرَكْتَهُ لَمْ يَزَلْ أَعْوَجَ فَاسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ خَيْرًا

    “Bersikaplah yang baik terhadap wanita karena sesungguhnya mereka diciptakan dari tulang rusuk. Bagian yang paling bengkok dari tulang rusuk tersebut adalah bagian atasnya. Jika engkau memaksa untuk meluruskan tulang rusuk tadi, maka dia akan patah. Namun, jika kamu membiarkan wanita, ia akan selalu bengkok, maka bersikaplah yang baik terhadap wanita.” (HR. Bukhari no. 5184)

    Juga perlu diketahui bahwa kerusakan yang terjadi akibat chatting di atas bukanlah bisa terjadi hanya pada wanita. Kerusakan semacam itu pun sebenarnya dapat terjadi pada laki-laki. Oleh karena itu, perlu sekali diberitahukan kepada pembaca sekalian beberapa adab-adab yang mesti diperhatikan ketika bergaul dengan lawan jenis. Karena tidak memperhatikan beberapa adab berikut inilah terjadi keretakan rumah tangga atau mungkin bagi yang belum menikah pun bisa terjadi kerusakan dengan terjerumus dalam perantara-perantara menuju zina atau bahkan bisa terjerumus dalam zina. Na’udzu billahi min dzalik.

    Beberapa Adab yang Mesti Diperhatikan dalam Pergaulan dengan Lawan Jenis (Yang Bukan Mahrom)

    Pertama, menjauhi segala sarana menuju zina

    Allah Ta’ala berfirman,

    وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا

    “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.”(QS. Al Isro’ [17] : 32)

    Kedua, selalu menutup aurat

    Allah Ta’ala berfirman,

    يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا

    “Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mu’min: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al Ahzab [33] : 59)

    Ketiga, saling menundukkan pandangan

    Allah memerintahkan kaum muslimin untuk menundukkan pandangan ketika melihat lawan jenis. Allah Ta’ala berfirman,

    قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ

    “Katakanlah kepada laki – laki yang beriman :”Hendaklah mereka menundukkan pandangannya dan memelihara kemaluannya.” (QS. An Nuur [24] : 30 )

    Dalam lanjutan ayat ini, Allah juga berfirman,

    وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ

    “Katakanlah kepada wanita-wanita yang beriman : “Hendaklah mereka menundukkan pandangannya, dan kemaluannya” (QS. An Nuur [24] : 31)

    Keempat, tidak berdua-duaan

    Dari Ibnu Abbas, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

    لاَ يَخْلُوَنَّ رَجُلٌ بِامْرَأَةٍ إِلاَّ مَعَ ذِى مَحْرَمٍ

    “Janganlah seorang laki-laki berduaan dengan seorang wanita kecuali jika bersama mahromnya.” (HR. Bukhari, no. 5233)

    Kelima, menghindari bersentuhan dengan lawan jenis

    Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu , Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

    كُتِبَ عَلَى ابْنِ آدَمَ نَصِيبُهُ مِنَ الزِّنَى مُدْرِكٌ ذَلِكَ لاَ مَحَالَةَ فَالْعَيْنَانِ زِنَاهُمَا النَّظَرُ وَالأُذُنَانِ زِنَاهُمَا الاِسْتِمَاعُ وَاللِّسَانُ زِنَاهُ الْكَلاَمُ وَالْيَدُ زِنَاهَا الْبَطْشُ وَالرِّجْلُ زِنَاهَا الْخُطَا وَالْقَلْبُ يَهْوَى وَيَتَمَنَّى وَيُصَدِّقُ ذَلِكَ الْفَرْجُ وَيُكَذِّبُهُ

    “Setiap anak Adam telah ditakdirkan bagian untuk berzina dan ini suatu yang pasti terjadi, tidak bisa tidak. Zina kedua mata adalah dengan melihat. Zina kedua telinga dengan mendengar. Zina lisan adalah dengan berbicara. Zina tangan adalah dengan meraba (menyentuh). Zina kaki adalah dengan melangkah. Zina hati adalah dengan menginginkan dan berangan-angan. Lalu kemaluanlah yang nanti akan membenarkan atau mengingkari yang demikian.” (HR. Muslim no. 6925)

    Keenam, tidak melembutkan suara di hadapan lawan jenis

    Allah Ta’ala berfirman,

    يَا نِسَاءَ النَّبِيِّ لَسْتُنَّ كَأَحَدٍ مِنَ النِّسَاءِ إِنِ اتَّقَيْتُنَّ فَلا تَخْضَعْنَ بِالْقَوْلِ فَيَطْمَعَ الَّذِي فِي قَلْبِهِ مَرَضٌ وَقُلْنَ قَوْلا مَعْرُوفًا

    “Hai istri-istri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu melembutkan pembicaraan sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit (syahwat) dalam hatinya, dan ucapkanlah perkataan yang baik.” (QS. Al Ahzab: 32). Perintah ini berlaku bukan hanya untuk istri-istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, namun juga berlaku untuk wanita muslimah lainnya.

    Lalu bagaimana dengan adab chatting dengan lawan jenis? Hal ini dapat pula kita samakan dengan telepon, SMS, pertemanan di friendster dan pertemanan di facebook.

    Jawabnya adalah sama atau hampir sama dengan adab-adab di atas.

    Pertama, jauhilah segala sarana menuju zina melalui pandangan, sentuhan dan berdua-duaan dengan lawan jenis yang bukan mahrom.

    Kedua, tutuplah aurat di hadapan bukan mahrom.

    Sehingga seorang muslimah tidak menampakkan perhiasan yang sebenarnya hanya boleh ditampakkan di hadapan suami. Contoh yang tidak beradab seperti ini adalah berbusana tanpa jilbab atau bahkan dengan busana yang hakekatnya telanjang. Inilah yang banyak kita saksikan di beberapa foto profil di FB atau friendster. Semoga Allah memberi taufik dan hidayah kepada mereka.

    Ketiga, tundukkanlah pandangan.

    Bagaimana mungkin bisa saling menundukkan pandangan jika masing-masing orang memajang foto di hadapan lawan jenisnya? Wanita memamerkan fotonya di hadapan pria. Mungkinkah di sini bisa saling menundukkan pandangan? Oleh karena itu, alangkah baiknya jika foto profil kita bukanlah foto kita, namun dengan foto yang lain yang bukan gambar makhluk bernyawa. Tujuannya adalah agar foto wanita tidak membuat fitnah (godaan) bagi laki-laki, begitu pula sebaliknya. Di antara bentuk menundukkan pandangan adalah janganlah menggunakan webcamp selain dengan sesama jenis saja ketika ingin melakukan obrolan di dunia maya.

    Keempat, hati-hatilah dengan berdua-duaan bersama lawan jenis yang bukan mahrom.

    Jika seorang pria dan wanita melakukan pembicaraan via chatting, telepon atau sms –tanpa ada hajat (keperluan)-, itu sebenarnya adalah semi kholwat (semi berdua-duaan). Apalagi jika di dalamnya disertai dengan kata-kata mesra dan penuh godaan sehingga membangkitkan nafsu birahi. Dan jika memang ada pembicaraan yang dirasa perlu antara pria dan wanita yang bukan mahrom, maka itu hanya seperlunya saja dan sesuai kebutuhan. Jika tidak ada kebutuhan lagi, maka pembicaraan tersebut seharusnya dijauhi agar tidak terjadi sesuatu yang bisa menjurus pada yang haram.

    Kelima, janganlah melembutkan atau mendayu-dayukan suara atau kata-kata di hadapan lawan jenis.

    Penyimpangan dalam adab terakhir ini, kalau diterapkan dalam obrolan chatting adalah dengan kata-kata yang lembut atau mendayu-dayu dari wanita yang menimbulkan godaan pada pria. Contoh menggunakan kata-kata yang sebenarnya layak untuk suami istri seperti “sayang”, dsb.

    Jika setiap muslim mengindahkan adab-adab di atas, maka tentu saja dia tidak akan terjerumus dalam perbuatan dosa dan tidak akan mengalami hal yang serupa dengan kisah di atas dengan izin Allah.

    Kami ingatkan pula bahwa tulisan ini bukanlah hanya kami tujukan kepada kaum hawa saja, namun kami juga tujukan pada para pria agar mereka juga memperhatikan adab-adab di atas. Jadi janganlah tulisan ini dijadikan sebagai sarana untuk memojokkan wanita atau para istri, namun hendaklah dijadikan nasehat untuk bersama.

    Semoga Allah subhanahu wa ta’ala memberikan sifat ketakwaan, memberi kita petunjuk dan kecukupan. Semoga Allah melindungi dan menjaga keluarga kita dari hal-hal yang haram dan mendatangkan murka Allah. Semoga risalah ini dapat bermanfaat bagi kaum muslimin. Wa shallallahu wa sallamu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shahbihi ajma’in. Walhamdulillahir rabbil ‘alamin.

    ***

    Panggang, Gunung Kidul, 10 Sya’ban 1430 H

    Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal

    Artikel http://rumaysho.com

  • Perbedaan asuransi islami dengan asuransi konvensional

    Bahaya, kerusakan dan kerugian adalah kenyataan yang harus dihadapi manusia di dunia ini. Sehingga kemungkinan terjadi resiko dalam kehidupan, khususnya kehidupan ekonomi sangat besar. Tentu saja ini membutuhkan persiapan sejumlah dana tertentu sejak dini.

    Oleh karena itu banyak orang mengambil cara dan sistem untuk dapat menghindari resiko kerugian dan bahaya tersebut. Diantaranya dengan asuransi yang merupakan sebuah sistem untuk merendahkan kehilangan finansial dengan menyalurkan resiko kehilangan dari seseorang atau badan ke lainnya.

    Sisem ini sudah berkembang luas dinegara Indonesia secara khusus dan dunia secara umumnya. Sehingga memerlukan penjelasan permasalahan ini dalam tinjauan syari’at islam.

    Asuransi Secara Umum

    Kata asuransi ini dalam bahasa inggris disebut Insurance dan dalam bahasa prancis disebut Assurance. Sedangkan dalam bahasa arab disebut at-Ta’mien. Asuransi ini didefinisikan dalam kamus umum bahasa Indonesia sebagai perjanjian antara dua pihak, pihak yang satu akan membayar uang kepada pihak yang lain, bila terjadi kecelakaan dan sebagainya, sedang pihak yang lain itu akan membayar iuran. [1]

    Demikian juga telah didefinisikan dalam perundang-undangan negara Indonesia sebagai perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan atau tanggung jawab hukum pihak ke tiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan. [2]

    Sedangkan sebagian ulama syari’at dan ahli fikih memberikan definisi yang beragam, diantaranya:

    1. Pendapat pertama, asuransi adalah perjanjian jaminan dari fihak pemberi jaminan (yaitu perusahaan asuransi) untuk memberi sejumlah harta atau upah secara rutin atau ganti barang yang lain, kepada fihak yang diberi jaminan (yaitu nasabah asuransi), pada waktu terjadi musibah atau kepastian bahaya, yang dijelaskan dengan perjanjian, hal itu sebagai ganti angsuran atau pembayaran yang diberikan oleh nasabah kepada perusahaan. [3]

    2. Pendapat kedua, asuransi adalah perjanjian yang mengikat diri penanggung sesuai tuntutan perjanjian untuk membayar kepada pihak tertanggung atau nasabah yang memberikan syarat tanggungan untuk kemaslahatannya sejumlah uang atau upah rutin atau ganti harta lainnya pada waktu terjadinya musibah atau terwujudnya resiko yang telah dijelaskan dalam perjanjian. Hal tersebut diberikan sebagai ganti angsuran atau pembayaran yang diberikan tertanggung kepada penanggung (pihak asuransi). [4]

    3. Pendapat ketiga, asuransi adalah pengikatan diri pihak pertama kepada pihak kedua dengan memberikan ganti berupa uang yang diserahkan kepada pihak kedua atau orang yang ditunjuknya ketika terjadi resiko kerugian yang telah dijelaskan dalam akad. Itu sebagai imbalan dari yang diserahkan pihak kedua berupa sejumlah uang tertentu dalam bentuk angsuran atau yang lainnya. [5]

    Dari definisi yang beraneka ragam tersebut terdapat kata sepakat dalam beberapa hal berikut ini:

    • Adanya ijab dan qabul dari pihak penanggung (al-Mu’ammin) dan tertanggung (al-Mu’ammin Lahu).
    • Adanya obyek yang menjadi arahan asuransi.
    • Tertanggung menyerahkan kepada penanggung (pengelola asuransi) sejumlah uang baik dengan tunai atau angsuran sesuai kesepakatan kedua belah pihak, yang dinamakan premi.
    • Penanggung memberikan ganti kerugian kepada tertanggung apabila terjadi kerusakan seluruhnya atau sebagiannya. Inilah asuransi yang umumnya berlaku dan ini dinamakan asuransi konvensional (al-Ta’mien al-Tijaari) yang dilarang mayoritas ulama dan peneliti masalah kontemporer dewasa ini. Juga menjadi ketetapan majlis Hai’ah kibar Ulama (majlis ulama besar Saudi Arabia) no. 55 tanggal 4/4/1397 H dan ketetapan no 9 dari Majlis Majma’ al-Fiqh dibawah Munazhomah al-Mu’tamar al-Islami (OKI). [6]

    Demikian juga diharamkan dalam keputusan al-Mu’tamar al-’Alami al-Awal lil Iqtishad al-Islami di Makkah tahun 1396H. [7]

    Kemudian para ulama memberikan solusi dalam masalah ini dengan merumuskan satu jenis asuransi syari’at yang didasarkan kepada akad tabarru’at [8] yang dinamakan at-Ta’mien at-Ta’awuni (asuransi ta’awun) atau at-Ta’mien at-Tabaaduli.

    Pengertian Asuransi Ta’awun (at-Ta’mien at-Ta’awuni)

    Para ulama kontemporer mendefinisikan at-Ta’mien at-Ta’awuni dengan beberapa definisi, diantaranya:

    1. Pendapat pertama, asuransi ta’awun adalah berkumpulnya sejumlah orang yang memiliki resiko bahaya tertentu. Hal itu dengan cara mereka mengumpulkan sejumlah uang secara berserikat. Sejumlah uang ini dikhususkan untuk mengganti kerugian yang sepantasnya kepada orang yang tertimpa kerugian diantara mereka. Apabila premi yang terkumpulkan tidak cukup untuk itu, maka anggota diminta mengumpulkan tambahan untuk menutupi kekurangan tersebut. Apabila lebih dari yang dikeluarkan dari ganti rugi tersebut maka setiap anggota berhak meminta kembali kelebihan tersebut. Setiap anggota dari asuransi ini adalah penanggung dan tertanggung sekaligus. Asuransi ini dikelola oleh sebagian anggotanya. Akan jelas gambaran jenis asuransi ini adalah seperti bentuk usaha kerjasama dan solidaritas yang tidak bertujuan mencari keuntungan (bisnis) dan tujuannya hanyalah mengganti kerugian yang menimpa sebagian anggotanya dengan kesepakatan mereka membaginya diantara mereka sesuai dengan tata cara yang dijelaskan. [9]

    2. Pendapat kedua, asuransi ta’awun adalah kerjasama sejumlah orang yang memiliki kesamaan resiko bahaya tertentu untuk mengganti kerugian yang menimpa salah seorang dari mereka dengan cara mengumpulkan sejumlah uang untuk kemudian menunaikan ganti rugi ketika terjadi resiko bahaya yang sudah ditetapkan. [10]

    3. Pendapat ketiga, asuransi ta’awun adalah berkumpulnya sejumlah orang membuat shunduq (tempat mengumpulkan dana) yang mereka danai dengan angsuran tertentu yang dibayar setiap dari mereka. Setiap mereka mengambil dari shunduq tersebut bagian tertentu apabila tertimpa kerugian (bahaya) tertentu.

    4. Pendapat keempat, asuransi ta’awun adalah berkumpulnya sejumlah orang yang menanggung resiko bahaya serupa dan setiap mereka memiliki bagian tertentu yang dikhususkan untuk menunaikan ganti rugi yang pantas bagi yang terkena bahaya. Apabila bagian yang terkumpul (secara syarikat) tersebut melebihi yang harus dikeluarkan sebagai ganti rugi maka anggota memiliki hak untuk meminta kembali. Apabila kurang maka para anggota diminta untuk membayar iuran tambahan untuk menutupi kekurangannya atau dikurangi ganti rugi yang seharusnya sesuai ketidak mampuan tersebut. Anggota asuransi ta’awun ini tidak berusaha merealisasikan keuntungan namun hanya berusaha mengurangi kerugian yang dihadapi sebagian anggotanya, sehingga mereka melakukan akad transaksi untuk saling membantu menanggung musibah yang menimpa sebagian mereka. [11]

    Sehingga dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa asuransi ta’awun adalah bergeraknya sejumlah orang yang masing-masing sepakat untuk mengganti kerugian yang menimpa salah seorang dari mereka sebagai akibat resiko bahaya tertentu dan itu diambil dari kumpulan iuran yang setiap dari mereka telah bersepakat membayarnya. Ini adalah akad tabarru’ yang bertujuan saling membantu dan tidak bertujuan perniagaan dan cari keuntungan. Sebagaimana juga akad ini tidak terkandung riba, spekulasi terlarang, gharar dan perjudian. (tentang gharar, baca juga artikel Mengenal Jual-Beli Gharar)

    Gambaran paling gampangnya adalah misalnya ada satu keluarga atau sejumlah orang membuat shunduq lalu mereka menyerahkan sejumlah uang yang nantinya dari kumpulan uang tersebut digunakan untuk ganti rugi kepada anggotanya yang mendapatkan musibah (bahaya). Apabila uang yang terkumpul tersebut tidak menutupinya, maka mereka menutupi kekurangannya. Apabila berlebih setelah penunaian ganti rugi tersebut maka dikembalikan kepada mereka atau dijadikan modal untuk masa yang akan datang. Hal ini mungkin dapat diperluas menjadi satu lembaga atau yayasan yang memiliki petugas yang khusus mengelolanya untuk mendapatkan dan menyimpan uang-uang tersebut serta mengeluarkannya. Lembaga ini boleh juga memiliki pengelola yang merencanakan rencana kerja dan managementnya. Semua pekerja dan petugas berikut pengelolanya mendapatkan gaji tertentu atau mereka melakukannya dengan sukarela. Namun semua harus dibangun untuk tidak cari keuntungan (bisnis) dan seluruh sisinya bertujuan untuk ta’awun (saling tolong menolong). [12]

    Dari sini dapat dijelaskan karekteristik asuransi ta’awun sebagai berikut:

    • Tujuan dari asuransi ta’awun adalah murni takaful dan ta’awun (saling tolong menolong) dalam menutup kerugian yang timbul dari bahaya dan musibah.
    • Akad asuransi ta’awun adalah akad tabarru’. Hal ini tampak tergambarkan dalam hubungan antara nasabah (anggotanya), dimana bila kurang mereka menambah dan bila lebih mereka punya hak minta dikembalikan sisanya.
    • Dasar fikroh asuransi ta’awun ditegakkan pada pembagian kerugian bahaya tertentu atas sejumlah orang, dimana setiap orang memberikan saham dalam membantu menutupi kerugian tersebut diantara mereka. Sehingga orang yang ikut serta dalam asuransi ini saling bertukar dalam menanggung resiko bahaya diantara mereka.
    • Pada umumnya asuransi ta’awun ini berkembang pada kelompok yang punya ikatan khusus dan telah lama, seperti kekerabatan atau satu pekerjaan (profesi).
    • Penggantian ganti rugi atas resiko bahaya yang ada diambil dari yang ada di shunduq (simpanan) asuransi, apabila tidak mencukupi maka terkadang diminta tambahan dari anggota atau mencukupkan dengan menutupi sebagian kerugian saja. [13]

    Perbedaan Antara Asuransi Ta’awun dan Konvensional. [14]

    Dari karekteristik diatas dan definisi yang disampaikan para ulama kontemporer tentang asuransi ta’awun dapat dijelaskan perbedaan antara asuransi ini dengan yang konvensional. Diantaranya:

    1. Asuransi ta’awun termasuk akad tabarru yang bermaksud murni takaful dan ta’awun (saling tolong menolong) dalam menutup kerugian yang timbul dari bahaya dan musibah. Sehingga premi dari anggotanya bersifat hibah (tabarru’). Berbeda dengan asuransi konvensional yang bermaksud mencari keuntungan berdasarkan akad al-Mu’awwadhoh al-Ihtimaliyah (bisnis oriented yang berspekulasi yang dalam bahasa Prancis contrats aleatoirs).

    2. Penggantian ganti rugi atas resiko bahaya dalam asuransi ta’awun diambil dari jumlah premi yang ada di shunduq (simpanan) asuransi. Apabila tidak mencukupi maka adakalanya minta tambahan dari anggota atau mencukupkan dengan menutupi sebagian kerugian saja. Sehingga tidak ada keharusan menutupi seluruh kerugian yang ada bila anggota tidak sepakat menutupi seluruhnya. Berbeda dengan asuransi konvensional yang mengikat diri untuk menutupi seluruh kerugian yang ada (sesuai kesepakatan) sebagai ganti premi asuransi yang dibayar tertanggung. Hal ini menyebabkan perusahaan asuransi mengikat diri untuk menanggung semua resiko sendiri tanpa adanya bantuan dari nasabah lainnya. Oleh karena itu tujuan akadnya adalah cari keuntungan, namun keuntungannya tidak bias untuk kedua belah pihak. Bahkan apabila perusahaan asuransi tersebut untung maka nasabah (tertanggung) merugi dan bila nasabah (tertanggung) untung maka perusahaan tersebut merugi. Dan ini merupakan memakan harta dengan batil karena berisi keuntungan satu pihak diatas kerugian pihak yang lainnya.

    3. Dalam asuransi konvensional bisa jadi perusahaan asuransi tidak mampu membayar ganti rugi kepada nasabahnya apabila melewati batas ukuran yang telah ditetapkan perusahaan untuk dirinya. Sedangkan dalam asuransi ta’awun, seluruh nasabah tolong menolong dalam menunaikan ganti rugi yang harus dikeluarkan dan pembayaran ganti rugi sesuai dengan yang ada dari peran para anggotanya.

    4. Asuransi ta’awun tidak dimaksudkan untuk mencari keuntungan dari selisih premi yang dibayar dari ganti rugi yang dikeluarkan. Bahkan bila ada selisih (sisa) dari pembayaran klaim maka dikembalikan kepada anggota (tertanggung). Sedangkan sisa dalam perusahaan asuransi konvensional dimiliki perusahaan.

    5. Penanggung (al-Mu’ammin) dalam asuransi ta’awun adalah tertanggung (al-Mu’ammin Lahu) sendiri. Sedangkan dalam asuransi konvensional, penanggung (al-Mu’ammin) adalah pihak luar.

    6. Premi yang dibayarkan tertanggung dalam asuransi ta’awun digunakan untuk kebaikan mereka seluruhnya. Karena tujuannya tidak untuk berbisnis dengan usaha tersebut, namun dimaksudkan untuk menutupi ganti kerugian dan biaya operasinal perusahaan saja Sedangkan dalam system konvensional premi tersebut digunakan untuk kemaslahatan perusahaan dan keuntungannya semata Karena tujuannya adalah berbisnis dengan usaha asuransi tersenut untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya dari pembayaran premi para nasabahnya.

    7. Asuransi ta’awun bebas dari riba, spekulasi dan perjudian serta gharar yang terlarang. Sedangkan asuransi konvensional tidak lepas dari hal-hal tersebut.

    8. Dalam asuransi ta’awun, hubungan antara nasabah dengan perusahaan asuransi ta’awun ada pada asas berikut ini:

    a. Pengelola perusahaan melaksanakan managemen operasional asuransi berupa menyiapkan surat tanda keanggotaan (watsiqah), mengumpulkan premi, mengeluarkan klaim (ganti rugi) dan selainnya dari pengelolaannya dengan mendapatkan gaji tertentu yang jelas. Itu karena mereka menjadi pengelola operasional asuransi dan ditulis secara jelas jumlah fee (gaji) tersebut.

    b. Pengelola perusahaan melakukan pengembangan modal yang ada untuk mendapatkan izin membentuk perusahaan dan juga memiliki kebolehan mengembangkan harta asuransi yang diserahkan para nasabahnya. Dengan ketentuan mereka berhak mendapatkan bagian keuntungan dari pengembangan harta asuransi sebagai mudhoorib (pengelola pengembangan modal dengan mudhorabah).

    c. Perusahaan memiliki dua hitungan yang terpisah. Pertama untuk pengembangan modal perusahaan dan kedua hitungan harta asuransi dan sisa harta asuransi murni milik nasabah (pembayar premi).

    d. Pengelola perusahaan bertanggung jawab apa yang menjadi tanggung jawab al-Mudhoorib dari aktivitas pengelolaan yang berhubungan dengan pengembangan modal sebagai imbalan bagian keuntungan mudhorabah, sebagaimana juga bertanggung jawab pada semua pengeluaran kantor asuransi sebagai imbalan fee (gaji) pengelolaan yang menjadi hak mereka. [15]

    Sedangkan hubungan antara nasabah dengan perusahan asuransi dalam asuransi konvensional adalah semua premi yang dibayar nasabah (tertanggung) menjadi harta milik perusahaan yang dicampur dengan modal perusahaan sebagai imbalan pembayaran klaim asuransi. Sehingga tidak ada dua hitungan yang terpisah.

    1. Nasabah dalam perusahaan asuransi ta’awun dianggap anggota syarikat yang memiliki hak terhadap keuntungan yang dihasilkan dari usaha pengembangan modal mereka. Sedangkan dalam asuransi konvensional, para nasabah tidak dianggap syarikat, sehingga tidak berhak sama sekali dari keuntungan pengembangan modal mereka bahkan perusahan sendirilah yang mengambil seluruh keuntungan yang ada.

    2. Perusahaan asuransi ta’awun tidak mengembangkan hartanya pada hal-hal yang diharamkan. Sedangkan asuransi konvensional tidak memperdulikan hal dan haram dalam pengembangan hartanya.

    Demikianlah beberapa perbedaan yang ada. Mudah-mudahan semakin memperjelas permasalahan asuransi ta’awun ini. Wabillahittaufiq.

    Referensi:

    1. Abhats Hai’at Kibar Ulama, disusun oleh Komite tetap untuk penelitian ilmiyah dan fatwa (al-Lajnah ad-Daimah Li al-Buhuts al-Ilmiyah wa al-Ifta)
    2. Al-’Uquud Al-Maaliyah Al-Murakkabah, Dirasat fiqhiyah ta’shiliyah wa tathbiqiyat, DR. Abdullah bin Muhammad bin Abdillah al-’Imraani, cetakan pertama tahun 2006M, Dar Kunuuz Isybiliyaa, KSA
    3. al-Fiqhu al-Muyassarah, Qismu al-Mu’amalat Prof. DR Abdullah bin Muhammad Al Thoyaar, Prof. DR. Abdullah bin Muhammad Al Muthliq dan DR. Muhammad bin Ibrohim Alumusa, cetakan pertama tahun 1425H, Madar Al Wathoni LinNasyr, Riyadh, KSA
    4. Fiqhu an-Nawaazil, Dirasah Ta’shiliyah Tathbiqiyat, DR. Muhammad bin Husein al-Jiezaani, cetakan pertama tahun 1426H, dar Ibnu al-Juazi.
    5. Makalah DR. Kholid bin Ibrohim al-Du’aijii berjudul Ru’yat Syar’iyah fi Syarikat al-Ta’miin al Ta’aawuniyah Hal 2. (lihat [email protected] atau www.saaid.net)

    Footnotes:

    [1] Kamus Umum Bahasa Indonesia, susunan W.J.S Purwodarminto, cetakan ke-8 tahun 1984, Balai Pustaka, hal 63.
    [2] Lihat Undang-Undang No.2 Th 1992 tentang usaha perasuransian.
    [3] Lihat pembahasan tentang asuransi oleh Ustadz Muslim Atsary pada artikel Menyoal Asuransi Dalam Islam
    [4] Abhats Hai’at Kibar Ulama, disusun oleh Komite tetap untuk penelitian ilmiyah dan fatwa (al-Lajnah ad-Daimah Li al-Buhuts al-Ilmiyah wa al-Ifta) Saudi Arabiya, 4/36.
    [5] At-Ta’mien wa Ahkamuhu oleh al-Tsanayaan hal 40, dinukil dari kitab Al-’Uquud Al-Maaliyah Al-Murakkabah, Dirasat Fiqhiyah Ta’shiliyah Wa Tathbiqiyat, DR. Abdullah bin Muhammad bin Abdillah al-’Imraani, cetakan pertama tahun 2006M, Dar Kunuuz Isybiliyaa, KSA hal. 288.
    [6] Lihat al-Fiqhu al-Muyassarah, Qismu al-Mu’amalat Prof. DR Abdullah bin Muhammad Al Thoyaar, Prof. DR. Abdullah bin Muhammad Al Muthliq dan DR. Muhammad bin Ibrohim Alumusa, cetakan pertama tahun 1425H, Madar Al Wathoni LinNasyr, Riyadh, KSA hal. 255.
    [7] Fiqhu an-Nawaazil, Dirasah Ta’shiliyah Tathbiqiyat, DR. Muhammad bin Husein al-Jiezaani, cetakan pertama tahun 1426H, dar Ibnu al-Juazi, 3/267.
    [8] Akad Tabarru’ adalah semua bentuk akad yang dilakukan dengan tujuan kebajikan dan tolong-menolong, bukan semata untuk tujuan komersial, lihat Fatwa Dewan Syari’ah Nasional Majelis Ulama Indonesia No: 21/DSN-MUI/X/2001 tentang Pedoman Umum Asuransi Syariah.
    [9] Abhats Hai’at Kibar Ulama, disusun oleh Komite tetap untuk penelitian ilmiyah dan fatwa (al-Lajnahu ad-Daimah Li al-Buhuts al-Ilmiyah wa al-Ifta) Saudi Arabiya, 4/38.
    [10] Nidzom at-Ta’mien, Musthofa al-Zarqa’ hal. 42 dinukil dari kitab al-’Uquud al-Maaliyah al-Murakkabah, Dirasat fiqhiyah ta’shiliyah wa tathbiqiyat, DR. Abdullah bin Muhammad bin Abdillah al-’Imraani hal. 289.
    [11] Al-Ghoror wa Atsaruhu fi al-’Uquud, DR. al-Dhoriir, cetakan kedua dari Mathbu’aat Majmu’ah Dalah al-Barokah, hlm 638 dinukil dari Makalah DR. Kholid bin Ibrohim al-Du’aijii berjudul Ru’yat Syar’iyah fi Syarikat al-Ta’miin al Ta’aawuniyah Hal 2. (lihat [email protected] atau www.saaid.net )
    [12] Lihat tentang hal ini dalam pembahasan at-Ta’mien at-Ta’awuni al-Murakkab dalam kitab al-’Uquud al-Maaliyah al-Murakkabah, Dirasat Fiqhiyah Ta’shiliyah wa Tathbiqiyat, DR. Abdullah bin Muhammad bin Abdillah al-’Imraani hal. 291-311.
    [13] Kelima karekteristik ini diambil dari kitab al-’Uquud al-Maaliyah al-Murakkabah, Dirasat Fiqhiyah Ta’shiliyah wa Tathbiqiyat, DR. Abdullah bin Muhammad bin Abdillah al-’Imraani hal 290-291
    [14] kami ringkas dari dua sumber yaitu Makalah DR. Kholid bin Ibrohim al-Du’aijii berjudul Ru’yat Syar’iyah fi Syarikat al-Ta’miin al Ta’aawuniyah Hal 2-3 dan al-’Uquud al-Maaliyah al-Murakkabah, Dirasat Fiqhiyah Ta’shiliyah wa Tathbiqiyat, DR. Abdullah bin Muhammad bin Abdillah al-’Imraani hal 290-291 serta al-Fiqhu al-Muyassarah, Qismu al-Mu’amalat Prof. DR Abdullah bin Muhammad Al Thoyaar, Prof. DR. Abdullah bin Muhammad Al Muthliq dan DR. Muhammad bin Ibrohim Alumusa hlm 255-256
    [15] Sebagaimana menjadi hasil keputusan dari Nadwah (Simposium) al-Barkah ke 12 untuk ekonomi islam, ketetapan dan anjuran Nadwah al-Barkah lil Iqtishad al-Islami hal. 212.

    ***

    Penulis: Ustadz Kholid Syamhudi, Lc.
    Artikel www.ekonomisyariat.com

  • Memenuhi Undangan Walimahan

    Memenuhi Undangan Walimahan

    Para pembaca sekalian yang semoga dirahmati Allah Ta’ala. Setiap muslim adalah saudara bagi muslim yang lain. Setiap muslim memiliki hak bagi saudaranya yang lain. Hak sesama muslim ini sangatlah banyak sebagaimana terdapat dalam banyak hadits. Di antaranya Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam pernah bersabda yang artinya,”Hak muslim pada muslim yang lain ada enam yaitu,”(1) Apabila engkau bertemu, berilah salam padanya, (2) Apabila engkau diundang, penuhilah undangannya, (3) Apabila engkau dimintai nasehat, berilah nasehat padanya, (4) Apabila dia bersin lalu mengucapkan ’alhamdulillah’, doakanlah dia (dengan mengucapkan ’yarhamukallah’, pen), (5) Apabila dia sakit, jenguklah dia, dan (6) Apabila dia meninggal dunia, iringilah jenazahnya. (HR. Muslim). Di antara hak yang harus ditunaikan seorang muslim pada muslim yang lain dalam hadits ini adalah memenuhi undangan.

    Memenuhi Undangan Seorang Muslim

    Hukum memenuhi undangan seorang muslim adalah disyari’atkan, tanpa adanya perselisihan di antara para ulama. Namun hal ini dengan syarat: (1) orang yang mengundang adalah seorang muslim, (2) orang yang mengundang tidak terang-terangan dalam berbuat maksiat, dan (3) tidak terdapat maksiat yang tidak mampu dihilangkan dalam acara yang akan dilangsungkan.

    Akan tetapi, mayoritas ulama berpendapat bahwa undangan yang wajib dipenuhi hanya undangan walimahan (resepsi pernikahan). Sedangkan undangan selain walimahan hanya dianjurkan (tidak wajib) untuk dipenuhi. (Lihat Syarh Riyadhus Sholihin, Syaikh Ibnu Utsaimin dan Tawdihul Ahkam, Syaikh Ali Basam)

    Hukum Memenuhi Undangan Walimahan adalah Wajib

    Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda yang artinya,”Apabila seseorang di antara kalian diundang untuk menghadiri walimatul ’ursy (resepsi pernikahan, pen), penuhilah.” (HR. Muslim) dan Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam juga bersabda yang artinya,”Barangsiapa yang tidak menghadiri undangan walimah/pernikahan, sungguh dia telah durhaka pada Allah dan Rasul-Nya.” (HR. Muslim). Dari dua hadits ini terlihat jelas bahwasanya hukum memenuhi undangan walimahan adalah wajib, jika memenuhi 3 syarat di atas. Undangan tersebut juga wajib dipenuhi jika undangan tersebut adalah undangan pertama­ dan pada hari pertama (jika walimahannya lebih dari sehari, yang wajib dipenuhi hanya hari pertama saja, pen). (Lihat Tawdihul Ahkam, Syaikh Ali Basam dan Al Qoulul Mufid ’ala Kitabit Tauhid, Syaikh Ibnu Utsaimin)

    Memenuhi Undangan Orang Kafir

    Mungkin ada yang bertanya, bolehkah kita memenuhi undangan orang kafir (selain muslim, pen)? Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin rahimahullah berkata,”Apabila yang mengundang adalah orang kafir, tidak boleh (haram) memenuhi undangan tersebut, bahkan tidak disyari’atkan, kecuali apabila terdapat maslahat (manfaat) di dalamnya. Seperti untuk mengajaknya masuk Islam atau dalam rangka perdamaian. Hal seperti ini tidaklah mengapa karena Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam pernah memenuhi undangan orang Yahudi yang mengundangnya di Madinah. (Syarh Riyadhus Sholihin)

    Memenuhi Undangan Orang Fasik

    Apabila yang mengundang adalah seorang muslim, namun dia terang-terangan dalam berbuat maksiat (fasik) seperti mencungkur jenggot, merokok di muka umum atau melakukan bentuk kemaksiatan yang lain, maka memenuhi undangan dari orang semacam ini tidaklah wajib.

    Akan tetapi, jika dalam memenuhi undangan tersebut terdapat maslahat (manfaat), maka boleh menghadirinya. Sedangkan apabila dalam memenuhi undangan tersebut tidak terdapat maslahat, maka perlu dipertimbangkan lagi, yaitu bisa memilih untuk datang atau tidak. (Syarh Riyadhus Sholihin)

    Bagaimana Jika dalam Acara Walimahan terdapat Kemungkaran?

    Apabila seseorang mampu merubah kemungkaran, dia wajib memenuhi undangan tersebut -yaitu undangan walimatul ’ursy yang undangannya wajib dipenuhi-, dengan dua tinjauan yaitu : (1) untuk menghilangkan kemungkaran dan (2) untuk memenuhi undangan saudaranya.

    Adapun jika dalam acara tersebut terdapat kemungkaran dan tidak mampu dirubah seperti di dalamnya terdapat ajakan untuk merokok, atau terdapat alat musik (padahal telah jelas bahwa alat musik adalah haram, pen), maka tidak wajib (haram) untuk memenuhi undangan semacam ini. Karena menghadiri acara semacam ini, walaupun ada rasa benci dalam hati, dapat dikatakan serupa dengan pelaku kemungkaran. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman yang artinya,”Dan sungguh Allah telah menurunkan kekuatan kepada kamu di dalam Al Quran bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan, maka janganlah kamu duduk beserta mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain. Karena sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian), tentulah kamu serupa dengan mereka. (An Nisa’: 140) (Lihat Syarh Riyadhus Sholihin)

    Bagaimana Jika Sifat Undangan Walimahan adalah Umum?

    Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin rahimahullah berkata,”Apabila kartu undangan walimahan ditujukan untuk semua orang, tidak di-ta’yin (ditentukan) siapa yang diundang, maka mungkin dapat dikatakan ini adalah undangan jafala (undangan yang bersifat umum), tidak wajib memenuhi undangan seperti ini. Namun jika dia yakin bahwa dialah yang diundang, maka memenuhi undangan ini menjadi wajib karena ini sama saja dengan undangan dari lisan si pengundang. (Lihat Al Qoulul Mufid ’ala Kitabit Tauhid)

    Saudaraku, jika seseorang mengundangmu ke rumahnya untuk makan bersama atau engkau diajak untuk membantunya dalam suatu perkara, maka penuhilah. Karena hal ini akan membuat senang orang yang mengundang dan akan lebih mempererat ukhuwah dan kasih sayang sesama muslim.

    Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad, kerabat dan sahabatnya.

    Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal

    Artikel Rumaysho.com

    Pernah dimuat di Buletin At Tauhid beberapa tahun silam